PRAKTIKUM GIZI
OLEH
KELAS A
KELOMPOK 3
A. DASAR TEORI
1. Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab “giza” yang berarti zat
makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang
berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu
gizi (Fitri, 2017). Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun
dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
(Almatsier, 2005). Penelitian status gizi pada dasarnya merupakan
proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan
data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk
kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia (Arisman,
2010). Keadaan gizi seseorang dapat diketahui dengan melakukan
proses pemeriksaan yang disebut dengan penilaian status gizi (Arisman,
2010). Arisman juga mengungkapkan bahwa penilaian status gizi pada
dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang
dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif
maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang
telah tersedia.
2. Anthropometry
Anthropometri berasal dari kata anthropos dan metros.
Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri
adalah ukuran dari tubuh. Antropometri merupakan metode penilaian
status gizi yang paling sering digunakan termasuk pada balita.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.
Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa dkk, 2001).
Pengukuran Antropometri telah dilakukan sejak lama dalam
Peradaban Kuno.
a. Peradaban Mesir. Pembedahan pertama yang diketahui dengan
tujuan pembelajaran (abad III SM) dilakukan oleh para sarjana di
Mesir. Dalam meriam paling kuno, "panjang kaki" (LF) digunakan
sebagai modul. Sosok manusia yang digambar di dinding piramida
oleh seniman Mesir digambarkan dengan tinggi enam kali lebih
panjang dari panjang kaki mereka; Namun, ketika para seniman
memperhatikan bahwa proporsinya tidak mencerminkan kenyataan,
mereka menyesuaikan tinggi sosok manusia yang lebih tinggi ke
ketinggian yang setara dengan tujuh kaki. Menurut pengetahuan
aritmatika kita saat ini, garis horizontal itu proporsional berdasarkan
tinggi badan dan garis vertikal berdasarkan lebar tubuh manusia
(Yılmaz, 2005).
b. Peradaban Yunani Kuno. Artis paling terkenal dari era ini adalah
Polykleitos. Polykleitos mengevaluasi tubuh manusia dan menulis
buku anatomi artistik pertama yang diketahui. Para ulama terkenal
menggunakan "lebar tangan" (WH) sebagai modul dan
menggambarkan proporsi yang dia gunakan di antara berbagai
bagian tubuh dan lebar tangan serta perbedaannya. Selama periode
peradaban Yunani, untuk pertama kalinya banyak persamaan
digunakan dalam gambar tubuh manusia antara dimensi longitudinal,
oblique, dan transversal (Yılmaz, 2005).
c. Peradaban Romawi. Seniman dan cendekiawan Romawi
mengembangkan studi lebih lanjut tentang "tubuh manusia". Selain
itu, beberapa persamaan dideskripsikan setelah sosok manusia pan
da posisi perguruan tinggi ditempatkan dalam bingkai persegi.
Karena tokoh-tokoh zaman seperti Leonardo da Vinci menemukan
bahwa sosok manusia pada jaman perguruan tinggi memiliki panjang
dan lebar yang sama, lukisan manusia sering kali ditampilkan
dengan menggunakan bingkai persegi. Seniman di era Kekaisaran
Romawi melanjutkan studi ini dengan menggabungkan seni dengan
anatomi dan diam-diam mengeksploitasi matemati (G. Ocakoglu
et.al, 2013).
d. Pengukuran Antropometri selama Renaissance. Seniman besar
renaisans (Leonardo da Vinci dan Albrecht Dürer) menciptakan
banyak karya berdasarkan aturan dan proporsi ini. Karya yang
berhubungan dengan tubuh manusia dikembangkan sesuai dengan
aturan yang dianggap mewakili teknik pengukuran antropometri
klasik (Yılmaz, 2005).
e. Karya Antropometri di Abad "ke-20". Setelah Abad ke-19, konsep
sosok laki-laki “rata-rata” dikembangkan berdasarkan pengukuran
yang komprehensif. Pada awal abad ke-20, dokter kedokteran dan
pematung pelukis Prancis, Paul Richer, melakukan salah satu studi
paling rinci dan ilmiah di era pasca-kebangkitan karena penggunaan
metode antropometri. Dia menggambarkan "sosok manusia rata-rata"
berdasarkan pengukuran komprehensif daripada "sosok manusia
ideal." Dia memilih "height of head" sebagai modul dan
menggambarkan tampilan depan dan belakang. Selain itu, ia
menjelaskan anatomi manusia dalam konteks pandangan tematik dan
lateral dari ekstremitas (Utkulap dan Ercen,2015).
Anthropometry secara umum digunaka untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri.
Pada umumnya indeks antropometri yang digunakan yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Fitri,2017). Pengukuran
anthropometry memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
pengukuran anthropometry dibandingkan dengan metode lainnya
diantaranya adalah :
a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah
sampel yang besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh
tenaga yamg sudah dilatih dalam waktusingkat dapat melakukan
pengukuran antropometri.
c. Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan
pelatihan singkat ia dapat melaksankankegiatannya secara rutin.
alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat
di daerah setempat. Memang ada alat antropometri yang mahal dan
harus diimpor dari luar negeri, tetapi penggunaan alat itu hanya
tertentu saja seperti Skin Fold Caliper untuk mengukur lemak
dibawah kulit.
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa
lampau.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan
gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada
periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan
kelompok yang rawan terhadap gizi (Supariasa, 2001).
Adapun Kelemahan pengukuran anthropometry adalah sebagai berikut :
a. Tidak sensitif, metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam
waktu singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan
zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.
b. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan
energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri.
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi
presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
Kesalahan ini terjadi karena, pengukuran, perubahan hasil
pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, serta analisis dan
asumsi yang keliru.
d. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas
yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, dan kesulitan
pengukuran (Nurrizky dan Faridha, 2018).
Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan
tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan
keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksanaanya. Jika
dilihat dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak
dibawah kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya
sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan menggambarkan
keadaan sekarang.
b. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan
lingkar dada. Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif
lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat
masa lalu (Supariasa, 2001).
3. Interpretasi Hasil Pengukuran Anthropometry
Grafik pertumbuhan (growth chart) adalah salah satu alat
anthrpometry yang dikembangkan oleh Word Health Organizatoin
(WHO) unuk baku acuan pertumbuhan anak dan remaja yang di
gunakan untuk menginterpretasi hasil pengukuran anthropometry.
Grafik ini memungkinkan petugas kesehatan yang melakukan penilaian
anthtropometry di masyarakat atau fasilitas kesehatan, memplot hasil
ukur,dan mengklasifikasi anak dalan satu titik waktu. Selain itu, apabila
plot dilakukan secara berkelanjutan maka grafik ini memberikan
informasi tentang kecenderungan atau trend pertumbuhan seorang anak.
Interpretasi dari hasil plot pada grafik (Effendy, 2021).
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan
untuk menilai status gizi anak adalah indikator Berat Badan Menurut
Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Indeks Massa
Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 1995).
a. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang
memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena
massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak
misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan
ukuran antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal,
dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Sebaliknya keadaan abnormal, terdapat dua
kemungkinan perkembangan berat badan yaitu berkembang lebih
cepat atau berkembang lebih lambat dari keadaan normal.
Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur
(BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh
karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current
nutritional status) (Depkes RI, 1995).
b. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang
menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal,
tinggi badan tumbuh bersamaan dangan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah defisiensi zat gizi jangka pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan
tampak pada saat yang cukup lama (Depkes RI, 1995).
Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau,
dan dapat juga digunakan sebagai indikator perkembangan sosial
ekonomi masyarakat. Keadaan tinggi badan anak pada usia sekolah
(tujuh tahun), menggambarkan status gizi masa balitanya. Masalah
penggunaan indek TB/U pada masa balita, baik yang berkaitan
dengan kesahlian pengukuran tinggi badan maupun ketelitian data
umur. Masalah-masalah seperti ini akan lebih berkurang bila
pengukuran dilakukan pada anak yang lebih tua karena pengukuran
lebih mudah dilakukan dan penggunaan selang umur yang lebih
panjang (setelah tahunan atau tahunan) memperkecil kemungkinan
kesalahan data umur (Depkes RI, 1995).
c. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT dapat mengetahui apakah berat badan seseorang
dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk
orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada
bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk mengetahui
nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Berat badan( kg)
IMT =
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan( m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO (2006), yang membedakan batas ambang untuk laki-laki
dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-
laki adalah : 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8.
Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun
tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan
menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan.
Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang
batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan
ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat.
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi
berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara
berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT
untuk Indonesia adalah sebagai berikut : Kategori IMT yaitu sebagai
berikut menurut Depkes RI (1995) :
1) Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0.
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0- 18,4.
Normal 18,5-25,0.
2) Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,- 27,0.
3) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Disribusi lemak dalam tubuh dapat diketahui dengan
menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LILA),
pengukuran lingkar panggul atau pinggang, dan melihat ciri fisik
bentuk tubuh. Lemak yang berada di sekitar perut memberikan
resiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan lemak di daerah
paha atau bagian tubuh.yang lain. Suatu metoda yang sederhana
namun cukup akurat untuk mengetahui hal tersebut adalah lingkar
pinggang (Supariasa, 2001).
4) Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang
telah dipakai secara luas, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat
tinggi badan (m2). BMI mulai disosialisasikan untuk penilaian
obesitas pada anak dalam kurva persentil juga. 8-10 Tingkat
kelebihan berat badan harus dinyatakan dengan SD dari mean
(rerata) BMI untuk populasi umur tertentu. Mean BMI juga
bervariasi seperti pada berat badan normal pada status gizi dan
frekuensi kelebihan berat pada rerata BMI dan standard deviasi
yang dihitung. Misalnya anak dengan rerata BMI +1 SD di suatu
negara tidak harus sama dengan rerata BMI +1 di negara lain
(CDC, 2010).
4. Penilaian Pertumbuhan Anak dengan Menggunakan Aplikasi Who
Anthro
Pengolahan data status gizi menjadi sebuah kebutuhan yang
harus dilakukan dengan cepat, akurat dan bisa dengan segera menjadi
dasar dalam pengambilan keputusan baik dalam pelayanan asuhan gizi
di klinik maupun di masyarakat. Khusus, di klinik terdapat kesepatan
yang menyebabkan standar WHO ini tidak diaplikasikan, tetapi untuk
pelayanan di masyarakat piranti lunak (software) WHO Anthro ini
merupakan salah satu piranti lunak yang cukup direkondasikan untuk
digunakan dalam memudahkan layanan cepat dan akurat dalam
mengambil kesimpulan atas kondisi seorang anak yang sedang dinilai
status gizinya (Komalyana, 2016).
Setelah program WHO Anthro berhasil di install, maka di
desktop akan tampil icon seperti berikut ini (Komalyana, 2016).
Gambar 1.8 Tampilan untuk Memberi Ceklis pada Kemampuan yang sudah
Dimiliki Anak
Dari gambar 1.8 di atas, garis warna merah vertikal adalah batas
motorik ideal yang diharapkan, sehingga anak usia 12 bulan masih
merangkak dianggap perkembangan motorik pada usia 12 bulan belum
tercapai. Tekan close (x) dua kali, dan jika pada saat menekan close
yang ketiga kalinya ada komentar data belum disimpan, seharusnya
dipilih tombol save sampai kembali tampilan awal dari menu WHO
anthro.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui penilaian status gizi secara antropometri.
2. Mengetahui pengukuran berat badan.
3. Mengetahui pengukuran tinggi badan.
4. Mengetahui pengukuran lingkar lengan atas (LILA).
5. Dapat memplot hasil ukur antropometri pada grafik pertumbuhan.
6. Dapat menginterpretasi hasil plot pada grafik pertumbuhan.
7. Mengetahui cara menginput data hasil pengukuran antrhopometri
menggunakan modul Individual Assesment (IA) pada software WHO
Antrho dan menginterpretasi hasilnya (Effendy, 2021).
II. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
No
Nama Alat Gambar Fungsi
.
Sebagai pengukur yang
digunakan untuk
mengetahui berat badan
anak. Timbangan
manual merupakan
jenis timbangan yang
Timbangan bekerja secara mekanis
1.
Manual dengan sistem pegas.
Umumnya
B. BAHAN
1. Subyek 1, seorang anak perempuan berumur 2 tahun 1 bulan dengan
ciri fisik rambut pendek bergelombang dan warna kulit sawo matang.
2. Subyek 2, seorang anak perempuan berumur 3 tahun 5 bulan dengan
ciri fisik rambut lurus sebahu dan warna kulit kuning langsat.
3. Subyek 3, seorang anak perempuan berumur 3 tahun 11 bulan dengan
ciri fisik rambut lurus setengah leher, dan warna kulit kuning langsat.
C. CARA KERJA
1. Prosedur Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, dan Lingkar Lengan
Atas (LILA)
a. Pengukuran Berat Badan menggunakan timbangan badan manual :
1) Timbangan diletakkan di tempat yang rata dan datar.
2) Jarum timbangan dipastikan menunjukkan angka nol dan jarum
dalam keadaan seimbang.
3) Anak diarahkan oleh pengukur untuk berdiri di atas timbangan.
4) Anak diminta untuk berdiri santai, kedua lengan di sisi badan, dan
pandangan ke depan dan tidak menunduk atau melihat ke bawah.
5) Berat badan anak dibaca dan dicatat sesuai angka yang
ditunjukkan oleh jarum timbangan (Effendy, 2021).
a. Pengukuran Tinggi Badan menggunakan mikrotoise :
1) Mikrotoise diletakkan pada lantai rata, dan kemudian pita
mikrotoise ditarik secarah penuh (panjang pita mikrotoise adalah
2 meter) dan kemudian dilepaskan. Mikrotoise ditempelkan
menggunakan lakban pada dinding yang rata.
2) Sepatu dan ornament pada rambut anak dilepaskan.
3) Anak diminta untuk berdiri tegak di bawah mikrotoise dan kepala
anak harus diposisikan oleh pengukur pada posisi Frankfurt
(posisi dimana garis imajiner yang melalui lubang telinga bagian
luar ke sudut kelopak mata sejajar dengan lantai).
4) Anak diminta untuk melihat lurus ke depan, tubuh tegak, tangan
di sisi tubuh. Bahu, pantat dan tumit menyentuh bagian dinding.
Kedua kaki atau lutut dirapatkan.
5) Anak dipastikan tidak menjinjit dengan cara menahan tumit yang
dilakukan oleh asisten pengukur.
6) Anak diminta untuk menarik napas yang dalam dan bahu dalam
posisi rileks.
7) Head-bar mikrotoise ditarik oleh pengukur sampai menyentuh
mahkota kepala dan menekan rambut. Pengukuran dilakukan pada
inspirasi maksimum.
8) Tinggi anak dicatat sampai ketelitian 0,1 cm (Effendy, 2021).
b. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) menggunakan pita ukur
LILA :
1) Lingkar lengan diukur lengan kiri atas, pada titik tengah antara
ujung bahu dan siku.
2) Anak diminta untuk menekuk lengan membentuk sudut 900.
3) Ujung bahu dan ujung siku anak ditentukan, pita ukur
ditempatkan pada bagian ujung bahu (ditahan dengan
menggunakan ibu jari kanan) dan pita diulurkan sampai ke ujung
siku.
4) Titik tengah ditentukan dari lengan kanan atas. Ibu jari kiri
ditempatkan pada titik tersebut.
5) Lengan anak diluruskan. Pita ukur dilingkarkan tepat pada mid
point.
6) Ujung pita dimasukkan pada jendela pita, dan pegangan dari pita
disesuaikan. Pita ukur tidak boleh longgar atau terlalu ketat.
7) Hasil ukuran dibaca pada jendela pita dan dicatat dalam ketelitin
0,1 cm (Effendy, 2021).
2. Prosdur Plot dan Interpretasi Hasil Pengukuran Anthropometry
a. Plot pada grafik pertumbuhan untuk indeks Berat Badan menurut
Umur, Panjang Badan menurut Umur, Tinggi Badan menurut Umur.
1) Pertama-tama, jenis kelamin, umur anak ditentukan terlebih
dahulu dan pilih growth chart yang tepat berdasarkan informasi.
2) Umur subyek dihitung dengan cara hitung selisih antara tanggal
ulang tahun anak dan tanggal pengukuran.
3) Umur anak pada garis vertikal diplot/ditandai (tidak boleh plot
diantara garis vertikal) dari grafik pertumbuhan. Jika umur anak
adalah 5 ½ bulan, titik plotnya adalah tepat pada garis 5 bulan
(bukan di antara garis 5 dan 6 bulan).
4) Selanjutnya, hasil pengukuran berat badan atau panjang badan
atau tinggi badan atau lingkar kepala pada atau diantara garis
horizontal diplot/ditandai seakurat mungkin.
5) Untuk plot digunakan titik perpotongan antara 2 nilai (b dan c).
6) Jika plot dilakukan lebih dari 2 kali kunjungan. Dibuat garis lurus
penghubung antara titik untuk observasi trend tumbuh anak.
7) Status gizi anak diintrepretasikan dengan acuan pada tabel WHO
CHILD GROWTH STANDARD CLASSIFICATION (Effendy,
2021).
b. Plot indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan
1) Pertama-tama, panjang badan atau tinggi badan diplot pada garis
vertical (misalnya panjang badan adalah 65,5 cm, maka plot
diantara angka 60 dan 70 cm).
2) Lalu, Berat badan diplot seakurat mungkin pada garis horizontal.
3) Selanjutnya, titik perpotongan antara b dan c diplot.
4) Jika terdapat 2 atau lebih data hasil ukur, maka dihubungkan titik
plot dari 2 data tersebut dengan garis lurus.
5) Status gizi anak diinterpretasi dengan acuan pada table WHO
CHILD GROWTH STANDARD CLASSIFICATION (Effendy,
2021).
c. Plot indeks BMI menurut Umur (misalnya: 60 cm)
1) Pertama-tama, umur dalam minggu atau bulan atau tahun dan
bulan diplot secara akurat pada garis vertical (tidak boleh plot
diantara garis vertical).
2) Lalu, hasil hitung BMI pada garis horizontal diplot (mis: 14, 14.2)
atau diantara garis horizontal (14.5).
3) Selanjutnya, status gizi anak diinterpretasikan dengan acuan pada
table WHO CHILD GROWTH STANDARD CLASSIFICATION
(Effendy, 2021).
3. Prosedur Penilaian Pertumbuhan Anak dengan Menggunakan Aplikasi
WHO Anthro
a. Instalasi
1) Menginstal terlebih dahulu WHO anthro survey analyser and
other tools dari google.
2) Kemudian akan muncul tampilan WHO Chil Growth Standard
website.
3) Run WHO Anthro setup.exe dan ikuti instruksi pada layar sampai
selesai.
4) Pada deskop computer, double-clik ikon WHO Antro, atau Klik
Start→Program→WHO→WHO Anthro.
5) Membuka program untuk melihat apakah instalasi atau tidak.
6) Aplikasi ini membutukan laptop atau PC dengan operating
system (OS) windows 2000, windows server 2003, windows xp
atau windows vista dan NET 2.0 run time (22,4 MB).
a) Untuk mengecek versi windows laptop anda : Star→control
panel→system→generasi
b) Untuk mengecek net 2.0 runtime : Start→control panel→add
or remove program, kemudian pastikan jika Microsoft.Net
framework 2.0 adalah terinstal pada Currently instatelled
program.
b. Menjalakan program
1) Double clik pada program WHO Anthro
2) Pada jendela utama akan tampak 3 modul pilihan yang ada pada
WHO Anthro : Antropometric Calculator, Individual Assessment,
dan Nutritional Survey.
3) Anda dapat merubah versi bahasa yang digunakan dengan
mengklik menu :
a) Aplication → setting→
b) Klik drop down menu
c) Pilih bahasa yang diinginkan
d) Klik <Save> dan <Ok>. Default bahasa Inggris dan disarankan
untuk tidak mengubahnya
4) Informasi lainnya
a) Output, misalnya laporan hasil, aplikasi akan membuka exel
dan menggunakannya jika ada. Jika tidak ada,software akan
membuka program default yang diset oleh pengguna untuk
membaca file TXT.
b) Data dari IA dan NS akan disimpan pada data base file WHO
Anthroll.sdf.
c) Jika file corrupter, aplikasi akan memberitahukan ada masalah
dalam koneksi ke data base. Dalam kasus seperti ini, software
butuh diinstal ulang.
5) Untuk menggunakan menu Individual Assessment :
a) Dari jendela utama klik Individual Assesment
b) Akan muncul tampilan seperti :
1. Jendela utama akan memperhatikan 3 contoh data anak
(pada jendela sebelah kiri). Jendela sebelah kanan adalah
jendela yang berisi data anak.
2. Apabila anda mencentang kotak disamping nama anak dan
mengklik ikon, maka catatan data anak tersebut pada
jendela kanan akan terbuka.
c) Untuk input data baru (anak yang berbeda) :
1. Pada jendela utama, pada pojok kiri ata pilih menu
Individual assessment→New child, dan akan muncul
jendela untuk mengisi data baru dari anak yang berbeda.
2. Isikan data nama (firs name : nama anak, last name : nama
kelurga/family name).
3. Sex (jenis kelamin), pilih female (perempuan) atau male
(laki-laki).
4. Date of birt (bulan lahir/tanggal lahir/tahun)→klik icon
kalender dan pilih bulan dan tahun lahir anak.
5. Mother/father : Biodata dan hasil ukuran antropometri ibu
dan ayah dapat diisi dengan mengklik ikon plus <+>
berwarna hijau. Pada bagian ini anda dapat menginput nama
ibu/ayah, berat badan, tinggi badan, serta tanggal lahir.
Jangan lupa untuk mengklik save setiap kali selesai
menginput data.
d) Isi data anthropometry anak :
1. Klik icon plus <+> berwarna hijau pada bagian tulisan visit.
2. Pilih Recumbent (untuk panjang badan anak yang di ukur
dalam keadaan baring), atau Standing (untuk yang di ukur
berdiri).
3. Klik save
4. Jika anak yang sama melakukan kunjungan lagi pada bulan
berikutnya, untuk menambah catatan datanya kembali klik
ikon plus (+) di bawah kata visit.
e) Setelah data anak telah di simpan, maka hasil penelitian
dengan berbagai indikator akan muncul pada bagian bawah.
f) Warna-warna akan di tampilkan unruk membedakan secara
visual berbagai tingkat status gizi anak. Green dan Gold
menandakan status gizi anak pada level normal, Red
menandakan anak mengalami masalah gizi berat.
g) Klik ikon grap untuk menampilkan grafik pertumbuhan anak
(Effendy, 2021).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Berdasarkan hasil pengukuran Anthropometri yang telah dilakukan
untuk mengetahui status gizi balita bawah 5 tahun, diperoleh data sebagai
berikut :
Tgl/Bln/ Umur Pengukuran
Tgl/Bln
Tahun (Bulan
No. /Tahun BB TB
Penguku atau BMI LILA
Lahir (Kg) (Cm)
ran Tahun)
27/03/20 20/02/2 2 tahun 1
01 9 81, 8 13,4 14, 6
21 019 bulan
27/03/20 09/10/2 3 tahun 5
02 18 105, 6 16, 1 19, 1
21 017 bulan
27/03/20 12/04/2 3 tahun
03 10 92, 8 11, 6 13, 6
21 017 11 bulan
Tabel 2. Catatan Pengukuran
a. BMI subyek 1 :
9 9
= =13,4
0,818× 0,818 0,669
Jadi, BMI subyek 1 adalah 13, 4
b. BMI subyek 2 :
18 18
= =16,1
1,056× 1,056 1,115
Jadi, BMI subyek 2 adalah 16,1
c. BMI subyek 3 :
10 10
= =11,6
0,928× 0,928 0,861
Jadi, BMI subyek 3 adalah 11,6
Keterangan BMI
Batas Bawah 12
Normal Bawah 13
Ideal Bawah 14,1
Ideal 15,3
Ideal Atas 16,8
Normal Atas 18,4
Batas Atas 20,4
Tabel 10. BMI untuk Anak Usia 3 Tahun 5 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu
Keterangan BMI
Batas Bawah 11,8
Normal Bawah 12,8
Ideal Bawah 14
Ideal 15,3
Ideal Atas 16,8
Normal Atas 18,5
Batas Atas 20,5
Tabel 11. BMI untuk Anak Usia 3 Tahun 11 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu
Keterangan LILA
Kecil 12,4 cm
Normal Bawah 13,4 cm
Ideal Bawah 14,6 cm
Ideal 15,9 cm
Ideal Atas 17,3 cm
Normal Atas 18,9 cm
Besar 20,7 cm
Tabel 13. LILA untuk Anak Usia 3 Tahun 5 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu
Keterangan LILA
Kecil 12,5 cm
Normal Bawah 13,6 cm
Ideal Bawah 14,8cm
Ideal 16,2 cm
Ideal Atas 17,7 cm
Normal Atas 19,4 cm
Besar 21,2 cm
Tabel 14. LILA untuk Anak Usia 3 Tahun 11 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi 2.
Jakarta.
CDC. 2010. About BMI For Children And Teens.
Depkes. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Depertemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Effendy, Devi Savitri. 2021. Panduan Praktikum Gizi Kesehatan Masyarakat.
Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo.
Kendari.
Eknoyan, Garabed. 2008. "Adolphe Quetelet (1796-1874)-The Average Man and
Indices of Obesity". Nephrol. Dial. Transplant. 23 (1): (47-51).
Fitri, M.O. 2017. “Aplikasi Monitoring Perkembangan Status Gizi Anak Dan
Balita Secara Digital Dengan Metode Antropometriberbasis Android”.
Jurnal Instek. 2(2). 140-149.
G. Ocakoglu dan I. Ercan. 2013. “Morpho-tradisional dan Modernmetrik”.Turkiye
Klinikleri Journal of Biostatistics, Vol. 5. (37-41).
Komalyana, I.N.T. 2016. Modul Praktek WHO Anthro Ver 3.2.2. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.
Nurlette, Dirman dan Kusuma Toni Wijaya. 2018. “Perancangan Alat Pengukur
Tinggi dan Berat Badan Ideal Berbasis Arduino”. Vol.1, No.2: (172-184).
Sigma Teknika. Kepualauan Batam.
Nurrizky, A., Faridha,N. 2018. “Perbandingan Antropometri Gizi Berdasarkan
BB/U, TB/U, dan IMT/U Siswa SD Kelas Bawah antara Dataran Tinggi
dan Dataran Rendah di Kabupaten Probolinggo”. 6 (1) : 175-181.
Romadhon, A., Purnomo, A., S. 2016. “Sistem Pendukung Keputusan Untuk
Menentukan Status Gizi Balita Menggunakan Metode Fuzzy Inferensi
Sugeno (Berdasarkan Metode Antropometri)”. Informatics Journal,1(5),
78-87.
Supariasa, Bakri, dkk. 2012. “Penilaian Status Gizi”. Fajar. Jakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
Tanpa Nama. 2013. Apa itu BMI (Body Mass Index)?. Vista Bunda.
http://vistabunda.com/kesehatan/apa-itu-bmi-body-mass-index/ (31 Maret
2021).
Tim Panduan Ibu. Tanpa Tahun. Berat Badan & Tinggi Normal Anak 2 Tahun.
Paduan Ibu.com. https://www.panduanibu.com/anak-2-tahun-normal
(Tanggal Akses 31 Maret 2021).
Utkualp, N., Erken,L. 2015. ”Penggunaan Pengukuran Antropometri dalam Ilmu
Kedokteran”. Hindawi Publishing Corporation BioMed Research
International. 5-7.
Yılmaz, S. Çıkmaz, dan R. Mesut. 2005. “Evaluasi Bahasa Turki Laki-Laki
Sehubungan dengan Rasio Lingkar dan Ekstremitas Atas Leonardo”,
Jurnal Medis Balkan, Vol. 22, hlm. 137–141.
LAMPIRAN-LAMPIRAN