Oleh
KEZIA DJELAU
K11114314
KELOMPOK 3
KELAS C
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini agar dapat mengetahui pengukuran
antropometri dan melihat risiko obesitas dan penyakit lainnya melalui :
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
2. Pengukuran prediksi tinggi badan
3. Waist Hip Ratio (WHR)
4. Lingkar perut
5. Lingkar lengan atas (LILA)
6. Percent Body Fat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saat ini indeks massa tubuh sudah mulai digunakan untuk penentuan status
gizi pasien dewasa di beberapa rumah sakit. Sebagai salah satu indeks
antropometri yang telah mendapatkan rekomendasi FAO/WHO/UNU dalam
penentuan status gizi orang dewasa, indeks massa tubuh ternyata sangat
sensitif untuk menentukan berat badan kurang, normal, dan lebih pada laki-
laki maupun perempuan. Bray (1992) member batasan untuk nilai indeks
massa tubuh antara 19 dan 25 untuk pria dan wanita yang berumur antara 19
dan 34 tahun, serta 21-27 tahun pria dan wanita di atas 35 tahun termasuk
baik.
Tinggi rendahnya tingat obesitas dapat dilihat pada tabel klasifikasi BMI
menurut WHO. Namun terdapat perbedaan kategori dalam kriteria WHO dan
WHO Asia Pasifik. Kriteria Asia Pasifik diperuntukkan untuk orang-orang
yang berdomisili di daerah Asia, karena Index Massa Tubuh orang Asia lebih
kecil sekitar 2-3 kg/m2 dibanding orang Afrika, orang Eropa, orang Amerika,
ataupun orang Australia. Berikut klasifikasi BMI Menurut WHO (2000).
Wanita 75age
TB = 84.88 - (0.24 usia) + (1.83 TL cm) 1,2
5
Lingkar Pinggang(LPi)
WHR=
Lingkar Panggul (LPa)
D. Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut kini mejadi metode paling popular kedua
setelah IMT untuk menentukan status gizi. Cara pengukuran lingkar perut ini
dapat membedakan obesitas menjadi jenis abdominal (obesitas tipe android)
dan perifer (obesitas tipe ginoid). Pasien dengan obesitas abdominal yang
merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit metabolik, vaskuler, dan
degeneratif memiliki lingkaran perut yang lebih besar dari normal. Untuk
diagnosis obesitas abdominal, lingkaran perut bagi wanita Asia adalah 80
cm dan bagi pria Asia 90 cm (Hartono,2006).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan prevalensi
obesitas sentral sebanyak 18,8% dari 19,1% prevalensi obesitas secara umum.
Riskesdas 2007 melaporkan bahwa tiga prevalensi obesitas sentral tertinggi,
yaitu Sulawesi Utara, Gorontalo, dan DKI Jakarta berturut-turut 31,5%, 27%,
dan 27,9%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi
Obesitas Indonesia (HISOBI) tahun 2004 ditemukan bahwa prevalensi
obesitas sentral lebih tinggi daripada obesitas umum yaitu sebanyak 11,2%
wanita dan 9,6% pria menderita obesitas umum. Sementara prevalensi yang
lebih tinggi ditemukan pada kelompok obesitas sentral dimana pada pria
41,2% dan pada wanita 53,3%. Kelompok dengan karakterisitik obesitas
sentral tertinggi di Indonesia berada dalam rentan umur 4554 tahun
sebanyak 27,4% (Hartono,2006).
Pengukuran lingkar perut lebih memberi arti dibandingkan IMT dalam
menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena
peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar
perut (Gotera, 2006).
Pengukuran untuk lingkar perut memberikan gambaran lebih rinci dalam
menentukan timbunan lemak yang menyebabkan obesitas pada bagian perut.
Berikut tabel nilai ambang batas lingkar perut menurut berbagai Negara.
Tabel 2.6 Nilai Ambang Batas Lingkar Perut Menurut Berbagai Negara
Europeans 94 80
Sub-Saharan Africans 94 80
Indonesia 90 80
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada pengukuran ini adalah
(Supariasa, dkk., 2002):
1. Baku Lingkar Lengan Atas (LILA) yang sekarang digunakan belum
mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini
didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan
perbedaan angka prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) yang cukup
berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan menurut
umur atau berat badan menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di
pihak lain, sekalipun dengan LILA.
2. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan
pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, megingat
batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada
tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada
LILA dibandingkan dengan tinggi badan.
3. Lingkar lengan atas sensitif untuk semua golongan tertentu (prasekolah)
tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak
demikian halnya dengan berat badan.
B. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan digital Seca
untuk berat badan, microtoice untuk tinggi badan, alat ukur tinggi lutut, pita
LiLA, penggaris siku-siku, pita circumference, dan skinfold caliper.
C. Peserta Praktikum
Adapun peserta praktikum adalah kelompok 3 kelas C Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Hasanuddin.
D. Prosedur Kerja
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
a. Pengukuran Berat Badan
1) Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang
minimal). Subjek tidak mengguakan alas kaki.
2) Pastikan timbangan berada pada penunjukkan skala dengan angka
0,0
3) Subjek berdiri diatas timbangan dengan berat yang tersebar merata
pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke
depan. Usahakan tetap tenang.
4) Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat.
b. Pengukuran Tinggi Badan
1) Subjek tidak mengenakan alas kaki. Posisikan subjek tepat
dibawah microtoice.
2) Kaki rapat, lutut lurus. Tumit, pantat, dan bahu menyentuh dinding
vertical.
3) Subjek dengan pandang lurus kedepan, kepala tidak perlu
menyentuh dinding vertical. Tangan lepas kesamping badan dengan
telapak tangan menghadap paha.
4) Mintalah subjek untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak
tanpa mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang
belakang. Usahakan bahu tetap santai.
5) Tarik microtoice hingga menyentuk ujung kepala, pegang secara
horizontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menarik
nafas maksimum. Dengan mata pengukur sejajar dengan alat
penunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan. Catat
tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat
2. Prediksi Tinggi Badan
a. Pengukuran tinggi lutut
1) Subjek duduk dengan salah satu kaki ditekuk hingga membentuk
sudut 900 proksimal hingga patela.
2) Kaki diletakkan di atas alat pengukur tinggi lutut dan pastikan kaki
subjek membentuk sudut 900 dengan melihat kelurusannya pada
tiang alat ukur.
3) Dibaca dengan sedikit menjongkok sehingga mata pembaca tepat
berada pada angka yang ditunjukkan oleh alat ukur. Dicatat tinggi
badan pada skala 0,1 cm terdekat.
b. Pengukuran arm span
1) Arm span diukur dalam posisi duduk.
2) Kedua lengan direntangkan horizontal pada sudut 90o pada bidang
datar.
3) Jarak diantara ujung jari tengah masing-masing tangan diukur.
4) Rerata dari 2 pengukuran digunakan untuk langsung diperkirakan
tinggi.
c. Pengukuran demi span
1) Demi-span diukur dalam posisi duduk dilengan kiri.
2) Lengan diangkat setinggi bahu dan direntangkan dengan jari
diperpanjang.
3) Jarak diantara bagian tengah suprasternal dan akar jari tengah
diukur.
d. Pengukuran ulna length
1) Ulna length diukur dalam posisi duduk di lengan kiri
2) Bahu ditempatkan di adduksi dan rotasi internal
3) Siku ditekuk pada 45o dan telapak tangan diletakkan di dada
dengan jari diperpanjang.
4) Jarak antara ujung proksimal ulna pada siku dan titik
apophysisstyloud di pergelangan tangan diukur
5) Rerata dari 2 pengukuran dihitung terdekat 0,5 cm dan digunakan
untuk memprediksi tinggi menggunakan tabel standar.
3. Perhitungan Waist to Hip Ratio (WHR)
a. Lingkar Pinggang (Lpi)
1) Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan)
sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna. Sebaiknya
pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang digunakan.
2) Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang relaks.
3) Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur
melingkar pinggang secara horizontal dimana merupakan bagian
yang paling kecil dari tubuh. Seorang pembantu diperlukan untuk
meletakkan alat ukur dengan tepat. Bagi mereka yang gemuk,
dimana sukar menentukan bagian paling kecil, daerah yang harus
diukur adalah antara tulang rusuk dan tonjolan iliaca.
4) Pengukuran dilakukan di akhir dari ekspresi yang normal, dan alat
ukur tidak menekan kulit
5) Bacalah dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm
terdekat
b. Lingkar Panggul (Lpa)
1) Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
2) Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi
tubuh dan kaki rapat.
3) Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal
dari panggul terlihat
4) Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit.
Seorang pembantu diperlukan untuk mengatur posisi alat ukur pada
sisi lainnya.
5) Bacalah dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm
terdekat.
4. Pengukuran Lingkar Perut
a. Jelaskan pada responden tujuan pengukuran lingkar perut dan tindakan
apa saja yang akan dilakukan dalam pengukuran.
b. Untuk pengukuran ini responden diminta dengan cara yang santun
untuk membuka pakaian bagian atas atau menyingkapkan pakaian
bagian atas dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk
menetapkan titik pengukuran
c. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah
d. Tetapkan titik uung lengkung tulang pangkal paha/pangkal
e. Tetapkan titik tengah di antara titik tulang rusuk terakhir titik ujung
lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut
dengan alat tulis
f. Minta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan normal
(ekspirasi normal)
g. Dilakukan pengukuran lingkar perut dimulai atau diambil dari titik
tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan
perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
h. Apabila subjek mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran
mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah
tersebut lagi.
5. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
a. Penentuan Titik Mid Point Pada Lengan
1) Subjek diminta berdiri tegak.
2) Subjek diminta untuk membuka lengan pakaian yang menutup
lengan kiri atas (bagi yang kidal digunakan lengan kanan).
3) Ditekukan tangan subjek membentuk 900 dengan telapak tangan
menghadap ke atas. Pengukur berdiri dibelakang dan menentukan
titik tengah antara tulang rusuk atas pada bahu kiri dan siku.
4) Ditandai titik tengah tersebut dengan pena.
b. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
1) Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus di samping badan,
telapak tangan menghadap ke bawah.
2) Diukur lingar lengan atas pada posisi mid point dengan pita
LILA menempel pada kulit dan dilingkarkan secara hotizontal pada
lengan. Perhatikan jangan sampai pita menekan kulit atau ada
rongga antara kulit dan pita.
3) Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat.
6. Percent Body Fat
a. Penentuan Tebal Lipatan Kulit (TLK)
1) Ibu jari dan jari telunjuk dari tangan kiri digunakan untuk
mengangkat kedua sisi kulit dan lemak subkutan kurang lebih 1 cm
proksimal dari daerah yang diukur.
2) Lipatan kulit diangkat pada jarak kurang lebih 1 cm tegak lurus
arah garis kulit.
3) Lipatan kulit tetap diangkat sampai pengukuran selesai.
4) Caliper dipegang oleh tangan kanan.
5) Pengukuran dilakukan dalam 4 detik setelah penekanan kulit oleh
caliper dilepas.
b. Pengukuran TLK Pada Tricep
1) Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada
kedua sisi tubuh.
2) Pengukuran dilakukan pada titik mid point (sama pada LILA).
3) Pengukur berdiri di belakang subjek dan meletakkan telapak
tangan kirinya pada bagian lengan kearah tanda yang telah dibuat
dimana ibu jari dan telunjuk menghadap ke bawah. Tricep skinfold
diambil dengan menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik tengah
tadi.
4) Tricep skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm.
c. Pengukuran TLK Pada Subscapular
1) Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada
kedua sisi tubuh.
2) Tangan diletakkan kiri ke belakang.
3) Untuk mendapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba
skapula dan mencarinya ke arah bawah lateral sepanjang batas
vertebrata sampai menentukan sudut bawah scapula.
4) Subscapular skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-lateral)
kurang lebih 450 ke arah horizontal garis kulit. Titik scapula
terletak pada bagain bawah sudut skapula.
5) Caliper diletakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk
yang mengangkat kulit dan subkutan dan ketebalan kulit diukur
mendekati 0,1 mm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
D. Lingkar Perut
Adapun hasil praktikum pemeriksaan lingkar perutyang dilakukan oleh
kelompok III kelas C pada tanggal 24 Maret 2016 di laboratorium
ditunjukkan pada tabel 4.4 di bawah ini:
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum oleh praktikan (Kezia Djelau) adalah
sebagai berikut:
1. Hasil pengukuran IMT praktikan adalah 29,16 dimana termasuk dalam
kategori Pre-Obese.
2. Prediksi tinggi badan hasil tinggi lutut, demi span, dan arm spanpraktikan
yaitu 47,5, 76, dan 150.Prediksi tinggi badan berdasarkan tinggi lutut
praktikan yaitu 131,9 cm, prediksi tinggi badan menurut demi span yaitu
162,9 cm dan menurut arm span yaitu 154,4 cm.
3. Hasil pengukuran WHR praktikan yaitu 0,83 dan termasuk kategori
VeryHigh.Berarti praktikan berisiko tinggi untuk terkena penyakit
kardiovaskular.
4. Dilihat dari nilai ambang batas lingkar perut, hasil pengukuran lingkar
perut praktikan adalah 94 dan termasuk pada kategori obesitas.
5. Hasil pengukuran LILA praktikan adalah 32,9 cm, dan termasuk dalam
kategori normal.
6. Hasil pengukuran Percent Body Fatpraktikan yaitu 25,41% dan termasuk
kategori Healthy Range.
B. Saran
1. Untuk Asisten
Sebaiknya setiap asisten menetapkan waktu pasti untuk tiap pengukuran
di tiap sektor agar tidak terjadi tabrakan waktu antarkelompok.
2. Untuk Laboratorium
Sebaiknya alat praktikum yang digunakan saat praktikum dilengkapi
untuk melancarkan kegiatan praktikum.
3. Untuk Praktikum
Sebaiknya waktu praktikum dimulai tepat waktu agar praktikum dapat
berjalan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC