Anda di halaman 1dari 3

PEMERINTAH KOTA BAUBAU

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BETOAMBARI
Jl. Wawokia no. 5, Kel. Bone-bone, Kec. Batupoaro
Telp. (0402) 2822689 Kode Pos 93723, e-mail: puskesmas.betoambari@asia.com

KERANGKA ACUAN PROGRAM KESEHATAN JIWA

A. Pendahuluan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2014, kesehatan


jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi bagi komunitasnya.

Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai


masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan, dan perkembangan, dan / kualitas hidup
sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa.

Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan
dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan
gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

Seseorang dengan gangguan jiwa berhadapan dengan stigma, diskriminasi dan


marginalisasi. Stigma dapat mengakibatkan penderita tidak mencari pengobatan
yang sebenarnya sangat mereka butuhkan atau mereka akan mendapatkan
pelayanan yang bermutu rendah. Marginalisasi dan diskriminasi dapat meningkatkan
risiko kekerasan pada hak-hak individu, hak politik, ekonomi, social dan budaya.

Pasien dengan gangguan jiwa berat sering memiliki gejala yang dapat menjadi
ancaman, baik terhadap keluarga, diri sendiri, maupun orang lain. Keluarga dan
masyarakat di sekitar lingkungannya cenderung melakukan tindakan paksa untuk
mengurangi atau membatasi ancaman tadi. Bentuk pemaksaan itu dapat berupa
pemasungan, yaitu mengikat tangan dan / atau kaki dengan rantai atau seutas tali
atau menguncinya pada sebuah batang kayu, atau mengurungnya dalam sebuah
ruangan yang sangat sempit. Pembatasan gerak ini atau pemasungan acapkali juga
disertai dengan penelantaran termasuk kebutuhan hidupnya yang sangat mendasar
tidak diperhatikan. Kebutuhan makan minum, buang air besar dan buang air kecil,
kebersihan diri dan berpakaian yang pantas menjadi sangat sulit ia dapatkan. Pada
kondisi ini sebenarnya penderita gangguan jiwa yang dipasung adalah individu
terlantar dan miskin, yang seharusnya ditanggung oleh pemerintah.

Pemasungan di Indonesia telah dilarang sejak tahun 1977 dengan surat Menteri
Dalam Negeri No: PEM.29/6/15 tanggal 11 Nopember 1977. Surat ini ditunjukan
kepada Gubernur seluruh Indonesia yang meminta kepada masyarakat untuk tidak
melakukan pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa dan menumbuhkan
kesadaran masyarakat untuk menyerahkn perawatan penderita di Rumah Sakit Jiwa.
Hal ini juga agar diinstruksikan kepada para Camat dan Kepala-kepala Desa agar
secara aktif mengambil prakarsa dan langkah-langkah dalam hal penanggulangan
pasien yang ada di daerah masing-masing.

Berbagai alasan dikemukakan mengenai mengapa mereka dipasung. Sebagian


masyarakat memasung anggota keluarganya untuk melindungi dari kecelakaan.
Sebagian lagi memasung karena takut membahayakan orang lain. Ibu yang lain
memasung putranya karena malu sebab putranya sering mencuri rokok di warung
tetangga.

Upaya kesehatan jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat


kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga dan masyarakat dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang diselenggarakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh pemerintah daerah, dan /
masyarakat.

Survey data kesehatan jiwa di masyarakat, pelatih kesehatan jiwa, penyediaan


obat-obatan esensial untuk program sesuai kebutuhan daerah setempat,
penggunaan posyandu, pemberdayaan keluarga pasien gangguan jiwa dan
dukungan pemerintah baik daerah maupun pusat baik dalam hal anggaran maupun
kegiatan, adalah hal yang harus dipertimbangkan dalam mengintergrasikan
pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan primer (Carla R. Machira,2011)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan dari program jiwa adalah mendukung dalam “Mewujudkan Baubau
bebas Pasung 2018”.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jumlah penderita gangguan jiwa yang berada di wilayah kerja
puskesmas Betoambari.
b. Merumuskan langkah-langkah penanganan pasien gangguan jiwa di wilayah
kerja puskesmas Betoambari.
c. Melakukan kegiatan pencegahan munculnya penderita gangguan jiwa baru di
wilayah kerja puskesmas Betoambari.

C. Kegiatan Pokok dan Rincian

NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN


1 Pelacakan orang dengan Membagikan kuisoner dan membantu
masalah kejiwaan dan orang pasien ataupun keluarga odmk dan odgj
dengan gangguan jiwa dalam mengisinya
Memberikan penyuluhan kepada pasien
dan keluarga mengenai masalah jiwa
Menstimulus pasien dan keluarga agar
mau berkonsultasi ke puskesmas
mengenai kesehatan pasien
Menstimulus keluarga agar
memperbolehkan pasien pasung di jemput
dan di rawat di RSJ
Menerapkan kepada keluarga apa yang
harus dilakukan keluarga setelah pasien
pulang dari RSJ
Mengadvokasi keluarga agar menyiapkan
syarat-syarat pembuatan BPJS untuk
pasien jiwa yang belum memilikinya.

Melengkapi status pasien


2 Rapat koordinasi dan Menyampaikan hasil pelacakan jiwa
komunikasi lintas sektoral,
kecamatan dan jajarannya,
serta dinas social, dinas
kesehatan
Menyampaikan masalah-masalah yang
mungkin muncul dari penelantaran pasien
jiwa
Menyampaikan kendala-kendala dalam
pendeteksian, pengobatan dan perawatan
pasien jiwa
1. BPJS
2. Dukungan keluarga
3. Ketersediaan obat
3 Kunjungan rumah untuk Melakukan anamnesa dan pemeriksaan
pemberian obat kepada pasien fisik dan pemberian regimen terapi kepada
gangguan jiwa berat yang tidak pasien
bias berobat ke puskesmas
Melengkapi rekam medis pasien
Memberikan penyuluhan kepada pasien
dan keluarga mengenai penyakit pasien
Menerangkan langkah-langkah yang harus
keluarga jalankan dalam membantu
perawatan pasien
Menerangkan alur pelaporan jika terjadi
hal-hal yang berbahaya baik bagi pasien
maupun bagi orang lain

D. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Observasi
2. Wawancara
3. Diskusi / Tanya jawab

E. Pencatatan, pelaporan, dan evaluasi kegiatan

Anda mungkin juga menyukai