Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PERJALANAN DINAS

Kepada Yth : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao


Dari : 1. Luisa M. Haning, S.KM
2. Tri Umaryanto, A.Md.Kep
Tanggal : 02 s/d 16 Maret 2021

I. LATAR BELAKANG
Dewasa ini masalah kesehatan jiwa semakin mendapat
perhatian masyarakat dunia. Satu atau lebih gangguan jiwa dan
perilaku dialami oleh 25% dari seluruh penduduk pada suatu masa
dari hidupnya. World Health Organization (WHO) menemukan bahwa
24% pasien yang berobat ke pelayanan kesehatan primer memiliki
diagnosis gangguan jiwa. Gangguan jiwa yang sering ditemukan di
pelayanan kesehatan primer antara lain adalah depresi dan cemas,
baik sebagai diagnosis tersendiri maupun komorbid dengan diagnosis
fisiknya (World Health Report 2001).
Sementara itu masalah kesehatan jiwa di Indonesia cukup
besar. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), data
nasional untuk gangguan mental emosional (gejala depresi dan cemas)
yang dideteksi pada penduduk usia ≥ 15 tahun atau lebih, dialami
oleh 6% penduduk atau lebih dari 14 juta jiwa; sedangkan gangguan
jiwa berat (psikotik) dialami oleh 1,7/1000 atau lebih dari 400.000
jiwa. Sebesar 14,3% dari gangguan psikotik tersebut atau sekitar 57
ribu kasus mengatakan pernah dipasung. Tidak sedikit masalah
kesehatan jiwa tersebut dialami oleh usia produktif, bahkan sejak usia
remaja. Dari data Riskesdas tahun 2007 dan Riskesdas tahun 2013,
ditemukan bahwa semakin lanjut usia, semakin tinggi gangguan
mental emosional yang dideteksi. Depresi juga dapat terjadi pada
masa kehamilan dan pasca persalinan, yang dapat mempengaruhi
pola asuh serta tumbuh kembang anak. Maka upaya-upaya dalam
peningkatan kesehatan jiwa masyarakat, pencegahan terhadap
masalah kesehatan jiwa dan intervensi dini gangguan jiwa seyogyanya
menjadi prioritas dalam mengurangi gangguan jiwa berat di masa
yang akan datang.
Beban yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan jiwa
cukup besar. Di Indonesia saat ini gangguan jiwa menduduki nomor 2
terbesar penyebab beban disabilitas akibat penyakit berdasarkan YLD
(Years Lived with Disability). Depresi sendiri merupakan peringkat ke 8
penyebab beban utama akibat penyakit berdasarkan DALY’s
(Disability-Adjusted Life Year), sedangkan usia terbanyak yang
dipengaruhi adalah usia produktif antara 15-45 tahun (The Global
Burden of Disease Study, 2010).
Di samping itu masalah kesehatan jiwa tersebut dapat menimbulkan
dampak sosial antara lain meningkatnya angka kekerasan baik di
rumah tangga maupun di masyarakat umum, bunuh diri,
penyalahgunaan napza (narkotika psikotropika dan zat adiktif
lainnya), masalah dalam perkawinan dan pekerjaan, masalah di
pendidikan, dan mengurangi produktivitas secara signifikan. Hal ini
perlu diantisipasi, mengingat WHO mengestimasikan depresi akan
menjadi peringkat ke-2 penyebab beban akibat penyakit di dunia
(global) setelah jantung pada tahun 2020, dan menjadi peringkat
pertama pada tahun 2030.
Layanan kesehatan primer di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) sebagai ujung tombak layanan kesehatan di
masyarakat memiliki peran yang sangat penting. FKTP diharapkan
berperan dalam penyediaan layanan kesehatan jiwa yang terpadu
dengan layanan kesehatan umum. Penyediaan layanan kesehatan jiwa
di FKTP harus tetap dijalankan untuk memenuhi hak dan kebutuhan
masyarakat dan dapat dilakukan rujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjut (RS/RSJ).
Oleh karena itu, perlu di lakukan Monitoring Program
Kesehatan Jiwa di Puskesmas .

II. DASAR HUKUM


1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa;
3. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 04 Tahun
2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
5. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2020 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Rote Ndao Tahun
Anggaran 2021;
6. Peraturan Bupati Nomor 235 Tahun 2020 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Rote Ndao
Tahun Anggaran 2021;
7. DPA Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao Tahun Anggaran 2021.
8. SPT Nomor : 095/0071.a/DINKES 3.3

III. MAKSUD DAN TUJUAN


Monitoring dan Evaluasi Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas.

IV. WAKTU DAN TEMPAT


a. Waktu pelaksanaan tugas selama 11 (sebelas) hari dari tanggal 02
s/d 16 Maret 2021.
b. Tempat : Puskesmas Eahun, Sotimori, Korbafo, Sonimanu, Feapopi,
Ba’a, Oele, Busalangga, Oelaba, Batutua dan Delha.

V. PELAKSANA
Kegiatan ini dilaksanakan oleh 2 (dua) orang yaitu Kepala Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa (Luisa M. Haning, SKM) dan Staf P2P (Tri Umaryanto, A.Md.Kep)

VI. KEGIATAN YANG DILAKUKAN


a. Kebijakan Program P2PTM dan Kesehatan Jiwa
b. Evaluasi Hasil Kegiatan dan Kinerja Program Kesehatan Jiwa dan
Validasi Data Program
VII. HASIL KEGIATAN YANG DICAPAI
1. Strategi, Indikator Program P2PTM dan Kesehatan Jiwa :
a. % Puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa
Dengan kriteria :
i) Memiliki nakes terlatih (dokter dan perawat)
ii) Melaksanakan Upaya Promotif dan preventif
iii) Upaya pelaksanaan deteksi dini dan intervensi keswa
b. Indikator SPM
Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat
sesuai standar dengan target 100%

2. Kegiatan yang sudah di laksanakan oleh puskesmas dalam


mendukung program kesehatan jiwa adalah :
a. Sosialisasi kesehatan jiwa baik di tingkat kecamatan dengan
melibatkan lintas sektor dan di tingkat desa. Kegiatan sosialisasi
ini di integrasikan dengan program/kegiatan lain di desa seperti
Posbindu PTM, Posyandu, dll.
b. Kunjungan/Konseling dengan keluarga ODGJ yang di temukan.

TAHUN 2020 s/d MARET 2021


Nama Target Target
No. Jumlah Jumlah Capaian
Puskesmas ODGJ Capaian % ODGJ %
ODGJ ODGJ Sementara
Berat Berat
1 Eahun 41 14 16 114% 55 14 23 164%
2 Sotimori 12 4 5 125% 12 4 5 125%
3 Sonimanu 14 6 10 167% 14 6 10 167%
4 Korbafo 14 9 9 100% 16 9 12 133%
5 Feopopi 13 10 12 120% 13 10 12 120%
6 Baa 31 33 9 27% 36 33 12 36%
7 Oele 11 6 4 67% 12 6 5 83%
8 Busalangga 14 15 8 53% 14 15 8 53%
9 Oelaba 25 12 14 117% 21 12 14 117%
10 Batutua 39 23 36 157% 40 23 37 161%
11 Delha 11 9 5 56% 11 9 5 56%
12 Ndao 13 4 3 75% 11 4 2 50%
  Jumlah 240 143 131 92% 255 143 145 101%
3. Pasien ODGJ yang di temukan masing-masing Puskesmas sampai
dengan saat ini adalah sebagai berikut :

4. Dari 12 Puskesmas yang telah mencapai target ODGJ Berat sebanyak 7


Puskesamas (Eahun, Sotimori, Korbafo, Sonimanu, Feapopi, Oelaba dan
Batutua) dan yang belum mencapai target sebanyak 5 Puskesmas ( Ba’a,
Oele, Busalangga, Delha dan Ndao) dikarenakan keterbatasan waktu dan
kurang aktifnya pengelola dalam melakukan skrinning ke lapangan.
5. Pasien ODGJ yang di temukan belum semuanya mendapat pelayanan
pengobatan karena keterbatasan tenaga puskesmas dan terbatasnya stok
obat yang tersedia di Kabupaten.
6. Hingga Triwulan I Tahun 2021 ini sudah tidak ada lagi Paien ODGJ yang
dipasung.
7. Pencatatan dan Pelaporan Bulanan sudah berjalan dengan baik, namun
pelaporan LPLPO dari pengelola farmasi puskesmas masih belum
berjalan dengan baik.
8. Pemberian Format pelaporan dan skrining ODGJ program kesehatan
jiwa kepada masing-masing pengelola.
VIII. Pemecahan Masalah/RTL
1. Setelah dilakukan pelatihan Deteksi Dini dan
Penatalaksanaan Gangguan Jiwa bagi tenaga dokter dan Perawat
Puskesmas pada Bulan November 2020, sehingga pada saat ini
tenaga terlatih berjumlah 54 Org, terdiri dari 21 Dokter dan 33
Perawat, agar dapat bekerja sama dengan pengelola terkait
pembagian tugas sehingga pelayanan lebih optimal dan mencapai
target yang ditentukan.
2. Untuk Puskesmas yang melakukan pergantian
Pengelola (Puskesmas Sotimori, Korbafo dan Batutua) harus
melakukan koordinasi antara pengelola lama dan pengelola baru
terkait pelaksanaan kegiatan serta pencatatan dan pelaporan.
3. Terdapat perubahan / pertukaran wilayah kerja
kerja pada Puskesmas Busalangga dan Oelaba yaitu Desa Lidor dan
Mundek yang sebelumnya menjadi wilayah kerja Puskesmas
Busalangga menjadi wilayah kerja Puskesmas Oelaba. Desa
Hundihuk dan Netenain yang sebelumnya menjadi wilayah kerja
Puskesmas Oelaba menjadi wilayah kerja Puskesmas Busalangga,
sehingga diperlukan koordinasi antara Kepala Puskesmas beserta
pengelola terkait perubahan data yang terjadi.
4. Permintaan Obat Jiwa ke Dinas Kesehatan Provinsi
NTT dilakukan setiap Triwulan sesuai dengan perhitungan
Kebutuhan.
5. Meningkatkan sosialisasi atau penyuluhan
kesehatan jiwa dengan melibatkan program dan sektor terkait pada
setiap kegiatan di desa.
6. Pencatatan dan Pelaporan dilaksanakan dengan
baik, lengkap dan tepat waktu dan meningkatkan koordinasi
dengan pengelola farmasi puskesmas dalam hal pelaporan PLPO
dan neraca obat Psikotropika dan OKT sesaui dengan ketentuan.

IX. PENUTUP
Demikian Laporan perjalanan dinas ini dibuat dengan sebenar-
benarnya untuk dipergunakan seperlunya.

Ba’a, 17 Maret 2021


Yang Melapor:

1 Luisa M. Haning, S.KM .......................................


. NIP. 19840505 201001 2 047

2 Tri Umaryanto, A.Md.Kep ......................................


. NIP. 19860813 201001 1 019
Jumlah Capaian
ODGJ Sementara
No Puskesmas s/d Target Keterangan
Jlh %
Maret
2021

1. Eahun 55 14 23 164 Telah dilakukan Skrinning,


Sosialisasi dan Penyuluhan
kesehatan kepada
masyarakat melalui
Posyandu dan Posbindu,
Telah dilakukan konseling
dan pemberian obat kepada
pasien. Pencatatan dan
Pelaporan berjalan baik,
pengarsipan lengkap.

2. Sotimori 12 4 5 125 Telah dilakukan Skrinning,


Telah dilakukan konseling
dan pemberian obat kepada
pasien, namun terkendala
Transportasi pada
pemberian obat kepada
Pasien yang berada di
Pulau Usu. Pencatatan dan
Pelaporan berjalan baik

3. Sonimanu 14 6 10 167 Telah dilakukan Skrinning,


Telah dilakukan konseling
dan pemberian obat kepada
pasien. Pencatatan dan
Pelaporan berjalan baik

4. Korbafo 16 9 12 133 Telah dilakukan Skrinning,


Telah dilakukan konseling
dan pemberian obat kepada
pasien. Pencatatan dan
Pelaporan berjalan baik

5. Feapopi 13 10 12 120 Telah dilakukan Skrinning,


Telah dilakukan konseling
dan pemberian obat kepada
pasien. Pencatatan dan
Pelaporan berjalan baik

6. Ba’a 36 33 12 36 Skrinning yang


dilakukan masih kurang
maksimal, konseling
dan pemberian obat
kepada pasien.
Pencatatan dan
Pelaporan berjalan baik.
Rendahnya Capaian
karena terkendala pada
kurang aktifnya
pengelola dikarenakan
merangkap sebagai
pemegang program lain
serta luas wilayah
kerja.

7. Oele 12 6 5 83 Telah dilakukan Skrinning,


Telah dilakukan konseling
dan pemberian obat kepada
pasien. Pencatatan dan
Pelaporan berjalan baik

8. Busalangga 14 15 8 53 Telah dilakukan Skrinning,


Telah dilakukan konseling
dan pemberian obat kepada
pasien.
9. Oelaba 21 12 14 116 Telah dilakukan Skrinning,
Telah dilakukan konseling
dan pemberian obat kepada
pasien.
10. Batutua 40 23 37 160 Telah dilakukan Skrinning,
Sosialisasi dan Penyuluhan
kesehatan kepada
masyarakat melalui
Posyandu dan Posbindu,
Telah dilakukan konseling
dan pemberian obat kepada
pasien. Pencatatan dan
Pelaporan berjalan baik,
pengarsipan lengkap.

11. Delha 11 9 5 56 Telah dilakukan Skrinning,


Telah dilakukan konseling
Tapi belum dilakukan
pemberian obat kepada
pasien. Dan belum
mengajukan Permintaan
Obat ke Dinkes.

12. Ndao 11 4 2 50 Telah dilakukan Skrinning,


Telah dilakukan konseling
dan pemberian obat kepada
pasien.
Total per 31 255 143 145 101
Desember
2020

Anda mungkin juga menyukai