Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KESMAS

PRAKTIKUM GIZI

OLEH
KELAS A
KELOMPOK 3

1. IIN ARIANTI (J1A119037)


2. INARWATI (J1A119038)
3. KAMILAH CAHYANA (J1A119040)
4. LILIS ASRIANI ULANDARI (J1A119043)
5. MARCHY TRINITA MASLIN (J1A119045)
6. MUH. YUSUF (J1A119048)
7. NASRATUL (J1A119050)
8. NAZMASAVIRA (J1A119051)
9. NELI SARLINA (J1A119052)
10. NINGRUM INDAH PERTIWI (J1A119055)
11. NUR INDAH SRI WAHYUNI ARIPIN (J1A119058)
12. NUR VANDILA KALAPAT (J1A119059)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
2021
I. PENDAHULUAN

A. DASAR TEORI
1. Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab “giza” yang berarti zat
makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang
berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu
gizi (Fitri, 2017). Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun
dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
(Almatsier, 2005). Penelitian status gizi pada dasarnya merupakan
proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan
data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk
kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia (Arisman,
2010). Keadaan gizi seseorang dapat diketahui dengan melakukan
proses pemeriksaan yang disebut dengan penilaian status gizi (Arisman,
2010). Arisman juga mengungkapkan bahwa penilaian status gizi pada
dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang
dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif
maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang
telah tersedia.
2. Anthropometry
Anthropometri berasal dari kata anthropos dan metros.
Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri
adalah ukuran dari tubuh. Antropometri merupakan metode penilaian
status gizi yang paling sering digunakan termasuk pada balita.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.
Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa dkk, 2001).
Pengukuran Antropometri telah dilakukan sejak lama dalam
Peradaban Kuno.
a. Peradaban Mesir. Pembedahan pertama yang diketahui dengan
tujuan pembelajaran (abad III SM) dilakukan oleh para sarjana di
Mesir. Dalam meriam paling kuno, "panjang kaki" (LF) digunakan
sebagai modul. Sosok manusia yang digambar di dinding piramida
oleh seniman Mesir digambarkan dengan tinggi enam kali lebih
panjang dari panjang kaki mereka; Namun, ketika para seniman
memperhatikan bahwa proporsinya tidak mencerminkan kenyataan,
mereka menyesuaikan tinggi sosok manusia yang lebih tinggi ke
ketinggian yang setara dengan tujuh kaki. Menurut pengetahuan
aritmatika kita saat ini, garis horizontal itu proporsional berdasarkan
tinggi badan dan garis vertikal berdasarkan lebar tubuh manusia
(Yılmaz, 2005).
b. Peradaban Yunani Kuno. Artis paling terkenal dari era ini adalah
Polykleitos. Polykleitos mengevaluasi tubuh manusia dan menulis
buku anatomi artistik pertama yang diketahui. Para ulama terkenal
menggunakan "lebar tangan" (WH) sebagai modul dan
menggambarkan proporsi yang dia gunakan di antara berbagai
bagian tubuh dan lebar tangan serta perbedaannya. Selama periode
peradaban Yunani, untuk pertama kalinya banyak persamaan
digunakan dalam gambar tubuh manusia antara dimensi longitudinal,
oblique, dan transversal (Yılmaz, 2005).
c. Peradaban Romawi. Seniman dan cendekiawan Romawi
mengembangkan studi lebih lanjut tentang "tubuh manusia". Selain
itu, beberapa persamaan dideskripsikan setelah sosok manusia pan
da posisi perguruan tinggi ditempatkan dalam bingkai persegi.
Karena tokoh-tokoh zaman seperti Leonardo da Vinci menemukan
bahwa sosok manusia pada jaman perguruan tinggi memiliki panjang
dan lebar yang sama, lukisan manusia sering kali ditampilkan
dengan menggunakan bingkai persegi. Seniman di era Kekaisaran
Romawi melanjutkan studi ini dengan menggabungkan seni dengan
anatomi dan diam-diam mengeksploitasi matemati (G. Ocakoglu
et.al, 2013).
d. Pengukuran Antropometri selama Renaissance. Seniman besar
renaisans (Leonardo da Vinci dan Albrecht Dürer) menciptakan
banyak karya berdasarkan aturan dan proporsi ini. Karya yang
berhubungan dengan tubuh manusia dikembangkan sesuai dengan
aturan yang dianggap mewakili teknik pengukuran antropometri
klasik (Yılmaz, 2005).
e. Karya Antropometri di Abad "ke-20". Setelah Abad ke-19, konsep
sosok laki-laki “rata-rata” dikembangkan berdasarkan pengukuran
yang komprehensif. Pada awal abad ke-20, dokter kedokteran dan
pematung pelukis Prancis, Paul Richer, melakukan salah satu studi
paling rinci dan ilmiah di era pasca-kebangkitan karena penggunaan
metode antropometri. Dia menggambarkan "sosok manusia rata-rata"
berdasarkan pengukuran komprehensif daripada "sosok manusia
ideal." Dia memilih "height of head" sebagai modul dan
menggambarkan tampilan depan dan belakang. Selain itu, ia
menjelaskan anatomi manusia dalam konteks pandangan tematik dan
lateral dari ekstremitas (Utkulap dan Ercen,2015).
Anthropometry secara umum digunaka untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri.
Pada umumnya indeks antropometri yang digunakan yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Fitri,2017). Pengukuran
anthropometry memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
pengukuran anthropometry dibandingkan dengan metode lainnya
diantaranya adalah :
a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah
sampel yang besar.
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh
tenaga yamg sudah dilatih dalam waktusingkat dapat melakukan
pengukuran antropometri.
c. Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan
pelatihan singkat ia dapat melaksankankegiatannya secara rutin.
alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat
di daerah setempat. Memang ada alat antropometri yang mahal dan
harus diimpor dari luar negeri, tetapi penggunaan alat itu hanya
tertentu saja seperti Skin Fold Caliper untuk mengukur lemak
dibawah kulit.
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa
lampau.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan
gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada
periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan
kelompok yang rawan terhadap gizi (Supariasa, 2001).
Adapun Kelemahan pengukuran anthropometry adalah sebagai berikut :
a. Tidak sensitif, metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam
waktu singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan
zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.
b. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan
energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri.
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi
presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
Kesalahan ini terjadi karena, pengukuran, perubahan hasil
pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, serta analisis dan
asumsi yang keliru.
d. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas
yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, dan kesulitan
pengukuran (Nurrizky dan Faridha, 2018).
Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan
tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan
keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksanaanya. Jika
dilihat dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak
dibawah kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya
sensitif, cepat berubah, mudah turun naik dan menggambarkan
keadaan sekarang.
b. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan
lingkar dada. Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif
lambat, ukuranya tetap atau naik, dapat menggambarkan riwayat
masa lalu (Supariasa, 2001).
3. Interpretasi Hasil Pengukuran Anthropometry
Grafik pertumbuhan (growth chart) adalah salah satu alat
anthrpometry yang dikembangkan oleh Word Health Organizatoin
(WHO) unuk baku acuan pertumbuhan anak dan remaja yang di
gunakan untuk menginterpretasi hasil pengukuran anthropometry.
Grafik ini memungkinkan petugas kesehatan yang melakukan penilaian
anthtropometry di masyarakat atau fasilitas kesehatan, memplot hasil
ukur,dan mengklasifikasi anak dalan satu titik waktu. Selain itu, apabila
plot dilakukan secara berkelanjutan maka grafik ini memberikan
informasi tentang kecenderungan atau trend pertumbuhan seorang anak.
Interpretasi dari hasil plot pada grafik (Effendy, 2021).
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan
untuk menilai status gizi anak adalah indikator Berat Badan Menurut
Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Indeks Massa
Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 1995).
a. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang
memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena
massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak
misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau
menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan
ukuran antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal,
dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan
kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Sebaliknya keadaan abnormal, terdapat dua
kemungkinan perkembangan berat badan yaitu berkembang lebih
cepat atau berkembang lebih lambat dari keadaan normal.
Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur
(BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh
karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current
nutritional status) (Depkes RI, 1995).
b. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang
menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal,
tinggi badan tumbuh bersamaan dangan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang
sensitif terhadap masalah defisiensi zat gizi jangka pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan
tampak pada saat yang cukup lama (Depkes RI, 1995).
Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau,
dan dapat juga digunakan sebagai indikator perkembangan sosial
ekonomi masyarakat. Keadaan tinggi badan anak pada usia sekolah
(tujuh tahun), menggambarkan status gizi masa balitanya. Masalah
penggunaan indek TB/U pada masa balita, baik yang berkaitan
dengan kesahlian pengukuran tinggi badan maupun ketelitian data
umur. Masalah-masalah seperti ini akan lebih berkurang bila
pengukuran dilakukan pada anak yang lebih tua karena pengukuran
lebih mudah dilakukan dan penggunaan selang umur yang lebih
panjang (setelah tahunan atau tahunan) memperkecil kemungkinan
kesalahan data umur (Depkes RI, 1995).
c. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT dapat mengetahui apakah berat badan seseorang
dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk
orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada
bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk mengetahui
nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Berat badan( kg)
IMT =
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan( m)
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan
FAO/WHO (2006), yang membedakan batas ambang untuk laki-laki
dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-
laki adalah : 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8.
Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun
tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan
menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan.
Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang
batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan
ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat.
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi
berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara
berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT
untuk Indonesia adalah sebagai berikut : Kategori IMT yaitu sebagai
berikut menurut Depkes RI (1995) :
1) Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0.
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0- 18,4.
Normal 18,5-25,0.
2) Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,- 27,0.
3) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Disribusi lemak dalam tubuh dapat diketahui dengan
menggunakan pengukuran lingkar lengan atas (LILA),
pengukuran lingkar panggul atau pinggang, dan melihat ciri fisik
bentuk tubuh. Lemak yang berada di sekitar perut memberikan
resiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan lemak di daerah
paha atau bagian tubuh.yang lain. Suatu metoda yang sederhana
namun cukup akurat untuk mengetahui hal tersebut adalah lingkar
pinggang (Supariasa, 2001).
4) Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang
telah dipakai secara luas, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat
tinggi badan (m2). BMI mulai disosialisasikan untuk penilaian
obesitas pada anak dalam kurva persentil juga. 8-10 Tingkat
kelebihan berat badan harus dinyatakan dengan SD dari mean
(rerata) BMI untuk populasi umur tertentu. Mean BMI juga
bervariasi seperti pada berat badan normal pada status gizi dan
frekuensi kelebihan berat pada rerata BMI dan standard deviasi
yang dihitung. Misalnya anak dengan rerata BMI +1 SD di suatu
negara tidak harus sama dengan rerata BMI +1 di negara lain
(CDC, 2010).
4. Penilaian Pertumbuhan Anak dengan Menggunakan Aplikasi Who
Anthro
Pengolahan data status gizi menjadi sebuah kebutuhan yang
harus dilakukan dengan cepat, akurat dan bisa dengan segera menjadi
dasar dalam pengambilan keputusan baik dalam pelayanan asuhan gizi
di klinik maupun di masyarakat. Khusus, di klinik terdapat kesepatan
yang menyebabkan standar WHO ini tidak diaplikasikan, tetapi untuk
pelayanan di masyarakat piranti lunak (software) WHO Anthro ini
merupakan salah satu piranti lunak yang cukup direkondasikan untuk
digunakan dalam memudahkan layanan cepat dan akurat dalam
mengambil kesimpulan atas kondisi seorang anak yang sedang dinilai
status gizinya (Komalyana, 2016).
Setelah program WHO Anthro berhasil di install, maka di
desktop akan tampil icon seperti berikut ini (Komalyana, 2016).

Gambar 1.1 Tampilan Desktop Aplikasi WHO Anthro Versi 3.2.2

Program saat dijalankan, maka tampilan program pertama kali


sebagai berikut ini :

Gambar 1.2 Tampilan Awal Aplikasi WHO Anthro Versi 3.2.2


Di bawah ini adalah tampilan awal dari Individual assessment.
Individual assessment fasilitasnya disediakan di program WHO Anthro
diperuntukkan untuk mengolah data antropometri seseorang anak yang
bersifat monitoring dan evaluasi tumbuh kembang seorang anak.
Fasilitas ini cocok diterapkan di posyandu, poli rawat jalan, poli anak
dan tempat fasilitas lainnya yang membutuhkan fasilitas monitoring dan
evaluasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini disebabkan
karena dari Individual assessment ini menyediakan fasilitas untuk
merekam perkembangan fisik (antropometri) dan motorik
(perkembangan) dari anak. Untuk tampilan awalnya (default) tampak
seperti pada gambar 1.3 berikut ini :

Gambar 1.3 Tampilan Awal Icon Individual assessment


pada Aplikasi WHO Anthro Versi 3.2.2

Dari gambar di atas, terlihat bahwa tersedia : 1) ruang untuk


mengetahui jumlah anak yang di imput; 2) ruang untuk mengetahui
identitas dari anak; 3) ruang untuk mengimput data setiap kali
kunjungan; 4) untuk mengecek data setiap kali kunjungan; dan 5)
menampilkan hasil pengolahan status gizi secara antropometri.
Cara memanfaatkan Individual assessment seperti berikut ini :
a. Membuka status salah satu anak
1) Pilih salah satu nama anak yang dikehendaki.
2) Klik toolbar open
Maka hasilnya tampak seperti gambar di bawah ini (silahkan
dilihat dari nomor urut 1 sampai 5 seperti yang telah diuraikan di
atas.

Gambar 1.4 Toolbar Open, Icon Individual assessment pada


Aplikasi WHO Anthro Versi 3.2.2

b. Menambah data anak baru, caranya adalah :


1) Klik add atau klik

2) Isi identitas anak, kemudian tekan tombol save ( ) disarankan


tombol save diklik setelah semua input data selesai dilakukan
3) Pada area visits, klik tombol untuk entry data setiap
kunjungan (visit) kemudian entry data umur, jenis kelamin, berat
badan dan panjang badan/tinggi badan serta data lain yang jika
ada (hasil ukur : lingkar kepala, LILA, tricep dan subskapular).
Setelah selesai klik save
4) Lihat hasil status gizinya setiap kunjungan. Contoh, data baru
yang dimasukkan adalah sebagai berikut :
Nama : Nengah Tanu
Sex : Male
Usia : 12 bulan
Ibu : Isna
Bapak : Ibnu
Alamat : Jl.Mekar

Gambar 1.5 Tampilan New Child Icon Individual assessment pada


Aplikasi WHO Anthro Versi 3.2.2

Untuk kunjungan kedua dan seterusnya dapat di klik add new


visit dengan mengklik tombol tambah ( )
Untuk melihat perkembangan motorik anak setiap kunjungan
dapat di klik 2 kali pada area setiap kunjungan yang dikehendaki, maka
akan muncul gambar seperti gambar 1.6 berikut ini :

Gambar 1.6 Tampilan untuk Melihat Perkembangan


Motorik Anak Setiap Kunjungan
Tampilan awal, menampilkan rekaman antropometri dari anak
tersebut. Untuk merekam kemapuan motorik kasar dari anak tersebut,
maka pilih Motor

Gambar 1.7 Memilih Icon Motor untuk Merekam Kemampuan


Motorik Kasar dari Anak

Diasumsikan anak berusia 12 bulan baru bisa merangkak (beri


ceklist pada kemampuan yang sudah dimiliki anak (ceklist boleh lebih
dari satu). Lihat gambar 1.7 di atas.

Gambar 1.8 Tampilan untuk Memberi Ceklis pada Kemampuan yang sudah
Dimiliki Anak
Dari gambar 1.8 di atas, garis warna merah vertikal adalah batas
motorik ideal yang diharapkan, sehingga anak usia 12 bulan masih
merangkak dianggap perkembangan motorik pada usia 12 bulan belum
tercapai. Tekan close (x) dua kali, dan jika pada saat menekan close
yang ketiga kalinya ada komentar data belum disimpan, seharusnya
dipilih tombol save sampai kembali tampilan awal dari menu WHO
anthro.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui penilaian status gizi secara antropometri.
2. Mengetahui pengukuran berat badan.
3. Mengetahui pengukuran tinggi badan.
4. Mengetahui pengukuran lingkar lengan atas (LILA).
5. Dapat memplot hasil ukur antropometri pada grafik pertumbuhan.
6. Dapat menginterpretasi hasil plot pada grafik pertumbuhan.
7. Mengetahui cara menginput data hasil pengukuran antrhopometri
menggunakan modul Individual Assesment (IA) pada software WHO
Antrho dan menginterpretasi hasilnya (Effendy, 2021).
II. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
No
Nama Alat Gambar Fungsi
.
Sebagai pengukur yang
digunakan untuk
mengetahui berat badan
anak. Timbangan
manual merupakan
jenis timbangan yang
Timbangan bekerja secara mekanis
1.
Manual dengan sistem pegas.
Umumnya

Gambar 2.1 jenis timbangan ini

Timbangan Manual menggunakan indikator


berupa jarum sebagai
penunjuk ukuran massa
yang telah terskala.
2. Mikrotoise Sebagai pengukur yang
digunakan untuk
mengetahui tinggi
badan. Microtoise ini
cukup ditempel di
dinding dengan
ketinggian 2 meter dari
permukaan tanah. Cara
Gambar 2.2
penggunaannya hanya
Mikrotoise
dengan menarik batas
pengukur kepala sampai
menyentuh kepala
pengguna.
Berfungsi untuk
mengukur lingkar
lengan bayi dan sisi
baliknya digunakan
untuk mengukur lengan
Pita Ukur
3. atas ibu hamil pada usia
LILA
subur 15-45 tahun.
Warna merah berarti
Gambar 2.3 Pita Ukur
berat badan kurang dan
LILA
warna putih berarti
berat badan cukup.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum

B. BAHAN
1. Subyek 1, seorang anak perempuan berumur 2 tahun 1 bulan dengan
ciri fisik rambut pendek bergelombang dan warna kulit sawo matang.
2. Subyek 2, seorang anak perempuan berumur 3 tahun 5 bulan dengan
ciri fisik rambut lurus sebahu dan warna kulit kuning langsat.
3. Subyek 3, seorang anak perempuan berumur 3 tahun 11 bulan dengan
ciri fisik rambut lurus setengah leher, dan warna kulit kuning langsat.

C. CARA KERJA
1. Prosedur Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, dan Lingkar Lengan
Atas (LILA)
a. Pengukuran Berat Badan menggunakan timbangan badan manual :
1) Timbangan diletakkan di tempat yang rata dan datar.
2) Jarum timbangan dipastikan menunjukkan angka nol dan jarum
dalam keadaan seimbang.
3) Anak diarahkan oleh pengukur untuk berdiri di atas timbangan.
4) Anak diminta untuk berdiri santai, kedua lengan di sisi badan, dan
pandangan ke depan dan tidak menunduk atau melihat ke bawah.
5) Berat badan anak dibaca dan dicatat sesuai angka yang
ditunjukkan oleh jarum timbangan (Effendy, 2021).
a. Pengukuran Tinggi Badan menggunakan mikrotoise :
1) Mikrotoise diletakkan pada lantai rata, dan kemudian pita
mikrotoise ditarik secarah penuh (panjang pita mikrotoise adalah
2 meter) dan kemudian dilepaskan. Mikrotoise ditempelkan
menggunakan lakban pada dinding yang rata.
2) Sepatu dan ornament pada rambut anak dilepaskan.
3) Anak diminta untuk berdiri tegak di bawah mikrotoise dan kepala
anak harus diposisikan oleh pengukur pada posisi Frankfurt
(posisi dimana garis imajiner yang melalui lubang telinga bagian
luar ke sudut kelopak mata sejajar dengan lantai).
4) Anak diminta untuk melihat lurus ke depan, tubuh tegak, tangan
di sisi tubuh. Bahu, pantat dan tumit menyentuh bagian dinding.
Kedua kaki atau lutut dirapatkan.
5) Anak dipastikan tidak menjinjit dengan cara menahan tumit yang
dilakukan oleh asisten pengukur.
6) Anak diminta untuk menarik napas yang dalam dan bahu dalam
posisi rileks.
7) Head-bar mikrotoise ditarik oleh pengukur sampai menyentuh
mahkota kepala dan menekan rambut. Pengukuran dilakukan pada
inspirasi maksimum.
8) Tinggi anak dicatat sampai ketelitian 0,1 cm (Effendy, 2021).
b. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) menggunakan pita ukur
LILA :
1) Lingkar lengan diukur lengan kiri atas, pada titik tengah antara
ujung bahu dan siku.
2) Anak diminta untuk menekuk lengan membentuk sudut 900.
3) Ujung bahu dan ujung siku anak ditentukan, pita ukur
ditempatkan pada bagian ujung bahu (ditahan dengan
menggunakan ibu jari kanan) dan pita diulurkan sampai ke ujung
siku.
4) Titik tengah ditentukan dari lengan kanan atas. Ibu jari kiri
ditempatkan pada titik tersebut.
5) Lengan anak diluruskan. Pita ukur dilingkarkan tepat pada mid
point.
6) Ujung pita dimasukkan pada jendela pita, dan pegangan dari pita
disesuaikan. Pita ukur tidak boleh longgar atau terlalu ketat.
7) Hasil ukuran dibaca pada jendela pita dan dicatat dalam ketelitin
0,1 cm (Effendy, 2021).
2. Prosdur Plot dan Interpretasi Hasil Pengukuran Anthropometry
a. Plot pada grafik pertumbuhan untuk indeks Berat Badan menurut
Umur, Panjang Badan menurut Umur, Tinggi Badan menurut Umur.
1) Pertama-tama, jenis kelamin, umur anak ditentukan terlebih
dahulu dan pilih growth chart yang tepat berdasarkan informasi.
2) Umur subyek dihitung dengan cara hitung selisih antara tanggal
ulang tahun anak dan tanggal pengukuran.
3) Umur anak pada garis vertikal diplot/ditandai (tidak boleh plot
diantara garis vertikal) dari grafik pertumbuhan. Jika umur anak
adalah 5 ½ bulan, titik plotnya adalah tepat pada garis 5 bulan
(bukan di antara garis 5 dan 6 bulan).
4) Selanjutnya, hasil pengukuran berat badan atau panjang badan
atau tinggi badan atau lingkar kepala pada atau diantara garis
horizontal diplot/ditandai seakurat mungkin.
5) Untuk plot digunakan titik perpotongan antara 2 nilai (b dan c).
6) Jika plot dilakukan lebih dari 2 kali kunjungan. Dibuat garis lurus
penghubung antara titik untuk observasi trend tumbuh anak.
7) Status gizi anak diintrepretasikan dengan acuan pada tabel WHO
CHILD GROWTH STANDARD CLASSIFICATION (Effendy,
2021).
b. Plot indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan
1) Pertama-tama, panjang badan atau tinggi badan diplot pada garis
vertical (misalnya panjang badan adalah 65,5 cm, maka plot
diantara angka 60 dan 70 cm).
2) Lalu, Berat badan diplot seakurat mungkin pada garis horizontal.
3) Selanjutnya, titik perpotongan antara b dan c diplot.
4) Jika terdapat 2 atau lebih data hasil ukur, maka dihubungkan titik
plot dari 2 data tersebut dengan garis lurus.
5) Status gizi anak diinterpretasi dengan acuan pada table WHO
CHILD GROWTH STANDARD CLASSIFICATION (Effendy,
2021).
c. Plot indeks BMI menurut Umur (misalnya: 60 cm)
1) Pertama-tama, umur dalam minggu atau bulan atau tahun dan
bulan diplot secara akurat pada garis vertical (tidak boleh plot
diantara garis vertical).
2) Lalu, hasil hitung BMI pada garis horizontal diplot (mis: 14, 14.2)
atau diantara garis horizontal (14.5).
3) Selanjutnya, status gizi anak diinterpretasikan dengan acuan pada
table WHO CHILD GROWTH STANDARD CLASSIFICATION
(Effendy, 2021).
3. Prosedur Penilaian Pertumbuhan Anak dengan Menggunakan Aplikasi
WHO Anthro
a. Instalasi
1) Menginstal terlebih dahulu WHO anthro survey analyser and
other tools dari google.
2) Kemudian akan muncul tampilan WHO Chil Growth Standard
website.
3) Run WHO Anthro setup.exe dan ikuti instruksi pada layar sampai
selesai.
4) Pada deskop computer, double-clik ikon WHO Antro, atau Klik
Start→Program→WHO→WHO Anthro.
5) Membuka program untuk melihat apakah instalasi atau tidak.
6) Aplikasi ini membutukan laptop atau PC dengan operating
system (OS) windows 2000, windows server 2003, windows xp
atau windows vista dan NET 2.0 run time (22,4 MB).
a) Untuk mengecek versi windows laptop anda : Star→control
panel→system→generasi
b) Untuk mengecek net 2.0 runtime : Start→control panel→add
or remove program, kemudian pastikan jika Microsoft.Net
framework 2.0 adalah terinstal pada Currently instatelled
program.
b. Menjalakan program
1) Double clik pada program WHO Anthro
2) Pada jendela utama akan tampak 3 modul pilihan yang ada pada
WHO Anthro : Antropometric Calculator, Individual Assessment,
dan Nutritional Survey.
3) Anda dapat merubah versi bahasa yang digunakan dengan
mengklik menu :
a) Aplication → setting→
b) Klik drop down menu
c) Pilih bahasa yang diinginkan
d) Klik <Save> dan <Ok>. Default bahasa Inggris dan disarankan
untuk tidak mengubahnya
4) Informasi lainnya
a) Output, misalnya laporan hasil, aplikasi akan membuka exel
dan menggunakannya jika ada. Jika tidak ada,software akan
membuka program default yang diset oleh pengguna untuk
membaca file TXT.
b) Data dari IA dan NS akan disimpan pada data base file WHO
Anthroll.sdf.
c) Jika file corrupter, aplikasi akan memberitahukan ada masalah
dalam koneksi ke data base. Dalam kasus seperti ini, software
butuh diinstal ulang.
5) Untuk menggunakan menu Individual Assessment :
a) Dari jendela utama klik Individual Assesment
b) Akan muncul tampilan seperti :
1. Jendela utama akan memperhatikan 3 contoh data anak
(pada jendela sebelah kiri). Jendela sebelah kanan adalah
jendela yang berisi data anak.
2. Apabila anda mencentang kotak disamping nama anak dan
mengklik ikon, maka catatan data anak tersebut pada
jendela kanan akan terbuka.
c) Untuk input data baru (anak yang berbeda) :
1. Pada jendela utama, pada pojok kiri ata pilih menu
Individual assessment→New child, dan akan muncul
jendela untuk mengisi data baru dari anak yang berbeda.
2. Isikan data nama (firs name : nama anak, last name : nama
kelurga/family name).
3. Sex (jenis kelamin), pilih female (perempuan) atau male
(laki-laki).
4. Date of birt (bulan lahir/tanggal lahir/tahun)→klik icon
kalender dan pilih bulan dan tahun lahir anak.
5. Mother/father : Biodata dan hasil ukuran antropometri ibu
dan ayah dapat diisi dengan mengklik ikon plus <+>
berwarna hijau. Pada bagian ini anda dapat menginput nama
ibu/ayah, berat badan, tinggi badan, serta tanggal lahir.
Jangan lupa untuk mengklik save setiap kali selesai
menginput data.
d) Isi data anthropometry anak :
1. Klik icon plus <+> berwarna hijau pada bagian tulisan visit.
2. Pilih Recumbent (untuk panjang badan anak yang di ukur
dalam keadaan baring), atau Standing (untuk yang di ukur
berdiri).
3. Klik save
4. Jika anak yang sama melakukan kunjungan lagi pada bulan
berikutnya, untuk menambah catatan datanya kembali klik
ikon plus (+) di bawah kata visit.
e) Setelah data anak telah di simpan, maka hasil penelitian
dengan berbagai indikator akan muncul pada bagian bawah.
f) Warna-warna akan di tampilkan unruk membedakan secara
visual berbagai tingkat status gizi anak. Green dan Gold
menandakan status gizi anak pada level normal, Red
menandakan anak mengalami masalah gizi berat.
g) Klik ikon grap untuk menampilkan grafik pertumbuhan anak
(Effendy, 2021).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Berdasarkan hasil pengukuran Anthropometri yang telah dilakukan
untuk mengetahui status gizi balita bawah 5 tahun, diperoleh data sebagai
berikut :
Tgl/Bln/ Umur Pengukuran
Tgl/Bln
Tahun (Bulan
No. /Tahun BB TB
Penguku atau BMI LILA
Lahir (Kg) (Cm)
ran Tahun)
27/03/20 20/02/2 2 tahun 1
01 9 81, 8 13,4 14, 6
21 019 bulan
27/03/20 09/10/2 3 tahun 5
02 18 105, 6 16, 1 19, 1
21 017 bulan
27/03/20 12/04/2 3 tahun
03 10 92, 8 11, 6 13, 6
21 017 11 bulan
Tabel 2. Catatan Pengukuran

1. Hasil Perhitungan Body Mass Index (BMI)


Rumus BMI
Berat badan( kg)
BMI =
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan( m)

a. BMI subyek 1 :
9 9
= =13,4
0,818× 0,818 0,669
Jadi, BMI subyek 1 adalah 13, 4
b. BMI subyek 2 :
18 18
= =16,1
1,056× 1,056 1,115
Jadi, BMI subyek 2 adalah 16,1
c. BMI subyek 3 :
10 10
= =11,6
0,928× 0,928 0,861
Jadi, BMI subyek 3 adalah 11,6

2. Grafik Hasil Pengukuran BB/U, TB/U, BB/TB, dan BMI/U Pada 3


Subyek Menggunakan Growth Chart
a. Grafik Hasil Pengukuran BB/U Pada 3 Subyek Menggunakan
Growth Chart Untuk Indeks Berat Badan Menurut Umur

Grafik 1. Growth Chart untuk Indeks Berat Badan menurut Umur


Keterangan :
Biru = Subyek 1
Orange = Subyek 2
Ungu = Subjek 3

b. Grafik Hasil Pengukuran TB/U Pada 3 Subyek Menggunakan


Growth Chart Untuk Indeks Tinggi Badan Menurut Umur
Grafik 2. Growth Chart untuk Indeks Tinggi Badan menurut Umur
Keterangan :
Biru = Subyek 1
Orange = Subyek 2
Ungu = Subyek 3

c. Grafik Hasil Pengukuran BB/TB Pada 3 Subyek Menggunakan


Growth Chart Untuk Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan
Grafik 3. Growth Chart untuk Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan
Keterangan :
Biru = Subyek 1
Merah = Subyek 2
Ungu = Subyek 3

d. Grafik Hasil Pengukuran BMI/U Pada 3 Subyek Menggunakan


Growth Chart Untuk Indeks BMI Menurut Umur
Grafik 4. Growth Chart untuk Indeks BMI menurut Umur
Keterangan :
Biru = Subyek 1
Orange = Subyek 2
Ungu = Subyek 3

3. Grafik Hasil Pengukuran BB/U, TB/U, BB/TB, dan BMI/U Subyek


1 Menggunakan Aplikasi Who Anthro
a. Grafik BB/U Subyek 1

Grafik 5. BB/U Subyek 1

b. Grafik TB/U Subyek 1

Grafik 6. TB/U Subyek 1

c. Grafik BB/TB Subyek 1


Grafik 7. BB/TB Subyek 1

d. Grafik BMI/U Subyek 1

Grafik 8. BMI/U Subyek 1


4. Grafik Hasil Pengukuran BB/U, TB/U, BB/TB, dan BMI/U Subyek
2 Menggunakan Aplikasi Who Anthro
a. Grafik BB/U Subyek 2

Grafik 9. BB/U Subyek 2

b. Grafik TB/U Subyek 2

Grafik 10. TB/U Subyek 2


c. Grafik BB/TB Subyek 2

Grafik 11. BB/TB Subyek 2

d. Grafik BMI/U Subyek 2

Grafik 12. BMI/U Subyek 2


5. Grafik Hasil Pengukuran BB/U, TB/U, BB/TB, dan BMI/U Subyek
3 Menggunakan Aplikasi Who Anthro
a. Grafik BB/U Subyek 3

Grafik 13. BB/U Subyek 3

b. Grafik TB/U Subyek 3

Grafik 14. TB/U Subyek 3


c. Grafik BB/TB Subyek 3

Grafik 15. BB/TB Subyek 3

d. Grafik BMI/U Subyek 3

Grafik 16. BMI/U Subyek 3


B. PEMBAHASAN
1. Tabel Standard BB, TB, BMI, dan LILA yang Disarankan oleh
WHO
a. Berat Badan (BB)
Keterangan Berat Badan
Underweight 8,2 Kg
Normal Bawah 9,2 Kg
Ideal Bawah 10,3 Kg
Ideal 11,7 Kg
Ideal Atas 13,3 Kg
Normal Atas 15,1 Kg
Overweight 17,3 Kg
Tabel 3. Berat Badan untuk Anak Usia 2 Tahun 1 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

Keterangan Berat Badan


Underweight 10,2 Kg
Normal Bawah 11,5 Kg
Ideal Bawah 13 Kg
Ideal 14,8 Kg
Ideal Atas 16,9 Kg
Normal Atas 19,5 Kg
Overweight 22,7 Kg
Tabel 4. Berat Badan untuk Anak Usia 3 Tahun 5 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

Keterangan Berat Badan


Underweight 10,8 Kg
Normal Bawah 12,2 Kg
Ideal Bawah 13,9 Kg
Ideal 15,9 Kg
Ideal Atas 18,3 Kg
Normal Atas 21,2 Kg
Overweight 24,8 Kg
Tabel 5. Berat Badan untuk Anak Usia 3 Tahun 11 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

b. Tinggi Badan (TB)


Berikut tabel Tinggi Badan berdasarkan standard yang
disarankan oleh WHO :
Keterangan Tinggi Badan
Pendek 76,8 cm
Normal Bawah 80 cm
Ideal Bawah 83,3 cm
Ideal 86,6 cm
Ideal Atas 89,9 cm
Normal Atas 93,1 cm
Jangkung 96,4 cm
Tabel 6. Tinggi Badan untuk Anak Usia 2 Tahun 1 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

Keterangan Tinggi Badan


Pendek 86,3 cm
Normal Bawah 90,4 cm
Ideal Bawah 94,4 cm
Ideal 98,4 cm
Ideal Atas 102,4 cm
Normal Atas 106,4 cm
Jangkung 110,5 cm
Tabel 7. Tinggi Badan untuk Anak Usia 3 Tahun 5 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

Keterangan Tinggi Badan


Pendek 89,3 cm
Normal Bawah 93,6 cm
Ideal Bawah 97,9 cm
Ideal 102,1 cm
Ideal Atas 106,4 cm
Normal Atas 110,7 cm
Jangkung 114,9 cm
Tabel 8. Tinggi Badan untuk Anak Usia 3 Tahun 11 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

c. Body Mass Index (BMI)


Indeks massa tubuh (IMT), atau Indeks Quetelet, merupakan
proksi heuristik untuk lemak tubuh manusia berdasarkan berat badan
seseorang dan tinggi. IMT tidak benar-benar mengukur persentase
lemak tubuh. Itu ditemukan antara tahun 1830 dan 1850 oleh
polymath asal Belgia Adolphe Quetelet selama pengembangan
"fisika sosial".
Kegunaan BMI (Body Mass Indeks) adalah salah satu
indicator kadar relative lemak tubuh seseorang yang sudah dewasa
dengan usia 20 tahun ke atas. BMI digunakan untuk menentukan
status berat badan seseorang apakah seseorang memiliki berat badan
yang terlalu kurus, ideal, atau terlalu gemuk. Untuk mengetahui BMI
seseorang maka perlu diketahui berat badan orang tersebut dalam
satuan kilogram (kg) dan tinggi badannya dalam satuan meter (m).
Angka BMI yang terlalu rendah menunjukkan bahwa
seseorang terlalu kurus sehingga meningkatkan resiko gangguan
kesehatan. Angka BMI yang terlalu tinggi menujukkan bahwa
seseorang terlalu gemuk sehingga meningkatkan resiko gangguan
kesehatan. Orang yang terlalu kurus disarankan untuk meningkatkan
berat badannya sampai kisaran berat badan ideal, demikian pula
untuk orang yang terlalu gemuk disarankan untuk mengurangi berat
badannya sampai kisaran berat badan normal.
Penggunaan BMI untuk mengukur status berat badan
seseorang memiliki beberapa kelemahan. Oleh karena itu
penggunaan BMI untuk memperkirakan status berat badan belum
tentu cocok untuk semua orang. Berikut beberapa kekurangan BMI.
1) BMI tidak mempertimbangkan faktor umur. Perhitungan BMI
untuk orang lanjut usia cenderung kurang dari estimasi.
2) BMI tidak mempertimbangkan faktor massa otot. Perhitungan
BMI untuk atlit olahraga cenderung lebih dari estimasi.
3) BMI tidak mempertimbangkan faktor kehamilan. Perhitungan
BMI untuk wanita saat hamil cenderung lebih dari estimasi.
4) BMI tidak mempertimbangkan faktor bentuk rangka tubuh
sehingga rentang BMI untuk suatu populasi tertentu berbeda
dengan rentang BMI populasi lainnya. Misalnya bentuk rangka
tubuh orang Asia berbeda dengan rangka tubuh orang Eropa atau
Afrika.
Berikut tabel BMI berdasarkan standard yang disarankan
oleh WHO :
Keterangan BMI
Batas Bawah 12,4
Normal Bawah 13,3
Ideal Bawah 14,4
Ideal 15,7
Ideal Atas 17,1
Normal Atas 18,7
Batas Atas 20,6
Tabel 9. BMI untuk anak usia 2 Tahun 1 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

Keterangan BMI
Batas Bawah 12
Normal Bawah 13
Ideal Bawah 14,1
Ideal 15,3
Ideal Atas 16,8
Normal Atas 18,4
Batas Atas 20,4
Tabel 10. BMI untuk Anak Usia 3 Tahun 5 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

Keterangan BMI
Batas Bawah 11,8
Normal Bawah 12,8
Ideal Bawah 14
Ideal 15,3
Ideal Atas 16,8
Normal Atas 18,5
Batas Atas 20,5
Tabel 11. BMI untuk Anak Usia 3 Tahun 11 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

d. Lingkar Lengan Atas (LILA)


Menurut Supriasa (2012) dalam Rahmi (2016) menunjukan
bahwa Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah jenis pemeriksaan
antropometri yang digunakan untuk mengukur risiko KEK pada
wanita usia subur yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan
Pasangan Usia Subur (PUS). Namun, dalam pengukuran ini
pengukuran LILA dilakukan pada anak usia bawah 5 tahun untuk
mengetahui apakah balita tersebut mengalami kekurangan energy
kronis (KEK) atau tidak.
Berikut tabel LILA (Lingkar Lengan Atas) berdasarkan
standard yang disarankan oleh WHO :
Keterangan LILA
Kecil 12,5 cm
Normal Bawah 13,6 cm
Ideal Bawah 14,8cm
Ideal 16,2 cm
Ideal Atas 17,7 cm
Normal Atas 19,4 cm
Besar 21,2 cm
Tabel 12. LILA untuk Anak Usia 2 Tahun 1 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

Keterangan LILA
Kecil 12,4 cm
Normal Bawah 13,4 cm
Ideal Bawah 14,6 cm
Ideal 15,9 cm
Ideal Atas 17,3 cm
Normal Atas 18,9 cm
Besar 20,7 cm
Tabel 13. LILA untuk Anak Usia 3 Tahun 5 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

Keterangan LILA
Kecil 12,5 cm
Normal Bawah 13,6 cm
Ideal Bawah 14,8cm
Ideal 16,2 cm
Ideal Atas 17,7 cm
Normal Atas 19,4 cm
Besar 21,2 cm
Tabel 14. LILA untuk Anak Usia 3 Tahun 11 Bulan
Sumber : Tim Panduan Ibu

2. Pembahasan Hasil Pengukuran Antropometri yang Telah


Dilakukan Pada 3 Subyek
Berdasarkan hasil pengukuran anthropometri yang telah
dilakukan pada 3 subyek, diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Subyek 1
Subyek pertama berusia 2 tahun 1 bulan dengan hasil
pengukuran Berat Badan (BB) 9 kg, berdasarkan standar Berat
Badan (BB) anak usia 2 tahun 1 bulan berjenis kelamin perempuan
yang disarankan WHO, subyek 1 masuk pada kategori berat badan
kurus.
Hasil pengukuran Tinggi Badan (TB) subyek 1 yaitu 81,8 cm
hal ini menunjukkan bahwa tinggi badan subyek 1 masuk dalam
kategori Tinggi Badan (TB) normal bawah berdasarkan standard
tinggi badan anak usia 2 tahun 1 bulan berjenis kelamin perempuan
yang disarankan oleh WHO.
Data hasil pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan
(TB) tersebut kemudian digunakan untuk menghitung BMI, dan
diperoleh hasil 14,6. Menurut standard yang disarankan oleh WHO
untuk anak usia 2 tahun 1 bulan berjenis kelamin perempuan, angka
tersebut menunjukkan bahwa BMI yang dimiliki oleh Subyek 1
masuk pada kategori ideal bawah.
Adapun data hasil pengukuran LILA pada subyek 1 diperoleh
hasil 14,6 yang menunjukkan bahwa subyek 1 memiliki ukuran
LILA yang normal dan tidak mengalami Kekurangan Energi Kronis
(KEK).
b. Subyek 2
Subyek kedua berusia 3 tahun 5 bulan dengan hasil
pengukuran berat badan 18 kg, berdasarkan standar Berat Badan
(BB) anak usia 3 tahun 5 bulan berjenis kelamin perempuan yang
disarankan WHO, subyek 2 masuk pada kategori Berat Badan (BB)
normal.
Sedangkan hasil pengukuran Tinggi Badan (TB) subyek 2
yaitu 105,6 cm hal ini menunjukkan bahwa Tinggi Badan (TB)
subyek 2 masuk dalam kategori Tinggi Badan (TB) normal
berdasarkan standard tinggi badan anak usia 3 tahun 5 bulan berjenis
kelamin perempuan yang disarankan oleh WHO.
Data hasil pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan
(TB) tersebut kemudian digunakan untuk menghitung BMI, dan
diperoleh hasil 16,1. Menurut standard yang disarankan oleh WHO
untuk anak usia 3 tahun 5 bulan berjenis kelamin perempuan, angka
tersebut menunjukkan bahwa BMI yang dimiliki oleh Subyek 2
masuk pada kategori antara ideal dan ideal bawah.
Adapun data hasil pengukuran LILA pada subyek 2 diperoleh
hasil 19,1 yang menunjukkan bahwa subyek 2 memiliki ukuran
LILA yang normal dan tidak mengalami Kekurangan Energi Kronis
(KEK).
c. Subyek 3
Subyek ketiga berusia 3 tahun 11 bulan dengan hasil
pengukuran Berat Badan (BB) 10 kg, berdasarkan standar Berat
Badan (BB) anak usia 3 tahun 11 bulan berjenis kelamin perempuan
yang disarankan WHO, subyek 3 masuk pada kategori Berat Badan
(BB) di bawah batas normal.
Sedangkan hasil pengukuran Tinggi Badan (TB) subyek 2
yaitu 92,8 cm hal ini menunjukkan bahwa Tinggi Badan (TB)
subyek 3 masuk dalam kategori Tinggi Badan (TB) di bawah batas
normal bawah berdasarkan standard tinggi badan anak usia 3 tahun
11 bulan berjenis kelamin perempuan yang disarankan oleh WHO.
Data hasil pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan
(TB) tersebut kemudian digunakan untuk menghitung BMI, dan
diperoleh hasil 11,6. Menurut standard yang disarankan oleh WHO
untuk anak usia 3 tahun 11 bulan berjenis kelamin perempuan, angka
tersebut menunjukkan bahwa BMI yang dimiliki oleh Subyek 3
berada di bawah batas bawah BMI.
Adapun data hasil pengukuran LILA pada subyek 3 diperoleh
hasil 13,6 yang menunjukkan bahwa subyek 3 memiliki ukuran
LILA yang masuk dalam kategori normal bawah dan tidak
mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).

3. Pembahasan Grafik Hasil Pengukuran BB/U, TB/U, BB/TB, dan


BMI/U Pada 3 Subyek Menggunakan Growth Chart dan Aplikasi
Who Anthro
Setelah membandingkan grafik hasil pengukuran BB/U, TB/U,
BB/TB, dan BMI/U menggunakan growth chart dengan grafik hasil
pengukuran BB/U, TB/U, BB/TB, dan BMI/U menggunakan aplikasi
WHO Anthro, tidak ditemukan perbedaan hasil pengukuran diantara
keduanya.
Berdasarkan hasil grafik hasil pengukuran BB/U, TB/U, BB/TB,
dan BMI/U pada 3 subyek menggunakan growth chart dan aplikasi
WHO Anthro, diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Subyek 1
1) Subyek 1 memiliki BB/U yaitu plot -2 dan -3, Z-Scores >-3
sampai <-2 yang berarti subyek 1 masuk dalam kategori BB/U
Underweight (gizi kurang).
2) Hasil pengukuran TB/U yaitu plot -2 dan 0, Z-Scores -2 sampai <-
1 yang berarti subyek 1 masuk dalam kategori TB/U normal.
3) Hasil pengukuran BB/TB yaitu plot -2 dan -1, Z-Scores -2 sampai
<-1 yang berarti subyek 1 masuk dalam kategori BB/TB normal.
4) Hasil pengukuran BMI/U yaitu plot -2 dan -1, Z-Scores -2 sampai
<-1 yang berarti subyek 1 masuk dalam kategori BMI/U normal.
b. Subyek 2
1) Subyek 2 memiliki BB/U yaitu plot 0 dan 2, Z-Scores >+1 sampai
<+2 yang berarti subyek 2 masuk dalam kategori BB/U normal.
2) Hasil pengukuran TB/U yaitu plot 0 dan 2, Z-Scores >+1 sampai
<+2 yang berarti subyek 2 masuk dalam kategori TB/U normal.
3) Hasil pengukuran BB/TB yaitu plot -1 dan 0, Z-Scores -1 sampai
+2 yang berarti subyek 2 masuk dalam kategori BB/TB normal.
4) Hasil pengukuran BMI/U yaitu plot 0 dan +1, Z-Scores -1 sampai
+1 yang berarti subyek 2 masuk dalam kategori BMI/U normal.
c. Subyek 3
1) Subyek 3 memiliki BB/U yaitu plot -3, Z-Scores <-3 SD yang
berarti subyek 3 masuk dalam kategori underwight (gizi buruk).
2) Hasil pengukuran TB/U yaitu plot -3 dan -2, Z-Scores >-3 sampai
<-2 yang berarti subyek 3 masuk dalam kategori TB stunted
(pendek).
3) Hasil pengukuran BB/TB yaitu plot -3, Z-Scores <-3SD yang
berarti subyek 3 masuk dalam kategori BB/TB severe wasting
(sangat kurus).
4) Hasil pengukuran BMI/U yaitu plot -3, Z-Score <-3 SD yang
berarti subyek 3 masuk dalam kategori BMI/U severe wasting
(sangat kurus).
IV. KESIMPULAN
Kegunaan BMI (Body Mass Indeks) adalah salah satu indicator kadar
relative lemak tubuh seseorang yang sudah dewasa dengan usia 20 tahun ke
atas. BMI digunakan untuk menentukan status berat badan seseorang apakah
seseorang memiliki berat badan yang terlalu kurus, ideal, atau terlalu gemuk.
Untuk mengetahui BMI seseorang maka perlu diketahui berat badan orang
tersebut dalam satuan kilogram (kg) dan tinggi badannya dalam satuan meter
(m).Penggunaan BMI untuk mengukur status berat badan seseorang memiliki
beberapa kelemahan, yaitu : 1) BMI tidak mempertimbangkan faktor umur, 2)
BMI tidak mempertimbangkan faktor massa otot, 3) BMI tidak
mempertimbangkan faktor kehamilan, dan 4 ) BMI tidak mempertimbangkan
faktor bentuk rangka tubuh sehingga rentang BMI untuk suatu populasi
tertentu berbeda dengan rentang BMI populasi lainnya.
Menurut Supriasa (2012) dalam Rahmi (2016) menunjukan bahwa
Lingkar Lengan Atas (LILA) adalah jenis pemeriksaan antropometri yang
digunakan untuk mengukur risiko KEK pada wanita usia subur yang meliputi
remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS). Namun,
dalam pengukuran ini pengukuran LILA dilakukan pada anak usia bawah 5
tahun untuk mengetahui apakah balita tersebut mengalami kekurangan energy
kronis (KEK) atau tidak.
Berdasarkan hasil pengukuran anthropometry yang telah dilakukan
pada 3 subyek, diperoleh hasil sebagai berikut : Subyek pertama berusia 2
tahun 1 bulan dengan hasil pengukuran berat badan 9 kg, tinggi badan 81,1
cm, BMI 14,6 dan LILA 14,6. Berdasarkan standard berat badan, tinggi
badan, BMI dan ukuran LILA anak usia 2 tahun 1 bulan berjenis kelamin
perempuan yang disarankan WHO, subyek 1 masuk pada kategori berat badan
kurus, tinggi badan normal bawah BMI ideal bawah dan ukuran LILA yang
normaldalam artian tidak mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Sedangkan subyek 2 berusia 3 tahun 5 bulan dengan hasil pengukuran
berat badan 18 kg, tinggi badan 105,6, BMI 16,1 dan ukuran LILA 19,1.
Berdasarkan tabel standard berat badan, tinggi badan, BMI dan LILA, dapat
disimpulkan bahwa subyek 2 masuk dalam kategori berat badan normal,
tinggi badan normal, BMI ideal dan ideal bawah serta ukuran LILA yang
normal dalam artian tidak mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Adapun subyek 3 berusia 3 tahun 11 bulan dengan hasil pengukuran
berat badan 10 kg, tinggi badan 92,8 cm, BMI 11,6 dan ukuran LILA 13,6.
Berdasarkan standard berat badan, tinggi badan, BMI dan ukuran LILA yang
disarankan WHO, subyek 3 masuk dalam kategori berat badan di bawah batas
normal, tinggi badan di bawah batas normal bawah, BMI di bawah batas
bawah, dan ukuran LILA normal bawah dalam artian tidak mengalami
Kekurangan Gizi Kronis (KEK).
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Arisman. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi 2.
Jakarta.
CDC. 2010. About BMI For Children And Teens.
Depkes. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Depertemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Effendy, Devi Savitri. 2021. Panduan Praktikum Gizi Kesehatan Masyarakat.
Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo.
Kendari.
Eknoyan, Garabed. 2008. "Adolphe Quetelet (1796-1874)-The Average Man and
Indices of Obesity". Nephrol. Dial. Transplant. 23 (1): (47-51).
Fitri, M.O. 2017. “Aplikasi Monitoring Perkembangan Status Gizi Anak Dan
Balita Secara Digital Dengan Metode Antropometriberbasis Android”.
Jurnal Instek. 2(2). 140-149.
G. Ocakoglu dan I. Ercan. 2013. “Morpho-tradisional dan Modernmetrik”.Turkiye
Klinikleri Journal of Biostatistics, Vol. 5. (37-41).
Komalyana, I.N.T. 2016. Modul Praktek WHO Anthro Ver 3.2.2. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.
Nurlette, Dirman dan Kusuma Toni Wijaya. 2018. “Perancangan Alat Pengukur
Tinggi dan Berat Badan Ideal Berbasis Arduino”. Vol.1, No.2: (172-184).
Sigma Teknika. Kepualauan Batam.
Nurrizky, A., Faridha,N. 2018. “Perbandingan Antropometri Gizi Berdasarkan
BB/U, TB/U, dan IMT/U Siswa SD Kelas Bawah antara Dataran Tinggi
dan Dataran Rendah di Kabupaten Probolinggo”. 6 (1) : 175-181.
Romadhon, A., Purnomo, A., S. 2016. “Sistem Pendukung Keputusan Untuk
Menentukan Status Gizi Balita Menggunakan Metode Fuzzy Inferensi
Sugeno (Berdasarkan Metode Antropometri)”. Informatics Journal,1(5),
78-87.
Supariasa, Bakri, dkk. 2012. “Penilaian Status Gizi”. Fajar. Jakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
Tanpa Nama. 2013. Apa itu BMI (Body Mass Index)?. Vista Bunda.
http://vistabunda.com/kesehatan/apa-itu-bmi-body-mass-index/ (31 Maret
2021).
Tim Panduan Ibu. Tanpa Tahun. Berat Badan & Tinggi Normal Anak 2 Tahun.
Paduan Ibu.com. https://www.panduanibu.com/anak-2-tahun-normal
(Tanggal Akses 31 Maret 2021).
Utkualp, N., Erken,L. 2015. ”Penggunaan Pengukuran Antropometri dalam Ilmu
Kedokteran”. Hindawi Publishing Corporation BioMed Research
International. 5-7.
Yılmaz, S. Çıkmaz, dan R. Mesut. 2005. “Evaluasi Bahasa Turki Laki-Laki
Sehubungan dengan Rasio Lingkar dan Ekstremitas Atas Leonardo”,
Jurnal Medis Balkan, Vol. 22, hlm. 137–141.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Pengukuran Berat Badan Anak Balita

Gambar 3.1 Subyek 1 Melakukan Pengukuran Berat Badan

Gambar 3.2 Subyek 2 Melakukan Pengukuran Berat Badan

Gambar 3.3 Subyek 3 Melakukan Pengukuran Berat Badan


Lampiran 2. Dokumentasi Pengukuran Tinggi Badan Balita

Gambar 3.4 Subyek 1 Melakukan Pengukuran Tinggi Badan

Gambar 3.5 Subyek 2 Melakukan Pengukuran Tinggi Badan

Gambar 3.6 Subyek 3 Melakukan Pengukuran Tinggi Badan


Lampiran 3. Dokumentasi Pengukuran LILA Anak Balita

Gambar 3.7 Subyek 1 Melakukan Pengukuran LILA

Gambar 3.8 Subyek 2 Melakukan Pengukuran LILA

Gambar 3.9 Subyek 3 Melakukan Pengukuran LILA

Anda mungkin juga menyukai