Anda di halaman 1dari 16

PENGKAJIAN ANTROPOMETRI

Di susun oleh Kelompok 1 :


1. Abu Fikri Madani : 14.IK.372
2. Arlita Melinda Christy L. : 14.IK.377
3. Erwin Setiawan : 14.IK.386
4. Irfani Fikri : 14.IK.392
5. Kamariah : 14.IK.393
6. Maulidya Rahmah : 14.IK.397
7. Rundy Irama : 14.IK.412
8. Siti Khadijah : 14.IK.414
9. Wahdatur Rahmi Annisa : 14.IK.418

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016
Pengkajian status nutrisi

A. Variabel Pengukuran Status Gizi


Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang
sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka
yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan
umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah
12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan
penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap
perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi
makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks
BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling
banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja
tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias
Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan
dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.
Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang
dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya
dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan
gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak
sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan
status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator
status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi
tubuh (M.Khumaidi, 1994).

A. Pengolahan Data Body Mass Index (BMI)


Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang
menghubungkan atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan.
Walaupun dinamakan “indeks”, BMI sebenarnya adalah rasio yang
dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat
tinggi badan (dalam meter). Interpretasi BMI tergantung pada umur dan
jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan perempuan memiliki lemak
tubuh yang berbeda. Berbeda dengan orang dewasa, BMI pada anak
berubah sesuai umur dan sesuai dengan peningkatan panjang dan berat
badan. BMI digunakan untuk penilaian obesitas akan tetapi bukan
merupakan indeks adipositas karena tidak membedakan jaringan tanpa
lemak (lean tissue) dan tulang dari jaringan lemak. Untuk ketepatan dalam
riset diperlukan dual x-ray absorptiometry yang dapat menentukan secara
tepat komposisi tubuh.
The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The
National Institute of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert
Committee on Clinical Guidelines for Overweight in Adolescent Preventive
Services telah merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks
Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan
remaja di atas usia 2 tahun. BMI merupakan petunjuk untuk menentukan
kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam
2
kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m ).
Body Mass Index (BMI) dapat diperoleh dengan perhitungan rumus
sebagai berikut:
𝐵𝐵
BMI =
(𝑇𝐵)2

BMI mempunyai keunggulan utama yakni dapat menggambarkan


lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam
penelitian populasi berskala besar. Pengukurannya hanya membutuhkan 2
hal yakni berat badan dan tinggi badan, yang keduanya dapat dilakukan
secara akurat oleh seseorang dengan sedikit latihan. Keterbatasannya adalah
membutuhkan penilaian lain bila dipergunakan secara individual.
Selain itu, keterbatasan yang lain dari BMI adalah tidak bisa
membedakan berat yang berasal dari lemak dan berat dari otot atau tulang.
BMI juga tidak dapat mengidentifikasi distribusi dari lemak tubuh. Sehingga
beberapa penelitian menyatakan bahwa standard cut off point untuk
mendefinisikan obesitas berdasarkan BMI mungkin tidak menggambarkan
risiko yang sama untuk konsekuensi kesehatan pada semua ras atau kelompok
etnis.

B. Pengolahan Data Antropometri Berdasarkan Z-Score (Simpangan


Baku) WHO 2005
Z-Score atau simpangan baku digunakan untuk menilai seberapa jauh
penyimpangannya dari angka median (nilai tengah). Perhitungan Z-Score
berbeda untuk populasi yang distribusinya normal atau tidak normal.
 Pengukuran Distribusi Normal.
Konsep distribusi normal sangat membantu untuk memahami apa itu Z-
Score. Dalam satu distribusi normal, sebagian besar nilai dikelompokan di
tengah, dan distribusi pengukuran berada disekitar angka median yang
berbentuk lonceng. Pada kurva normal, satu Z-Score menggambarkan
seberapa jauh penyimpangan baku seorang anak dari angka median.
Kurva tersebut dihasilkan dari pengukuran Panjang/Tinggi Badan anak-
anak yang dibuat dalam grafik, hasilnya menyerupai distribusi normal.
Setiap segmen pada sumbu horizontal menggambarkan satu simpangan
baku atau Z-Score. Pada distribusi normal, Z-Score -1 dan +1 mempunyai
jarak yang sama dari angka median ( 0 ). Jarak dari angka median ke +1 Z-
Score adalah setengah dari jarak ke +2 Z-Score.

 Cara perhitungan Z-Score adalah sebagai berikut :


Z score =
Keterangan :
Xi : Nilai yang diamati atau hasil pengukuran yang sebenarnya
Mi : Nilai Referensi Median
SBi : Z-Score (standar baku) dari populasi referensi/rujukan
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan dacin
yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang badan diukur dengan length-board
dengan presisi 0,1 cm, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan
microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB anak ini disajikan
dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB).
Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi
badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-Score)
dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005. Selanjutnya
berdasarkan nilai Z-Score masing-masing indikator tersebut ditentukan
status gizi balita dengan batasan sebagai berikut :
a. Berdasarkan indikator BB/U :
Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan
yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya
nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat
badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal,
terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lebih lambat badan menurut umur digunakan
sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik
berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status
gizi seseorang saat ini.
- Kelebihan
a. Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
b. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
c. Indikator status gizi kurang saat sekarang
d. Sensitif terhadap perubahan kecil
e. Growth monitoring
f. Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth
g. Failure karena infeksi atau KEP
h. Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)

- Kekurangan
a. Kadang umur secara akurat sulit didapat
b. Dapat menimbulkan interpretasi keliru bila terdapat edema maupun
asites
c. Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita
d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukruan, seperti pengaruh
pakaian atau gerakan anak saat ditimbang
e. Secara operasional: hambatan sosial budaya misalnya tidak mau
menimbang anak karena dianggap seperti barang dagangan

Berdasarkan indikator kategori BB/U :


1. Kategori Gizi Buruk, jika Z-Score < -3,0
2. Kategori Gizi Kurang, jika Z-Score >=-3,0 s/d Z-Score <-2,0
3. Kategori Gizi Baik, jika Z-Score >=-2,0 s/d Z-Score <=2,0
4. Kategori Gizi Lebih, jika Z-Score >2,0

b. Berdasarkan indikator TB/U :


Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan
tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan
tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tingii badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini
menggambarkan status gizi masa lalu. Menurut Beaton dan Bengoa
(1973) indeks TB/U dapat memberikan status gizi masa lampau dan
status sosial ekonomi.
- Kelebihan
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b. Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
c. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa

- Kekurangan
a. TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b. Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya
anak relatif sulit berdiri tegak
c. Ketepatan umur sulit didapat
Berdasarkan indikator kategori TB/U :
1. Kategori Sangat Pendek, jika Z-Score < -3,0
2. Kategori Pendek, jika Z-Score >= -3,0 s/d Z-Score <-2,0
3. Kategori Normal, jika Z-Score >= -2,0

c. Berdasarkan indikator BB/TB :


1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-Score < -3,0
2. Kategori Kurus, jika Z-Score >=-3,0 s/d Z-Score <-2,0
3. Kategori Normal, jika Z-Score >=-2,0 s/d Z-Score <=2,0
4. Kategori Gemuk, jika Z-Score >2,0
Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut :
- Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita) x
100%
- Prevalensi gizi kurang = (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita)
x 100%
- Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita) x
100%
- Prevalensi gizi lebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh balita) x
100%

d. Berdasarkan indikator IMT/U atau BMI/U


Kategori IMT/U atau BMI/U :
1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-Score < -3,0
2. Kategori Kurus, jika Z-Score < - 2SD
3. Kategori Normal, jika Z-Score -2SD sampai +1SD
4. Kategori Gemuk, jika Z-Score > + 1SD
5. Kategori Obese I, jika Z-Score >+2SD
6. Kategori Obese II jika, Z-Score >+3SD
C. Cara Menggunakan Grafik Pertumbuhan WHO

1. Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan


(anak di atas 2 tahun), berat badan.
2. Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva.
Garis horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
umur dan panjang / tinggi badan.
3. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis
vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat
badan, umur, dan IMT.
4. Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal
hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan
gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.

D. Cara Menginterpretasikan Kurva Pertumbuhan WHO

1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau


rata-rata
2. Garis yang lain dinamakan garis Z-Score. Pada kurva pertumbuhan WHO
garis ini diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu
yang berada jauh dari garis median menggambarkan masalah
pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada antara garis Z-Score -2 dan -3 diartikan di bawah -
2.
4. Titik temu yang berada antara garis Z-Score 2 dan 3 diartikan di atas 2.
5. Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan
WHO dapat menggunakan tabel berikut ini.
Catatan :

1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih
normal. Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan
tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi
lebih baik jika diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap
panjang / tinggi atau IMT terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika
makin mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek
memiliki gizi lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI
(Integrated Management of Childhood Illness in-service training. WHO,
Geneva, 1997).
KASUS ILUSTRASI
1. Seorang bayi perempuan usia 10 bulan dengan berat badan 7kg dan
panjang badan 70 cm
2. Seorang anak laki-laki usia 1 tahun 8 bulan dengan berat badan 12 kg dan
tinggi badan 83 cm

Berdasarkan 2 contoh ilustrasi kasus diatas, buatlah kajian status nutrisinya


berdasarkan :

a. BMI
b. WHO Z-SCORE
- Panjang Badan/Umur
- Berat badan/Umur
- Berat badan/Panjang badan
- BMI/Umur
c. CDC-NCHS

Pembahasan
a. BMI
Penghitungan BMI anak umur 10 bulan

𝐵𝐵
BMI =
(𝑇𝐵)2

7
= (0,7)2

7
=
0,49

= 14,2

Penghitungan BMI anak 1 tahun 8 bulan (20 bulan)

𝐵𝐵
BMI =
(𝑇𝐵)2
12
= (0,83)2

12
=
0,69

= 17,39 = 17,4

b. WHO Z-SCORE
- Panjang Badan/Umur

Simpang Baku
Umur
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
10 Bulan 64,1 66,5 69,0 71,5 73,9 76,4 78,9
20 Bulan 75,8 78,6 81,4 84,2 87,0 89,8 92,6

Karena panjang badan nyata pada bayi usia 10 bulan diatas lebih kecil
dibandingkan dengan nilai mediannya, maka dari itu nilai simpang baku
rujukannya diperoleh dengan mengurangi median dengan nilai simpang
baku -1 SD. Sehingga perhitungan z score menjadi :

𝑋𝑖−𝑀𝑖 70 − 71,5 − 1,5


= = = - 0,06
𝑀𝑖−𝑆𝐵𝑖 71,5 − 69,0 2,5

Karena nilai z score adalah -0,06 berarti status gizinya tergolong NORMAL

Karena panjang badan nyata pada bayi balita usia 20 bulan diatas
lebih kecil dibandingkan dengan nilai mediannya, maka dari itu nilai
simpang baku rujukannya diperoleh dengan mengurangi median dengan
nilai simpang baku -1 SD. Sehingga perhitungan z score menjadi :

𝑋𝑖−𝑀𝑖 83−84,2 − 1,2


= = = - 0,4
𝑀𝑖−𝑆𝐵𝑖 84,2 −81,4 2,8

Karena nilai z score adalah -0,06 berarti status gizinya tergolong NORMAL
- Berat badan/Umur

Simpang Baku
Umur
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
10 Bulan 5,9 6,7 7,5 8,5 9,6 10,9 12,4
20 Bulan 11,4 12,9 14,7 16,7 19,0 21,7 24,8
Untuk kasus bayi 10 bulan, berat badannya (7 kg) lebih kecil dari
pada nilai median (8,5), maka dari itu nilai simpang baku rujukannya
menjadi 8,5-7,5 = 1
Sehingga perhitungan z score :

𝑋𝑖−𝑀𝑖 7−8,5
= = -1,5
𝑀𝑖−𝑆𝐵𝑖 8,5−7,5

Karena nilai z score adalah -1,5 berarti status gizinya tergolong


NORMAL

Untuk balita 20 bulan karena berat badannya (12 kg) lebih kecil dari
pada nilai simpang baku mediannya (16,7), maka dari itu nilai simpang
baku rujukannya menjadi 16,7-14,7 = 2
Sehingga perhitungan z score menjadi :
𝑋𝑖−𝑀𝑖 12−16,7
= = - 2,35
𝑀𝑖−𝑆𝐵𝑖 16,7−14,7
Karena nilai z score-nya -2,35 maka status gizinya tergolong KURANG

- Berat badan/Panjang badan

Tinggi Berat badan (kg)


badan
-3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
(cm)
70 6,3 6,9 7,5 8,2 9,0 9,9 10,9
83 8,7 9,4 10,2 11,0 12,0 13,1 14,3
Pada bayi dengan panjang badan 70 cm, berat badan nyatanya adalah
7 kg. Jika dibandingkan dengan nilai mediannya (8,2) maka nilai simpang
baku rujukannya adalah mengurangi nilai median dengan berat badan pada -
1 SD. Sehingga perhitungannya menjadi :

7 − 8,2 − 1,2
= = -1,7
8,2 −7,5 0,7

Karena nilai z score-nya -2,35 maka status gizinya tergolong NORMAL

Untuk balita dengan panjang badan 83 cm, berat badan nyatanya


adalah 12 kg. Maka nilai simpang baku rujukannya diperoleh dengan
mengurangi berat badan pada 1 SD dengan median. Dikarenakan berat
badan nyata lebih besar daripada nilai median. Maka nilai Z score adalah :

12−11,0 1
= = 1
12,0−11,0 1

Karena nilai z score-nya 1 maka status gizinya tergolong NORMAL

- BMI/Usia
Simpang Baku
Umur
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
10 Bulan 12,9 14,0 15,2 16,6 18,2 19,9 21,9
20 Bulan 12,8 13,7 14,8 16,0 17,3 18,8 20,6

𝐵𝐵 7 𝑘𝑔 7
BMI : = (0,7)2 = = 14,2
(𝑇𝐵)2 0.49

Karena BMI-nya lebih kecil dari nilai median maka nilai simpang baku
rujukannya adalah mengurangi nilai BMI -1 SD dengan BMI.

14,2−16,6 −2,4
= = 1,7
15,2−16,6 −1,4
Z score = 1,71 (Maka status gizi anak perempuan usia 10 bulan
NORMAL).

𝐵𝐵 12 𝑘𝑔 12
BMI : = (0,83)2 = = 17,6
(𝑇𝐵)2 0.68

Karena BMI-nya lebih besar dari nilai median maka nilai simpang baku
rujukannya adalah mengurangi nilai BMI +1 SD dengan BMI.

17,6−16,0 1,6
= = 1,23
17,3−16,0 1,3

Z score = 1,23 Maka status gizi anak laki-laki usia 1 tahun 8 bulan (20
bulan) GEMUK.
DAFTAR PUSTAKA

Http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-
who

https://www.google.com/search=buku-sk-antropometri-2005

https://www.google.com/search=buku-sk-antropometri-2010

http://www.statisticshowto.com/how-to-calculate-a-Z-Score/

http://www.mathsisfun.com/data/standard-deviation.html

Anda mungkin juga menyukai