Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN PUSTAKA

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:

A. BERAT BADAN

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering

digunakan. Pada bayi baru lahir (neonatus), berat badan digunakan untuk

mendiagnosis bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di

bawah 2500 gram (2,5 kg). Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan

untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan

klinis seperi dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula berat

badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan obat dan makanan. Berat badan

menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada

remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada orang

yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Sedangkan adanya

tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang

kekurangan gizi.

B. TINGGI BADAN

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu

dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu, tinggi

badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan berat

badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi

badan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Microtoise

yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.


C. LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)

Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk penentuan

status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit

diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu

mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks

status gizi, antara lain:

1. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum mendapat pengujian

yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil

penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang

cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut

umur atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihaklain.

a. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan

pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat

batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi

badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA

dibandingkan dengan tinggi badan.

b. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi

kurang sensitif pada golongan lain terutamaorang dewasa. Tidak demikian

halnya dengan berat badan.

D. Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)

Pengukuran lingkar pinggang merupakan indicator kegemukan yang mudah dan

praktis dan dapat menunjukkan abdominal atau sentral. Pengukuran lingkar

pinggang merupakan Teknik antropometri yang paling baik untuk menentukan

timbunan lemak disekitar abdomen. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar

panggul dilakukan dengan menggunakan pita meteran (Harahap, 2016).


Keakuratan dalam pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul bergantung

pada ketatnya dan posisi yang benar pada pita ukur yang digunakan. Kategori

pada pengukuran lingkar pinggang terdiri dari dua jenis, yaitu obesitas sentral

apabila >90 cm pada laki-laki dan >80 cm pada Perempuan, dan tidak obesitas

sentral apabila <90 cm pada laki-laki dan <80 cm pada Perempuan (Amma,

2023).

E. Tebal Lemak Bawah Kulit

Antropometri merupakan ukuran dari berbagai dimensi fisik dan komposisi

tubuh manusia yang dibedakan menurut umur dan tingkat gizi. Tebal Lemak Bawah

kulit Antropometri merupakan ukuran dari berbagai dimensi fisik dan komposisi

tubuh manusia yang dibedakan menurut umur dan tingkat gizi. Indeks antropometri

terdiri dari berbagai macam, baik tunggal (misalnya berat/umur), maupun kombinasi

(berat/tinggi, triceps skinfold dan mid-upper-arm circumference). Pengukuran

antropometri antara lain dapat menggunakan pengukuran indeks massa tubuh (IMT),

skinfold thickness serta rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) (Supariasa dkk,

2021). Tebal lemak tubuh merupakan pengukuran yang menunjukkan massa lemak

tubuh dan komposisi tubuh. Massa lemak dihitung sebagai persentase terhadap berat

badan dengan menjumlah tebal lemak pada 4 daerah pengukuran, selanjutnya

dibandingkan dengan standar persentase lemak tubuh berdasarkan lipatan bawah

kulit untuk menentukan besarnya persentase lemak tubuh (Supariasa dkk, 2021).

Gibson (2005), menyebutkan bahwa persen lemak tubuh merupakan salah satu

indikator dalam pengukuran antropometri gizi, menggambarkan perbandingan masa

lemak dan non lemak (fat free mass) pada tubuh seseorang. Pengukuran lemak tubuh

digunakan untuk memantau cadangan lemak tubuh dan melihat tingkat obesitas
seseorang. Pengukuran skin fold umumnya digunakan pada anak umur remaja ke

atas. Umumnya jumlah lemak dibedakan menurut jenis kelamin. (Supariasa, 2021).

Untuk mengetahui jumlah persentase lemak tubuh dilakukan dengan mengukur

ketebalan lemak pada bagian tubuh tertentu. Cara yang sering dikerjakan adalah

mengukur ketebalan lemak pada bagian tubuh tertentu. Cara yang sering dikerjakan

adalah mengukur 4 tempat, yakni : Triceps, biceps, suprailliaca, dan subscapula

menggunakan pencepit lemak (skinfold caliper) pengukuran dengan skinfold calipers

ini lebih praktis untuk memperoleh hasil yang sesuai (Soetjiningsih, 2014).

Pengukuran lemak tubuh pada Triceps, biceps, suprailliaca, dan subscapula

diukur dalam satuan milimeter (mm), dan dijumlahkan sehingga didapat total lemak

(mm). untuk mendapatkan persentase lemak tubuh, total lemak dalam persentase

dikalikan dengan berat badan probandus (kg) (Soetjiningsih, 2014).

F. BIA (Bioelectrical Impedance Analysis)

BIA merupakan suatu metode untuk mengukur komposisi tubuh. Penggunaan BIA

ini cukup mudah. Beberapa studi menunjukkan korelasi yang kuat antara BIA dengan

total cairan tubuh menggunakan dilusi isotop, massa bebas lemak menurut

hydrodensitometry dan total kalium tubuh pada orang dewasa normal dan obesitas.

Pengukuran BIA untuk mengukur lemak tubuh menggunakan berat badan (BB), tinggi

badan (TB), umur dan jenis kelamin sebagai parameter. BIA ini mudah digunakan,

murah dan diproduksi secara massal (Indonesia Fitness Trainer Association, 2019).

BIA adalah metode yang valid untuk estimasi komposisi tubuh yaitu massa bebas

lemak dan persen lemak tubuh (Mastria, A, 2014).

Bioimpedance Analysis (BIA) adalah salah satu alat yang digunakan untuk

mengukur komposisi tubuh. Alat ini merupakan evolusi dari timbangan berat badan
yang bekerja sebagai elektroda untuk mengukur sinyal listrik pada tubuh, sehingga

nilai massa otot, lemak tubuh, kadar air tubuh, lemak viseral (lemak dalam organ),

Basal Metabolic Rate (BMR) dan massa tulang dapat diketahui (Mastria, A, 2014).

G. Pengukuran Bayi

Pengukuran bayi dilakukan dengan mengukur berat badan bayi, panjang bayi, dan

lingkar kepala bayi. Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan

sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Penilaian status gizi bayi dapat

ditentukan berdasarkan antropometri bayi. Penilaian ini dilakukan dengan

membandingkan hasil pengukuran berat badan dan Panjang atau tinggi badan dengan

standar antropomteri bayi. Nilai standar (Z-score) tersebut dapat ditentukan dengan

mengacu pada Permenkes No.2 Tahun 2020.

Standar antropometri bayi didasarkan pada parameter berat badan dan

panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi :

a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.

Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan ynag mendadak,

mislanya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter

antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan

kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi

terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya

dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan pekembangan berat

badan, yaitu dapat berkembang dengan cepat atau lebih lambat dari keadaan

normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan

menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.
Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih

menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

Indeks ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur

bayi. Indeks ini dapat digunakan juga untuk menilai bayi dengan berat badan

kurang (underweight) atau sangat kurang (severely undereight), tetapi tidak dapat

digunakan untuk mengklasifikasikan bayi gemuk atau sangat gemuk. Berikut

klasifikasi status gizi anak berdasarkan indikator BB/U bayi usia 0-60 bulan

menurut Permenkes No.2 Tahun 2020:

Tabel 1. Indikator BB/U bayi usia 0-60 bulan


Indikator Z-score
Berat badan sangat kurang (severely underweight) <- 3 SD
Berat badan kurang (underweight) -3 SD sd <- 2 SD
Berat badan normal -2 SD sd + 1 SD
Risiko berat badan lebih* >+ 1 SD
*Bayi yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah
`pertumbuhan, perlu dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U.

Kelebihan Indeks BB/U:


1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.

2. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis

3. Berat badan dapat berfluktuasi.

4. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil.

5. Dapat mendeteksi kegemukan.

Kelemahan Indeks BB/U:


1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema
maupun asites.
2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit
ditaksir secara tepat karena pencatatan umur belum baik.
3. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia lima
tahun.
4. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau
gerakan anak saat penimbangan.
5. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena
dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya.

b. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur
(PB/U atau TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative

kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.

Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang

relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini

menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan

bahwan Indeks TB/U di samping memberikan gambaran status gizi masa lampau,

juga lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi.

Indeks ini menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan bayi

berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi bayi yang pendek

(stunted) atau sangat pendek (severely stunted) yang disebabkan oleh gizi kurang

dalam waktu lama atau sering sakit. Berikut klasifikasi status gizi anak

berdasarkan indikator PB/U atau TB/U bayi usia 0-60 bulan menurut Permenkes

No.2 Tahun 2020.

Tabel 2. Indikator PB/U bayi usia 0-60 bulan


Indikator Z-score
Sangat pendek (severely stunted) <- 3 SD
Pendek (stunted) -3 SD sd <- 2 SD
Normal -2 SD sd + 3 SD
Tinggi* >+ 3 SD
*Bayi pada kategori ini termassuk sangat tinggi dan biasanya tidak
menjadi masalah kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti
tumor atau memproduksi hormon pertumbuhan.
Keuntungan Indeks TB/U:

1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau

2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa

Kelemahan Indeks TB/U:

1. Tinggi badan cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.

2. Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga

diperlukan dua orang untuk melakukannya.

3. Ketepatan umur sulit didapat

c. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan / Tinggi Badan (BB/PB)


atau (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jelliffe pada tahun 1966 telah

memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB

merupaka indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang).

Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

Indeks ini menggambarkan apakah berat badan bayi sesuai terhadap

pertumbuhan Panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk

mengidentifikasi bayi gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted) serta

bayi yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi gizi

buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru

saja terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis). Berikut klasifikasi
status gizi anak berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB anak usia 0-60 bulan

menurut Permenkes No.2 Tahun 2020 :

Tabel 3. Indikator BB/PB bayi usia 0-60 bulan


Indikator Z-score
Gizi buruk (severely wasted) <- 3 SD
Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <- 2 SD
Gizi baik (normal) -2 SD sd + 1 SD
Berisiko gizi lebih risk of >+1 SD sd 2 SD
(possible overweight)
Gizi lebih (overweight) >+2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) >+ 3 SD

Keuntungan Indeks BB/TB:

1. Tidak memerluka data umur

2. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan kurus)

Kelemahan Indeks BB/TB:

1. Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup

tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena factor

umur tidak dipertimbangkan.

2. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran

panjang/tinggi badan pada kelompok balita.

3. Membutuhkan dua macam alat ukur.

4. Pengukuran relatif lama.

5. Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.

6. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila

dilakukan oleh kelompok non-profesional.

d. Indeks Masa Tumbuh menurut Umur (IMT/U)

Indeks ini digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi

baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik BB/PB

atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U
lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. bayi dengan ambang

batas IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk

mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas. Walaupun interpretasi IMT/U

mencantumkan gizi buruk dan gizi kurang, kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi

kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk menggunakan Indeks

Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB).

Tabel 4. Indikator IMT/U bayi usia 0-60 bulan


Indikator Z-score
Gizi buruk <- 3 SD
Gizi kurang -3 SD sd <- 2 SD
Gizi baik -2 SD sd + 1 SD
Gizi lebih >+1 SD sd 2 SD
Obesitas >+2 SD

D. Lingkar Kepala (LK)

Pengukuran lingkar kepala umumnya digunakan dalam ilmu kedokteran anak

untuk melihat apakah anak mengalami kepala besar (hidrosefalus) atau kepala

kecil (mikrosefalus). Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak

dan tulang tengkorak. Alat ukur yang digunakan adalah pita lingkar kepala.
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia Fitness Trainer Association. 2019.What is Bioimpedance Analysis. Diakses


dari: www.n1health.com/Media/Corporate/CFM/Documents/Other%20Resources/What
%20is%20Bioimpedance%20Analysis.pdf.
Mastria A, Adyaksa G.2014 Hubungan Persentase Lemak Tubuh Dengan Total Body
Water Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal
Kedokteran Diponegoro.
Dwianti, D dan Widiastuti, R. 2011. Obesitas Sentral dan Andropause di RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Jakarta: Depker RI; 2007
Gibson, R.S. (2005) Principles of Nutritional Assessment. 2nd Edition, Oxford
University Press Inc., New York.
Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV
Sagung Seto.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia, dari Sel ke Sistem med. Jakarta: EGC
Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2021. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Mastria, A. 2014. Hubungan Persentase Lemak Tubuh Dengan Total Body Water

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Junal Media Medika

Muda.

Hamzah DF. Pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap berat badan bayi usia 4-6

bulan di wilayah kerja Puskesmas Langsa Kota. J Ilm Penelit Kesehat. 2018;3(2):8–15.

Harahap M, Mochtar Y. Gambaran rasio lingkar pinggang pinggul, riwayat penyakit

dan usia pada pegawai polres pekanbaru. J Kesehat Masy Andalas. 2016;10(2):140–4.

Amma YA, Rahmah M. Hubungan pola konsumsi terhadap kejadian obesitas sentral
pada pengendara becak motor (bentor) di Kota Gorontalo. J Gizi Dan Kesehat.
2023;15(1).

Anda mungkin juga menyukai