Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANTROPOMETRI

DISUSUN OLEH:

Suhada Utama

(A1H017055)

DOSEN PEMBIMBING:

1. Drs. Tono Sugihartono, M.Pd

2. Yahya Eko Noviyanto, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU
KATA PENGANTAR

Bersyukur atas rahmat Allah Subhanahwataalah, atas segala kenikmatan yang


diberikan dari kesehatan jasmani, rohani, serta nikmat menyelesaikan dalam penyusunan
makalah yang berjudul “Pengukuran Antropometri” dalam waktu yang tepat. Semoga
makalah ini dalam bermafaat kepada siapapun yang akan membacanya, yang
mempelajarinya, maupun sebagai pedoman.

Harapan sabagai penyusun makalah ini, semoga dapat memudahkan, membantu dan
sekaligus menambah pengetahuan. Dan makalah ini saya mengakui masih banyak
kekurangan yang harus menjadi tugas saya untuk memperbaiki dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Oleh karena itu, saya harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan
masukan yang membangun untuk kesempurnaan makalah.

Sekian dan saya ucapkan terima kasih.

Bengkulu, 28 Maret 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antropometri berasal dari “anthro” yang memiliki arti manusia dan “metri” yang
memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang pengukuran tubuh dimensi
manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau lemak (Survey, 2009). Menurut
(Wignjosoebroto, 2008), antropometri adalah studi yang berkaitan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh manusia seperti
berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar tubuh, panjang
tungkai, dan sebagainya.

Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun


kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak
dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan menggunakannnya. Antropometri ini juga
masuk dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
yang isi nya dalam menimbang : a) Bahwa menilai status gizi anak diperlukan standar
antropometri yang mengacu pada Standar World Health Organization (WHO), b) Bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditetapkan
Keputusan Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Antrophometri?
2. Seberapa Pentingnya Antrophometri Dalam Olahraga?
3. Bagaimana Prosedur Pengukuran Antrophometri?
4. Bagaimana Mengetahui Hasil Pengukuran Antrophometri Menggunakan Rumus
Quimby (Tabel Quimby dapat dilihat di Modul)?

C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Antrophometri
2. Mengetahui Pentingnya Antrophometri Dalam Olahraga
3. Mengetahui Prosedur Pengukuran Antrophometri
4. Mengetahui Hasil Pengukuran Antrophometri Menggunakan Rumus Quimby (Tabel
Quimby dapat dilihat di Modul)
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi Antropometri
Menurut Indrianti (2010:2), anthropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia
dan “metron” yang berarti ukuran. Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang
secara khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, serta isi dan juga
meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Secara
devintif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan ukuran
dimensi tubuh manusia meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan kecepatan dari
gerakan tubuh manusia.
Dengan pengukuran antropometri akan diketahui tinggi badan, berat badan, dan
ukuran badan aktual seseorang. Selanjutnya tinggi badan, berat badan dan ukuran tubuh
seseorang dapat digunakan untuk tujuan menilai pertumbuhan dan distribusi tubuh
seseorang, serta dapat berguna sebagai data referensi. Pengukuran antropometri adalah
pengukuran terhadap bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk menentukan status
seseorang dengan bersumber pada tulang, otot dan lemak yang menentukan tipe-tipe
tubuh manusia, dan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tubuh seseorang. Salah
satu pengukuran antropometri ini antara lain pengukurtan tinggi dan berat badan,
panjang lengan dan tungkai, lingkar lengan dan paha, serta kapasitas paru.

1. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu pengukuran tubuh manusia yang mengukur
jarak maksimum dari vertex (puncak kepala) sampai telapak kaki (Wiyono et al.,
2011). Tinggi badan bisa juga diartikan jarak yang diambil dari vertex (puncak kepala)
menuju lantai dengan posisi anatomis dan kepala sejajar dataran frankfurt (Zeybek et
al, 2008). Sedangkan menurut Snell dalam Ismurrizal (2011), tinggi badan
didefinisikan sebagai hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang dalam tubuh
yang membentuk poros tubuh (The Body Axis), yang diukur dari titik tertinggi kepala
yang disebut vertex (puncak kepala) ke titik terendah dari tulang kalkaneus
(tuberositas calcanei) yang disebut heel.
a. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan posisi antropometris,yaitu dengan


posisi subjek berdiri tegak lurus, kepala menghadap ke depan dengan tungkai,
pantat, punggung dan kepala berada dalam satu garis lurus serta kedua tangan relaks
di samping badan (Wiyono et al., 2011). Dalam mengukur tinggi badan, posisi
kepala sejajar dengan dataran frankfurt (Jasuja dan Singh, 2004).
Dataran frankfurt merupakan bidang horizontal yang melewati titik tragus dan
infraorbital (Sulandjari, 2008) atau bidang horizontal yang sejajar dengan
dasar/lantai yang melalui titik paling bawah pada satu lekuk mata (umumnya paling
kiri) dan titik paling atas pada dua lubang telinga luar (porion pada tengkorak,
tragion pada manusia hidup) (Ismurrizal, 2011).

Gambar 2.1 Posisi Antropometris Menghadap Lurus ke Depan dengan


Kepala, Punggung, Pantat, Betis dan Tumit dalam Satu Garis Lurus
(Depkes, 2007)
b. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan.Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral
pada tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan (Supariasa, 2001). Berat
badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran masa
tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan
yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu
makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
c. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan
Kategori IMT (kg/m2)
1. Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
2. Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
3. Normal 18,50 – 24,99
4. Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99
5. Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00
d. Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Nilai normal adalah 23,5 cm
LiLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm
e. PENGUKURAN LINGKAR PERUT
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas
abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit
kardiovaskular dan diabetes melitus, yang akhir-akhir ini juga erat hubungannya
dengan kejadian sindroma metabolik. Nilai normal pengukuran lingkar perut di
Indonesia. Baik Obesitas sentral
1. Laki-laki 90 > 90
2. Perempuan 80 > 80
2. Jenis Antropometri
Antropometri dapat di bagi menjadi, 2 yaitu antropometri statis dan dinamis.
a. Antropometri Statis
Antropometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik dalam keadaan
diam (statis) untuk posisi yang telah ditentukan atau standar.
Contoh : Tinggi badan, leher bahu
b. Antropometri dinamis
Antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau karakteristik tubuh dalam
keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan gerakan yang mungkin terjadi saat
pekerja tersebut melaksanakannya.
Contoh : Putaran pergelangan tangan, putaran pergelangan kaki

Dalam antropometri dinamis terdapat 3 kelas pengukurannya yaitu :


1.      Pengukuran tingkat keterampilan. Sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan
mekanis dari suatu aktifitas. Contoh : dalam mempelajari performa atlet.
2.      Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contoh : jangkauan
dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang dilakukan dengan berdiri
atau duduk.
3.      Pengukuran variabilitas kerja. Contoh : analisis kinematika dan kemampuan jari
jari tangan dari seorang juru ketik atau operator computer.
Dimensi tubuh manusia itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang harus
menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan sampel data yang akan diambil.
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Suku Bangsa (Ethnic variability)
4. Jenis Pekerjaan
5. Pakaian
B. Pentingnya Antropometri Dalam Olahraga

Pentingnya Pengukuran Antropometri di Bidang Olahraga Antropometri adalah


ilmu yang mempelajari tentang kontruksi tubuh manusia yang mencakup perkembangan
tubuh manusia dari zaman ke zaman dan dimensi bagian-bagian tubuh tersebut. Pengukuran
antropometri merupakan hal yang paling dasar dan tua dalam bidang olahraga. Melalui
pengukuran ini kita dapat mengetahui kondisi fisik seseorang dari tipe bentuk tubuh idealnya
atau dari komposisi tubuhnya.
Pengukuran fisik tersebut melingkupi perkembangan bentuk badan serta
hubungannya dengan kesehatan, kekebalan suatu penyakit, sikap, kemampuan fisik dan
kualitas kepribadian. Berikut merupakan pengukuran yang kerap dilakukan di bidang
olahraga:
1. tinggi badan
2. Berat badan 
3. Panjang bagian-bagian tubuh seperti mengukur langsung panjang lengan, panjang
tungkai dll
4. Luas badan (komposisi badan) seperti tebal lemak, tulang, otot, dan organ
5.  Keliling badan terdiri dari dada, pinggang, pinggul, betis, dan lain-lain
Peran antropometri dalam olahraga beragam diantaranya :
1. Penentuan cabang olah raga yang dapat memaksimalkan prestasi atlet
2. penilaian volume oksigen maksimal (mm/kg/menit) dalam status kebugaran seseorang
3. penilaian komposisi lemak tulang, kadar air dan massa otot.
4. Selain kebugaran fisik, aspek biokimiawi darah juga menjadi bagian integratif
antropometri.
Diana A Santos, John A Dawson, dkk., pada 2014 lalu telah meneliti manfaat
pemakaian antropometri pada atlet. Dari tes tersebut terukur kepadatan tulang, massa lemak
tubuh, massa otot, dll. Termasuk di dalamnya olahraga yang sesuai dengan jenis kelamin
digabungkan dengan berat, indeks massa tubuh, kondisi otot.
C. Prosedur Pengukuran Antropometri

Ukuran Responden

Berat Badan Semua umur

Tinggi/Panjang
Semua umur
Badan
• Wanita Usia Subur
Lingkar Lengan
(15 – 49 th)
Atas
• Ibu hamil
•Wanita & Pria
Lingkar Perut umur ≥15 th
(Kecuali ibu hamil)

1. PENIMBANGAN BERAT BADAN


Persiapan:
1. Keluarkan timbangan dari kotak karton
2. Pasang baterai pada bagian bawah alat timbang (PERHATIKAN POSISI
BATERAI)
3. Pasang kaki-kaki (4 buah ) dibagian bawah timbangan
4. Letakan alat timbang pada lantai yang keras dan datar
5. Responden yang akan ditimbang diminta MEMBUKA ALAS KAKI, JAKET,
SERTA MENGELUARKAN ISI KANTONG YANG BERAT SEPERTI
KUNCI, HP, dll
6. Responden disarankan tidak memakai bahan pakaian yang cukup menambah
berat badan JEANS atau WOLLS
Prosedur Penimbangan:

Aktifkan dengan
menekan bagian
tengah bawah Muncul garis Muncul angka 0,00
angka 88888 stabil dan ada
(belum siap tanda “O” di pojok
digunakan) kiri atas (siap
digunakan)
1. Kaki responden tepat ditengah alat timbangan,
sikap tenang, kepala tidak menunduk

2. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul


 tunggu sampai angka tidak berubah (STATIS)
3. Catat angka yg terakhir muncul angka sudah
tidak berubah atau muncul “OK” pada kaca
display
4. Isikan pd kolom “Berat Badan“ IND.G01b 
G01.b
5. Minta responden turun dari alat timbang  alat
timbang akan OFF secara otomatis.

2. Pengukuran Tinggi Badan dan Panjang Badan


Cara Pembacaan Tinggi Badan jika
Responden lebih tinggi dari
pengukur :
• Petugas pengukur dapat
mencabut bagian atas batang
skala alat ukur  baca
Sebelum dicabut pastikan
tombol pemutar sudah
kencang
• Pengukur naik ke atas
bangku/kursi
Cara Pengukuran Panjang Badan

PE
NTING :
• Tuliskan kode pengukuran pada SIKN.IND  G02c jika yang diukur adalah anak
balita
• Alat ukur tinggi/panjang badan tidak boleh tertindih agar batang ukur tidak
melengkung atau rusak
• TAS ALAT UKUR TIDAK BOLEH DIISI ALAT LAIN SELAIN ALAT UKUR
3. PENGUKURAN LINGKAR PERUT
KETERANGAN :
1. Apabila responden mempunyai perut yang gendut atau buncit  lakukan pengukuran
dengan melalui pusar responden
2. Pita ukur tidak boleh melipat pada saat pengukuran lingkar perut dilakukan
3. Isikan hasil ukur ke Kuesioner IND  G04b
PERHATIAN :
1. Pengukuran lingkar perut yang benar  pita ukur menempel di atas kulit responden
2. Apabila responden tidak bersedia membuka atau menyingkap pakaian bagian atas
pakaian:
 dibolehkan memakai pakaian yang sangat tipis (kain nilon, silk, dll) dan beri
catatan di kuesioner
 bila reponden tidak diukur, beri cacatan di kuesioner

4. PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS


Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) dimaksudkan untuk memperoleh
prevalensi Risiko Kurang Energi Kronis pada wanita usia 15 – 49 tahun (termasuk ibu
hamil) GB05.
CARA PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS
1. KETERANGANJika lengan kiri lumpuh  yang diukur adalah lengan kanan (beri
keterangan pada kolom catatan pengumpul data)
2. Simpan pita ukur dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat atau sobek.

PENTING!!!
SEMUA TAHAPAN PROSES PENIMBANGAN DAN PENGUKURAN HARUS DILAKUKAN, TIDAK BOLEH ADA YG TERLEWAT
D. Cara Pengukuran Antrophometri Menggunakan Rumus Quimby
Untuk pengukuran antropometri menggunakan tes Quimby Weight Analysis dapat
dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, lebar bahu, lebar dada, pengerutan rongga
dada ( chest depth ) dan lebar pinggul yang mana hasil dari tes tersebut kemudian di
substitusikan kedalam rumus Quimby Weight Analysis Test yaitu :

EW = {( a.H + b.SW + c.CW + d.CD + e.HW) – f }

Keterangan :
EW                  : Estimated Weight
a,b,c,d,e,f        : angka atau bilangan konstanta
H                     : Height atau tinggi badan
SW                  : Sholder Width atau lebar bahu
CW                  : Chest Width atau lebar dada
CD                  : Chest Depth atau pengerutan rongga dada
HW                 : Hip Width atau lebar pinggul.

Tabel 01.Substitusi Angka Konstanta untuk rumus Quimby Weight Analysis Test.
Keterangan :

Umur Angka Konstanta


( Tah a b c d e f
un )
16 ¼ 1,82 4,19 5,38 7,99 5,07 225,39
16 ¾ 1,03 4,70 5,52 8,82 5,10 189,61
17 ½ 2,14 3,71 5,93 5,49 2,59 199,45
18 ½ 1,91 4,89 8,86 7,80 1,22 229,39
19 ½ 2,18 4,26 7,16 8,20 0,612 217,37
20 ½ 2,16 6,28 8,08 7,50 1,30 257,29
21 ½ 1,08 5,25 8,37 9,09 5,7 229,33
22 ½ 2,23 0,489 13,4 9,43 1.34 214,154

-          Kriteria skor estiminasi berat badan normal adalah 100-150

Contoh : Tinggi badan = 158 cm = 62,20 inchi

Lebar Bahu = 33 cm

Lebar dada = 26 cm

Pengerutan Rongga dada = 25 cm


Lebar Pinggal = 37 cm

Umur = 21 Tahun 6 bulan

Jawaban : ( 1,08 x 62,02 + 5,25 x 33 + 8,37 x 26 + 9,09 x 25 + 5,70 x 37 – 229,33 )

( 66,98 + 173,25 + 217,62 + 227,25 + 210,9 – 229,33)

( 896 – 229,33 = 666,67 )

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antropometri berasal dari “anthro” yang memiliki arti manusia dan “metri” yang
memiliki arti ukuran. Antropometri adalah sebuah studi tentang pengukuran tubuh dimensi
manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau lemak (Survey, 2009). pengukuran
antropometri ini antara lain pengukurtan tinggi dan berat badan, panjang lengan dan tungkai,
lingkar lengan dan paha, serta kapasitas paru. Peran antropometri dalam olahraga
beragam diantaranya :
1. Penentuan cabang olah raga yang dapat memaksimalkan prestasi atlet
2. penilaian volume oksigen maksimal (mm/kg/menit) dalam status kebugaran seseorang
3. penilaian komposisi lemak tulang, kadar air dan massa otot.
4. Selain kebugaran fisik, aspek biokimiawi darah juga menjadi bagian integratif
antropometri.
Diana A Santos, John A Dawson, dkk., pada 2014 lalu telah meneliti manfaat
pemakaian antropometri pada atlet. Dari tes tersebut terukur kepadatan tulang, massa lemak
tubuh, massa otot, dll. Termasuk di dalamnya olahraga yang sesuai dengan jenis kelamin
digabungkan dengan berat, indeks massa tubuh, kondisi otot.

DAFTAR PUSTAKA
Wignjosoebroto, Sritomo. 2008. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya. Jakarta.
KementrianKesehatanRI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Direktoral Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Indriati, E. 2010. Antropometri Untuk Kedokteran, Keperawatan, Gizi dan Keolahragaan.
Yogyakarta : Citra Aji Parama
Santosa, NA. 2014. Estimasi Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Telapak Tangan Dan
Panjang Telapak Kaki. Solo : Universitas Sebelas Maret
Depkes RI. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan RI No: 900/MENKES/VII/2007.Konsep Asuhan
Kebidanan. Jakarta.
Sulandjari, H., 2008. Buku Ajar Orthodonti 1. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi UGM.
Ismurrizal (2011). Penentuan tinggi badan berdasarkan panjang telapak tangan. Medan: Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
https://antropometriindonesia.org/index.php/detail/sub/2/7/4/pentingnya_antropometri (diakses
tanggal 28 maret 2020, jam 16.40)
http://julimarsnotes.blogspot.com/2012/05/aplikasi-antropometri-lainnya.html ( diakses tanggal 28
maret 2020, jam 14.00)
https://soloabadi.com/pengukuran-antropometri-di-bidang-olahraga/ (diakses tanggal 28 maret 2020
Jam 12.00)

Anda mungkin juga menyukai