GERONTIK
PADA LANSIA DENGAN ALZHEIMER/DEMENTIA
Disusun Oleh :
Erina Nurbaiti 1701711020
Jesy Milanti 1710711021
Mustika Widiyastuti 1710711026
Dwi Arini 1710711034
Desiana Rachmawati 1710711038
Hillalia Nurseha 1710711046
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
Di Indonesia, usia harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun (2004) meningkat menjadi 72 tahun
(2015). Usia harapan hidup penduduk Indonesia diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga
persentase penduduk Lansia terhadap total penduduk diproyeksikan terus meningkat.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, jumlah Lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta orang
atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia. Data tersebut menunjukkan peningkatan
jika dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yaitu 18,1 juta orang atau 7,6%
dari total jumlah penduduk.
Demensia Alzheimer adalah gangguan penurunan fisik otak yang mempengaruhi emosi, daya
ingat dan pengambilan keputusan dan biasa disebut pikun. Kepikunan seringkali dianggap biasa
dialami oleh lansia sehingga Alzheimer seringkali tidak terdeteksi, padahal gejalanya dapat
dialami sejak usia muda (early on-set demensia) dan deteksi dini membantu penderita dan
keluarganya untuk dapat menghadapi pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan lebih baik.
Penyakit Alzheimer paling sering ditemukan pada orang tua berusia > 65 tahun, tetapi dapat juga
menyerang orang yang berusia sekitar 40 tahun. Berikut adalah peningkatan persentase Penyakit
Alzheimer seiring dengan pertambahan usia, antara lain: 0,5% per tahun pada usia 69 tahun, 1%
per tahun pada usia 70-74 tahun, 2% per tahun pada usia 75-79 tahun, 3% per tahun pada usia
80-84 tahun, dan 8% per tahun pada usia > 85 tahun.
Estimasi jumlah penderita Penyakit Alzhemeir di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta
orang. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada tahun 2030,
dan menjadi empat juta orang pada tahun 2050. Bukannya menurun, tren penderita Alzheimer di
Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2010 terdapat 35,6 juta orang di dunia
yang menderita demensia, diperkirakan meningkat menjadi 65,7 juta pada tahun 2030 dan 115,4
juta pada tahun 2050. Dari seluruh pasien yang menderita demensia, 50-60% diantaranya
menderita Alzheimer’s diseases. Prevalensi demensia tipe Alzheimer meningkat seiring
bertambahnya usia. Untuk seseorang yang berusia 65 tahun prevalensinya adalah 0,6% pada pria
dan 0,8% pada wanita. Pada usia 90 tahun, prevalensinya mencapai 21%. Pasien dengan
demensia Alzheimer membutuhkan lebih dari 50% perawatan. Dengan besarnya masalah dan
beban masyarakat akibat gangguan kognitif lanjut usia, upaya pencegahan akan menghasilkan
dampak besar terhadap penghematan sumberdaya masyarakat. Upaya tersebut antara lain dapat
melalui pengenalan faktor risiko yang dapat dicegah. Faktor-faktor risiko penurunan fungsi
kognitif tersebut bisa berasal dari faktor genetik (gen APOE, PS), usia, faktor penyakit/kondisi
kesehatan seperti hipertensi, DM, defisiensi, maupun faktor lingkungan tempat tinggal.
Prevalensi demensia lanjut usia umur 60 tahun atau lebih di DI Yogyakarta mencapai 20.1%.
Semakin meningkatnya umur maka tingkat prevalensi demensia juga meningkat. Pada umur 60
tahun 1 dari 10 lanjut usia DI Yogyakarta mengalami demensia. Memasuki usia 70an tahun 2
dari 10 lanjut usia yang terkena demensia. Ketika memasuki usia 80an tahun 4-5 dari 10 lanjut
usia yang terkena demensia dan akhirnya saat memasuki usia 90an tahun 7 dari 10 lanjut usia
mengalami demensia. Jika dibandingkan dengan prevalensi pada tingkat global prevalensi
demensia di DI Yogyakarta jauh lebih tinggi .
Perempuan memiliki angka prevalensi demensia lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
karena pengaruh dari hormon estrogen dan usia perempuan lebih panjang dibandingan dengan
laki-laki. Dari sisi tempat tinggal, lanjut usia yang tinggal di perkotaan lebih rendah prevalensi
demensianya dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan. Hal ini terjadi karena faktor
pendidikan dan aktivitas yang menstimuli penggunaan otak lebih banyak di perkotaan
dibandingkan dengan di perdesaan.
KONSEP ALZHEIMER/DEMENTIA
AIzheimer merupakan bentuk kepikunan yang terjadi pada orang tua. Penyakit ini
henyerang bagian otak yang mengontrol pikiran, ingatan, serta bahasa. Penyakit yang bersifat
kronis dan fatal ini dapat mengenai siapapun. Saat ini, sekitar 10 persen mereka yang berusia di
atas 65 tahun dan 4 juta jiwa di Amerika Serikat menderita kehilangan fungsi mental karena
alzheimer. Sedihnya lagi, jumlah ini terus bertambah seiring dengan menuanya generasi baby
boomers dan meningkatnya harapan hidup.
DEFINISI ALZHEIMER
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif
otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri
(Suddart, & Brunner, 2002).
Penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif otak dan penyebab paling umum dari
demensia. Hal ini ditandai dengan penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah dan
keterampilan kognitif lainnya yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan sehari-hari. Penurunan ini terjadi karena sel-sel saraf (neuron) di bagian otak yang
terlibat dalam fungsi kognitif telah rusak dan tidak lagi berfungsi normal.
Pada penyakit Alzheimer, kerusakan saraf akhirnya mempengaruhi bagian otak yang
memungkinkan seseorang untuk melaksanakan fungsi tubuh dasar seperti berjalan dan menelan
(Alzheimer’s Association, 2015).
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses
penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak
dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun.
Alzheimer merupakan penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan
menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.
Penyakit Alzheimer ditandai dengan hilangnya ingatan dan fungsi kognitif secara progresif.
ETIOLOGI ALZHEIMER
a. Usia
Faktor risiko terbesar untuk penyakit Alzheimer adalah usia. Kebanyakan orang dengan penyakit
Alzheimer didiagnosis pada usia 65 tahun atau lebih tua. Orang muda kurang dari 65 tahun juga
dapat terkena penyakit ini, meskipun hal ini jauh lebih jarang. Sementara usia adalah faktor
risiko terbesar.
b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluarga yang memiliki orangtua, saudara atau saudari dengan
Alzheimer lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit daripada mereka yang tidak memiliki
kerabat dengan Alzheimer's. Faktor keturunan (genetika), bersama faktor lingkungan dan gaya
hidup, atau keduanya dapat menjadi penyebabnya.
c. Faktor Lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa
penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antar alain, aluminium, silicon, mercury, zinc.
Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf pusat yang ditemukan
neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque (SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat
dijelaskan secara pasti, apakah keberadaan aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal
primer atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadan
ketidak seimbangan merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang belum jelas.
Ada dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-
methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks)
danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan akibat kerusakan dan kematian
neuron.
KLASIFIKASI ALZHAIMER
1. Demensia Predementia
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan kognitif ringan, defisit memori, serta apatis, apatis.
2. Demensia onset awal
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan bahasa, kosakata, bahasa oral & tulisan, gangguan
persepsi, gangguan gerakan, terlihat bodoh, kurang inisiatif untuk melakukan aktivitas.
3. Dementia moderat
Pada Alzheimer tingkat ini terjadi deteriorasi progresif, tidak mampu membaca & menulis,
gangguan long-term memory, subtitusi penggunaan kata (parafasia), misidentifikasi, labil,
mudah marah, delusi, Inkontinen system urinaria.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat neuron
korteks dan hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara
mikroskopik, terdapat perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada neuron – neuron.
Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi
degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari
protein “tau”.
Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural yang
terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel
neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan
perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama – sama. Tau
yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing – masing
terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama
kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan
berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk
dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen
protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal
yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen –
fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi
gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang
akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan
diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal
bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah
sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi,
perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada
otak.
PENCEGAHAN ALZHAIMER
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya pendidikan kesehatan atau promosi
kesehatan dan indentifikasi karakteristik individu atau faktor risiko lingkungan seperti
pendidikan, pekerjaa, usia, riwayat depresi , riwayat jatuh dan sebagainya. Dalam promosi
kesehatan, dapat diberikan materi mengenai perilaku CERDIK (Cek kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat degan kalori seimbang, Istirahat cukup
dan Kelola stress).
Suatu komunitas Alzheimer’s Indonesia menjelaskan bahwa demesi alzheimer dapat
dikurangi resikonya dengan melakukan 5 hal dibawah ini :
a) Menjaga kesehatan jantung
b) Bergerak, berolahraga produktif
c) Mengkonsumsi sayur/buah (gizi seimbang)
d) Menstimulasi otak, fisi – mental – spiritual
e) Bersosialisasi dan beraktifitas positif
1. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan:
1. Kolinesterase inhibitor
Inhibitor ini digunakan untuk pengobatan simptomatik penyakit alzheimer, dimana
paenderita alzheimer akan mengalami penurunan kadar asetilkolin. Terapi simptomatik ini
menggunakan inhibitor kolinesterase donepezil, rivastigmin, dan galantamin. Adapun kerja
farmakologis dari donepezil, rivastigmin, dan galantamin adalah menghambat kolinesterase
dengan menghasilakn peningkatan asetilkolin di otak. Pemberian obat ini dikatakan dapat
memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung. Cholinesterase inhibitor
telah diakui untuk pengobatan penyakit alzheimer ringan sampai sedang.
Pemberian dosis dari ketiga Cholisterase inhibitor yang umum digunakan adalah
sebagai berikut.
a. Donepezil, dimulai dengan dosis 5 mg per hari, kemudian dosis ditingkatkan menjadi 10
mg per hari setelah 1 bulan.
b. Dosisi rivastigmine ditingkatkan dari 1,5 - 3 mg per 2 kali sehari, kemudian menjadi 4,5
mg per 2 kali sehari, dan untuk maksimal dosis yaitu 6 mg per 2 kali sehari.
c. Galantamine, dimulai dengan dosis 4 mg per 2 kali sehari. Pertama-tama, dosis
ditingkatkan menjadi 8-12 mg per 2 kali sehari. Seperti rivastigmine, waktu yang lebih
lama antara peningkatan dosis berhubungan dengan penurunan efek samping.
2. Memantin
Memantin merupakan obat yang telah diakui oleh Food and Drug Administration
(FDA) untuk pengobatan penyakit Alzheimer sedang sampai berat. Dosis awal untuk
penggunaan Memantin adalah 5 mg per hari, kemudian ditingkakan hingga 10 mg per 2 kali
sehari. Memantin bekerja dengan cara memblok saluran N-methyl-D-aspartate (NMDA)
yang berlebihan sehingga mampu memperlambat kerusakan kognitif pada pasien dengan
Alzheimer.
Adapun obat-obatan lain yang berperan untuk terapi gambaran nonkognitif meliputi
antidepresan, neuroleptik, dan ansiolitik.
Pada penyakit tahap lanjut, dengan meningkatnya ketergantungan pasien, beban perawatan
pasien jatuh pada pasangan atau keluarga dekat pasien yang mungkin sudah berusia lanjut pula.
Disamping itu, terdapat jasa eksternal pendukung seperti perawatan psikiatri dalam komunitas,
perawatan rumah sakit khusus siang hari, kesempatan untuk perawatan luar, dan informasi dari
organisasi khusus, misalnya Alzheimer’s Disease Society yang terdapat di Inggris, adapun di
Indonesia bernama Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI).
Skala Depresi Geriatrik Yesavage atau biasa disebut dengan Geriatric Depression
Scale (GDS) merupakan instrument yang disusun secara khusus untuk memeriksa depresi.
Instrument ini terdiri atas 30 atau 15 pertanyaan dengan jawaban YA atau TIDAK. GDS ini
telah diuji kesahihan dan keandalannya. Beberapa nomor jawaban YA dicetak tebal, dan
beberapa nomor yang lain jawaban TIDAK dicetak tebal. Jawaban yang dicetak tebal
mempunyai nilai 1 apabila dipilih. Instrument GDS dengan 30 item pertanyaan ini dikatakan
juga dengan GDS Long Version, sedangkan yang menggunakan 15 item pertanyaan biasa
disebut GDS Short Version.
Interpretasi :
Skor 0-9 : not depressed (tidak depresi/normal)
Skor 10-19 : mild depression (depresi ringan)
Skor 20-30 : severe depression (depresi sedang/berat)
N No.
P Pertanyaan Ja Jawaban Sk Skor
1 A Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda ? Y Ya/Tidak
A Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan
2 Ya/Tidak
minat atau kesenangan anda ?
3 A Apakah anda merasa kehidupan anda kosong ? Ya/Tidak
4 A Apakah anda sering merasa bosan? Ya/Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya/Tidak
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
6 Ya/Tidak
pada anda?
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup
7 Ya/Tidak
anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Y Ya/Tidak
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada
9 Ya/Tidak
keluar dan mengerjakan sesutau yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan
10 Y Ya/Tidak
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini
11 Y Ya/Tidak
menyenangkan?
Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda
12 Y Ya/Tidak
saat ini?
13 Apakah anda merasa anda penuh semangat? Y Ya/Tidak
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
14 Y Ya/Tidak
harapan?
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik
15 Y Ya/Tidak
keadaannya daripada anda?
T Total
Interpretasi :
Skor 0-9 : not depressed (tidak depresi/normal)
Skor 10-19 : mild depression (depresi ringan)
Skor 20-30 : severe depression (depresi sedang/berat)
Interpretasi :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : fungsi intelektual kerusakan berat
3. Mini-Mental State Exam (MMSE)
Mini-mental state exam (MMSE) digunakan untuk menguji aspek kognitif dan fungsi
mental : orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali, dan Bahasa.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melengkapi dan menilai, tetapi tidak dapat digunakan untuk
tujuan diagnostic, namun berguna untuk mengkaji kemajuan klien.
Nilai Nilai
N No. Aspek Kognitif Kriteria
Maksimal Klien
O Orientasi 5 M Menyebutkan
- Tahun
- Musim
1.
- Tanggal
- Hari
- Bulan
Or Orientasi 5 Di Di mana sekarang kita beradaa ?
- Negara
- Provinsi
- Kabupaten
Re Registrasi 3 Sebutkan 3 nama objek (kursi, meja, kertas),
2
kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
P Perhatian dan
5 M Meminta klien berhitung mulai dari 100,
3 kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5 tingkat
(100, 92, …, …, …)
M Mengingat 3 M Meminta klien untuk menyebutkan objek
pada point 3
4 1. Kursi
2. Meja
3. ….
B Bahasa 9 Menanyakan kepada klien tentang benda
(sambal menunjuk benda tersebut).
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk mengulang kata
berikut “tanpa, jika, dan, atau, tetapi”. Klien
menjawab …, dan, atau, tetapi.
Meminta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah.
Ambil pulpen di tangan anda, ambil kertas,
5 menulis “saya mau tidur”.
1. Ambil pulpen
2. Ambil kertas
3. …
Perintahkan klien untuk hal berikut (bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 poin):
“tutup mata anda”.
(Klien menutup mata)
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar (2 buah segi
5).
T Total 30
Skor :
24-30 : Normal
Kasus 4 :
Seorang lansia laki-laki (85 tahun) tinggal bersama istri (76 tahun) di apartmen lantai 3. Dua
tahun yang lalu opa didiagnosis penyakit Alzheimer, tapi opa masih bisa melakukan kegiatan
sehari-hari. Sekarang opa mulai mengabaikan kebersihan dirinya dan tidak mampu mengingat
kapan terakhir kali makan. Oma mengatakan, opa sering terbangun di malam hari untuk pergi ke
toilet, dan beberapa kali opa bukannya kembali ke kamar tidur malah membuka pintu apartemen,
keluyuran di luar dan tidak bisa kembali ke rumah. Oma menjadi waspada dan takut opa hilang.
Oma juga membuatkan jadwal kegiatan yang sudah atau belum dilakukan opa. Hasil
pemeriksaan GDS : 18; MMSE : 20; dan SPMSQ : 6
Pengkajian
PENGKAJIAN INDIVIDU
KEPERAWATAN KESEHATAN LANSIA
1. Keluhan Utama
Oma mengatakan, opa sering terbangun dimalam hari untuk pergi ke toilet, dan beberapa kali
opa bukannya kembali kekamar tidur malah membuka pintu apartemen, keluyuran di luar dan
tidak bisa kembali kerumah. Oma menjadi waspada dan takut opa hilang. Opa juga mulai
mengabaikan kebersihan dirinya dan tidak mampu mengingat kapan terakhir kali makan.
2. Kronologi keluhan
a. Faktor pencetus : Usia
b. Timbulnya keluhan : ( ) mendadak (√) bertahap
c. Lamanya : 2 tahun
d. Tindakan utama mengatasi : Istri membawa klien ke rumah sakit
3. Mata
Inspeksi: Kedua mata simetris, klien tidak memakai kacamata, sclera tampak putih kekuningan
(agak keruh), conjunctiva merah muda, pupil isokor dan ada refleks terhadap cahaya, kedua mata
klien sudah tidak bisa melihat dengan jelas, pandangan kabur seperti ada kabut putih,
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada mata dan sekitarnya. Tidak ada benjolan pada mata.
4. Hidung
Inspeksi: Rongga hidung tidak ada polip/benda asing, tidak ada peradangan mukosa hidung,
letak septum dibagian tengah, tidak ada benjolan dan lesi pada hidung.
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung.
5. Telinga
Inspeksi: kedua telinga simetris, daun telinga tampak bersih, tidak terdapat cairan telinga.
Tampak pendengarannya kurang.
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga.
6. Mulut
Inspeksi: Mukosa bibir tampak lembab, tidak ada lesi, tidak ada karies gigi.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada mulut dan rahang
7. Leher
Inspeksi: Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening ataupun kelenjar tyroid. Refleks
menelan baik.
Palpasi: Tdak terdapat nyeri tekan pada leher, kaku kuduk tidak ada.
B. Sistem Pernafasan
Inspeksi: Pengembangan dada simetris kanan dan kiri, tulang dada terlihat jelas, tidak terdapat
lesi.
Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri, taktil fremitus teraba sama sama antara kanan
dan kiri, depan dan belakang.
Perkusi: Perkusi dada redup.
Auskultasi: Bunyi nafas vesikuler.
C. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi: Warna kulit sesuai dgn warna kulit bagian tubuh lainnya, tidak ada lesi
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan, ictus cordis pada ICS 5, tidak teraba pembesaran jantung.
Perkusi: Perkusi jantung terdengar pekak
Auskultasi: Auskultasi jantung terdengar S1 S2 tunggal, tidak ada suara tambahan
D. Sistem Pencernaan
Inspeksi: Perut tampak cekung, tidak terdapat lesi
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi: Bunyi abdomen timpani,
Auskultasi: Bising usus 8 kali per menit
E. Sistem Perkemihan
Inspeksi: BAK 4x sehari, warna urine kuning jernih
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan
F. Sistem Integumen
Inspeksi: Kulit tampak keriput dan kering
Palpasi: Kulit tidak elastis, tidak terdapat nyeri tekan pada kulit
G. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Inspeksi: Kuku tampak pendek dan bersih, kulit keriput, tidak ada lesi dan pembengkakan, sering
kesemutan pada bagian jari, kelumpuhan ekstremitas tidak ada.
Palpasi: Capilary refil kembali <3 detik, kekuatan otot 4444/4444, tidak terdapat nyeri tekan,
patah tulang tidak ada.
2. Ekstremitas bawah
Inspeksi: Kuku tampak pendek dan bersih, kulit keriput, telapak kaki pecah pecah, tidak ada lesi
dan pembengkakan, sering kesemutan pada bagian jari, kelumpuhan ekstremitas tidak ada.
Palpasi: Capilary refil kembali <3 detik, kekuatan otot 4444/4444, tidak ada nyeri tekan, tidak
terdapat patah tulang pada ekstremitas bawah.
B. Bahasa
Klien menggunakan bahasa Indonesia
F. Konsep diri
1. Gambaran diri
Klien mulai tidak mengetahui tentang kondisi kesehatannya
2. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang agar bisa berkumpul dengan keluarga
3. Harga diri
Klien merasa tidak dihargai oleh keluarga dan lingkungan sosial
4. Peran diri
Peran diri sebagai suami atau kepala keluarga terganggu karena penyakitnya
5. Identitas diri
klien mulai lupa dengan aktivitas kesehariannya dikarenakan penyakit alzheimer
G. Spiritual
Klien rajin melakukan kegiatan keagamaan
Skor
No Pertanyaan Jawaban
+ -
√ 1 Tanggal berapa hari ini? Salah
√ 2 Hari apa sekarang ini? Salah
√ 3 Apa nama tempat ini? Salah
√ 4 Berapa nomor telepon anda? Salah
Dimana alamat anda? (ditanyakan hanya
4a
jika pasien tidak mempunyai telepon)
√ 5 Berapa umur anda? Salah
√ 6 Kapan anda dilahirkan? Benar
√ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang? Benar
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya? Salah
√ 9 Siapa nama kecil ibu anda? Benar
√ Kurangi angka 20 dengan angka 3 Benar
10
berturut-tururt 3 kebawah atau menurun!
Jumlah Kesalahan Total 6
Hasil Penilaian :
Jumlah skor kesalahan sebanyak 6 poin sehingga disimpulkan fungsi intelektual terjadi
kerusakan sedang
Keterangan :
1) Pertanyaan 1 dianggap benar hanya jika tanggal, bulan dan tahunnya tepat.
2) Pertanyaan 2 merupakan penjelasan sendiri.
3) Pertanyaan 3 dianggap benar jika deskripsi tentang lokasinya benar (nama kota, Negara,
institusi).
4) Pertanyaan 4 dianggap benar jika nomor telepon dapat diverifikasi atau pasien dapat
mengulang angka yang sama. Apabila pasien tidak mempunyai telepon dapat ditanyakan
alamat.
5) Pertanyaan 5 dianggap benar jika pertanyaan usia sesuai dengan tanggal lahir.
6) Pertanyaan 6 dianggap benar jika bulan, tanggal, dantahunnya diberikan dengan benar.
7) Pertanyaan 7 hanya membutuhkan nama belakang presiden.
8) Pertanyaan 8 hanya membutuhkan nama belakang presiden sebelumya.
9) Pertanyaan 9 dianggap benar jika klien memberikan nama pertama ditambah nama
belakang.
10) Pertanyaan 10 dianggap benar jika serangkaian angka tersebut disebutkan dengan benar.
Kesalahan dalam rangkaian tersebut atau ketidakmauan untuk berusaha dianggap salah
Interpretasi Skor :
Kesalahan 0 – 2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3 – 4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5 – 7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8 – 10 : Kerusakan intelektual berat
TOTAL SKOR 20
Hasil Penilaian :
skor yang didapatkan saat pengkajian jumlahnya 20 termasuk kategori probable gangguan
kognitif
Penilaian :
Nilai 24-30 : Normal
Nilai 17-23 : Probable gangguan kognitif
Nilai 0-16 : Definitif gangguan kognitif
No Pertanyaan Ya Tidak
Pilihlah jawaban yang sesuai sebagaimana yang anda rasakan
dalam 1 minggu terakhir.
Hasil Penilaian :
18 = Depresi Sedang
Keterangan :
Pertanyaan bila dijawab dengan pilihan “Ya” atau “Tidak” yang bercetak tebal berarti
terganggu: nilai 1, yang tidak bercetak tebal berarti tidak terganggu: nilai 0, jawaban
kemudian dibuat total skornya, bila:
ANALISA DATA
MASALAH
DATA FOKUS
KEPERAWATAN
DS : Konfusi Kronis
Klien mengatakan cerita yang tidak realistis (NANDA; Domain 5, Kode:
Oma mengatakan opa sering lupa tujuan 00129, hal.254)
DO :
Klien mengalami gangguan intrepretasi waktu
Klien mengalami gangguan jangka pendek
Klien cenderung bersikap sama dalam segala
situasi
DS : Keluyuran
Oma mengatakan opa sering bolak balik tanpa arah (NANDA; Domain 4, Kode:
Oma mengatakan opa keluyuran di luar 00154, hal.225)
DO :
Opa terlihat keluyuran dan tidak kembali kerumah
Opa di diagnosa Alzheimer
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes : Neurology. Penerbit Erlangga
Ide, pangkalan. 2008. Seri tune up gaya hidup penghambat alzheimer. Jakarta : PT Elex media
komputindo