Puji syukur penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan tema “Cabang Olahraga Lempar Cakaram, Lari Estafet,
dan Lompat Tinggi” yang sederhana ini dapat terselesaikan tidak kurang daripada
waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah
satu dari sekian kewajiban mata kuliah Teori dan Praktek Atletik Lanjut serta merupakan
bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bpk. Pomo Warih Adi, S.Pd., M.Or selaku dosen mata kuliah Teori dan Praktek Atletik
Lanjut serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar
bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan Azza Wa’jala hingga dalam
penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan
dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau
bahkan hikmah bagi penulis, pembaca.Amin.
Berdasarkan cacatan sejarah bahwa lempar cakram adalah salah satu nomor atletik,
hal ini dapat kita ketahui dari buku karangan Homerus yang berjudul “Odyssy” pada zaman
purba.
Dalam buku Odyssy tersebut menceritakan bahwa gerak gerakan dasar dari atletik
adalah jalan, lari, lompat dan lempar yang telah dikenal oleh bangsa primitif pada zaman
prasejarah. Bahkan dapat dikatakan sejak adanya manusia, gerak-gerakan itu dikenal
Mereka melakukan gerakan jalan, lari, lompat dan lempar semata-mata untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Didalam usaha ini mereka sangat tergantung dari
efiiensi jasmaninya. Mereka yang kurang terampil, kurang tahan berjalan, kurang cepat lari,
kurang tangkas melompat atau melempar akan mati karena kelaparan atau menjadi mangsa
binatang buas bahkan mungkin menjadi korban bencana alam.
Jadi sejak zaman prasejarah, ,manusia telah menyadari akan manfaat ketahanan berjalan jauh,
kecepatan lari, ketangkasan melompat dan melempar. Sehingga ada sementara orang yang
menganggap atletik adalah cabang olahraga yang tertua.
Bangsa Belanda menyebutnya “Atletik is a moerder der sporten” yang artinya atletik
adalah induk dari semua cabang olahraga. Meskipun gerakan dasar atletik ini telah dikenal
sejak adanya manusia, tetapi perlombaan atletik termasuk lempar cakram yang pernah
dilakukan dalam cacatan sejarah baru terjadi pada zaman purba sekitar 1000 tahun sebelum
masehi. Hal ini dapat diketahui dari buku pujangga Yunani yang ditulis oleh Homeros.
Dalam buku ini juga Homeros menceritakan pertualangan Odysseus. Bahwa pada
suatu ketika Odysseus terdampar disebuah kepulauan yang kemudian ternyata bernama
Phaeacia, rajanya bernama Alcinaus. Setelah Odysseus dibawa menghadap baginda maka
diadakan penyambutan yang meriah. Dalam acara itu diadakan serangkaian
perlombaan.pemuda-pemuda Phaeacia yang mempertujukan kemahirannya dalam lomba lari
cepat, gulat, lompat, tinju, dan lempar cakram.
Setelah rangkaian ini selesai, raja Aleinaus minta agar Odysseus menberikan
demotrasi lempar cakram. Semula Odysseus menolaknya dengan halus, tetapi baginda
mendesaknya dengan alasan agar pumuda Phaeacia dapat menyaksikan bagaimana cara
melempar cakram yang sempurna, maka permintaan raja terpaksa dipenuhi. Tanpa
melepaskan pakaian perangnya yang terbuat dari logam itu, Odysseus bangkit minta ijin
kepada baginda, kemudian masuk gelanggang mengambil cakram yang terberat dan dengan
gaya termanis melempar cakram itu,cakram melucur dan jatuh jauh dari jarak yang dicapai
atlet-atlet dari Phaeacia (Sunaryo Basuki, 1979 : 24).
Dari kutipan buku ini yakin bahwa bangsa Yunani purba telah mengenal atletik,
disini terlihat adanya nomor lari, lompat, dan lempar cakram yang merupakan nomor atletik
yang kita kenal sampai sekarang ini.
Berbicara masalah lempar cakram di Indonesia, kita tidaik bisa pisahkan dengan
sejarah atletik. Karena lempar cakram adalah nomor atau bagian dari atletik. Jadi di Indonesia
atletik termasuk lempar cakram dikenal lewat bangsa Belanda yang setengah abad lamanya
menjajah Negeri Indonesia. Namun demikian atletik termasuk lempar cakram ini tidak
dikenal secara luas.
Kemudian pada zaman pendudukan Jepang mulai awal tahun 1942-1945 kegiatan
keolahragawan mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dipagi hari semua pelajar dan
pegawai diwajibkan melakukan senam. Selain itu diberikan pelajaran beladiri dan atletik
termasuk lempar cakram. Tetapi semua aktivitas jasmani yang dilakukan oleh seluruh bangsa
Indonesia itu hanya untuk kepentingan orang-orang Jepang sendiri, dalam usaha
memenangkan perang (Drs. Aip Syrifuddin, 1998 : 3).
Kemudian setelah Indonesia merdeka perkembangan olahraga termasuk lempar
cakram semakin meluas bahkan setiap orang diberikan kesempatan untuk melakukan latihan-
latihan atletik termasuk lempar cakram (Drs. Sunaryo Basuki, 1979 : 37).
C. Lempar Cakram
Ada beberapa hal mengenai lempar cakram yang akan diuraikan sebagai berikut :
• Gaya belakang
Sikap pertama berdiri membelakangi arah lemparan sesaat akan berputar lengan
kanan diayun jauh ke belakang pandangan mulai melirik ke kiri, saat mulai berputar ujung
telapak kaki kiri sebagai sumbu dan tolakan kaki kiri itu pula badan meluncur ke arah
lemparan, kaki kanan secepatnya diayun memutar ke kiri untuk berpijak, sesaat kaki kanan
mendarat kaki kiri dengan cepat pula diayum ke kiri untuk berpijak dan terjadilah sikap
lempar, setelah cakram lepas dari tangan kaki kanan segera diayun ke depan dan kaki kiri
diayun ke belakang.
Cakram
Cakram dibuat dari kayu atau bahan lain dengan bingkai dari metal. Bingkai berbentuk
lingkaran penuh dan tepat di tengah cakram ada beban yang dapat diganti-ganti ukurannya.
Ukuran Cakram
1. Berat cakram untuk putra 2 kg dengan garis tengah 219 – 221 mm.
2. Berat cakram untuk putrid 1 kg dengan garis tengah 180 – 182n mm
BAB 2
Lari sambung atau lari estafet adalah salah satu nomor lomba lari pada perlombaan
atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau berantai. Dalam satu regu lari sambung ada
empat orang pelari, yaitu pelari pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Pada nomor lari
sambung ada kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor lari yang lain, yaitu
memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari pelari kesatu kepada pelari berikutnya.
Nomor lari sambung yang sering diperlombakan adalah nomor 4×100 meter dan
nomor 4×400 meter. Dalam melakukan lari sambung bukan teknik lari saja yang perlu
diperhatikan, tetapi pemberian dan menerima tongkat di zona (daerah) pergantian seperti
penyesuaian jarak dan kecepatan dari setiap pelari.
Lari sambung dimulai dari bangsa Aztek, Inka, dan Maya bertujuan untuk
meneruskan berita yang elah diketahui sejak lama. Di Yunani, estafet obor diselenggarakan
dalam hubungannya dengan pemujaan leluhur dan untuk meneruskan api keramat ke jajahan-
jajahan baru. Tradisi api Olimpiade berasal dari tradisi Yunani tersebut
Lari estafet 4×100 meter dan 4×400 meter bagi pria dalam bentuk sekarang ini,
pertama-tama diselenggarakan pada olimpiade tahun 1992 di Stockholm. Estafet 4×100 meter
bagi wanita sejak tahun 1928 menjadi nomor Olimpiade dan 4×400 meter dilombakan sejak
tahun 1972
Suksesnya lari estafet sangat bergantung dari kelancaran penggantian tongkat. Waktu
yang dicapai akan lebih baik (lebih cepat) jika pergantian tongkat estafet berlangsung dengan
baik pula. Suatu regu lari estafet yang terjadi dari pelari-pelari yang baik hanya akan dapat
memenangkan perlombaan, jika mampu melakukan pergantian tongkat estafet dengan sukses.
· Diameter tongkat : 38 mm
· Berat tongkat : 50 gr
Pada lari estafet ada beberapa macam cara dalam pemberian tongkat estafet dari pelari
kepada pelari berikutnya. Secara garis besar, pergantian tongkat srtafet itu ada 2 macam,
yaitu dengan melihat (visual) dan tanpa melihat (nonvisual).
Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari tanpa melihat tongkat
yang akan diterimanya. Cara penerimaan tongkat tanpa melihat biasanya digunakan dalam
lari estafet 4×100 meter.
Dilihat dari cara menerima tongkat, keterampilan gerak penerima tongkat tanpa
melihat lebih sulit dari pada dengan cara melihat. Dalam pelaksanaannya, antara penerima
dan pemberi perlu melakukan latihan yang lebih lama melalui pendekatan yang tepat
Dalam beberapa perlombaan lari sambung, seringkali suatu regu dikalahkan oleh regu
lainnya hanya karena kurang menguasai keterampilan gerak menerima dan memberikan
tongkat dari satu pelari kepada pelari yang lainnya. Bahkan, seringkali suatu regu
didiskualifikasi hanya karena kurang tepatnya penerimaan dan pemberian tongkat.
Lari sambung mengenal dua keterampilan teknik pemberian dan penerimaan tongkat,
yaitu:
Keterampilan teknik ini dilakukan dengan cara pelari membawa tongkat dengan
tangan kiri. Sambil berlari atlet akan memberikan tongkat tersebut dengan tangan kiri. Saat
akan memberi tongkat, ayunkan tongkat dari belakang ke depan melalui bawah. Sementara
itu, tangan penerima telah siap dibelakang dengan telapak tangan menghadap ke bawah. Ibu
jari terbuka lebar, sementara jari-jari tangan lainnya dirapatkan.
Keterampilan teknik ini dilakukan dengan cara mengayunkan tangan dari belakang ke
depan, kemudian dengan segera meletakan tongkat dari atas pada talapak tangan penerima.
Pelari yang akan menerima tongkat mengayunkan tangan dari depan ke belakang dengan
telapak tangan menghadap ke atas. Ibu jari di buka lebar dan raji-jari angan lainnya rapat.
Pada keterampilan teknik pemberian tongkat dari atas, pemberian dan penerimaan
tongkat dilakukan pada bagian tangan yang sama. Apabila pemberi melakukannya dengan
angan kanan, penerima akan melakukannya dengan tangan kanan pula.
Suatu regu lari estafet yang terdiri dari pelari-pelari yang baik hanya akan dapat
memenangkan perlombaan jika mampu melakukan pergantian tongkat estafet dengan cepat
dan sempurna. Cara menempatkan pelari-pelari tersebut adalah sebagai berikut.
4) Pelari ke-4 ditempatkan di daerah start keempat dengan linasan lurus dan berakhir di garis
finish
Tujuan: melatih kerjasama dalam ketepatan dan kecepatan berlari sehingga hasil akhir
dapat tercapai dengan baik.
Cara Melakukannya:
1) Buatlah beberapa regu estafet (masing-masing terdiri dari 4 pelari atau siswa) dan masing-
masing pelari atau siswa ditempatkan dengan jarak 100 meter
2) Setalah ada aba-aba ”bersiap” pelari pertama segera menempatkan posisinya (sikap start
jongkok)
3) Setelah ada aba-aba ”ya”, pelari tersebut berlari secepat-cepatnya menuju pelari atau atlat
kedua yang sudah siap untuk menerima tongkat
4) Setelah keempat pelari menyelesaikan tugasnya dan pelari terakhir (keempat) masuk ke
garis finish tanpa membuat kesalahan maka regu yang tiba di garis finish pertama keluar
sebagai pemenang
1) Pemberian tingkat sebaiknyasecara bersilang, yaitu pelari 1 dan 3 memegang tongkat pada
angan kanan, sedangkan pelari 2 dan 4 menerima aau memegang tongkat dengan tangan kiri
4) Setelah memberikan tongkat estafet jangan segera keluar dari lintasan masing-masing.
b. Peraturan Perlombaan
1) Panjang daerah pergantian tongkat estafet adalah 20 meter, 1,20 meter dan bagi pelari
estafet 4×100 meter ditambah 10 meter prazona. Prazona adalah suatu daerah di mana pelari
yang akan berangkat dapat mempercepat larinya, tetapi di sini tidak terjadi pergantian
tongkat.
2) Setiap pelari harus tetap tinggal di jalur lintasan masing-masing meskipun sudah
memberikan tongkatnya kepada pelari berikutnya. Apabila tongkat terjatuh, pelari yang
menjatuhkannya harus mengambilnya.
3) Tongkat estafet harus berukuran panjang tongkat 28-30 cm, diameter tongkat 38 mm, berat
tongkat 50 gr
4) Dalam lari estafet, pelari pertama berlari pada lintasannya masing-masing sampai tikungan
pertama, kemudian boleh masuk ke lintasan dalam, pelari ketiga dan pelari keempat
menunggu di daerah pergantian secara berurutan sesuai kedatangan pelari seregunya
BAB 3
B. Sejarah LompatTinggi
Meskipun event lompat tinggi diikut sertakan dalam kompetisi pada ollmpiade kuno,
kompetisi lompat tinggi tercatat berlangsung pada awal abad ke-19 tepatnya di Skotlandia
dengan ketinggian 1,68 meter. Pada masa itu peserta menggunakan metode pendekatan
langsung atau teknik gunting.Lompat tinggi tidak dilakukan secara sembarangan. Ada gaya-
gaya tertentu yang harus dikuasai agar peserta terhindar dari kecelakaan.
Pada abad ke -19 peserta lompat tinggi mendarat dan jatuh diatas tanah yang
berumput dengan gaya gunting, yaitu dengan cara membelakangi . Gaya ini ternyata banyak
mengakibatkan cedera bagi para peserta.Sementara kini, lompat tinggi dilakukan dengan
mendarat di atas matras sehingga kecelakaan dapat di minimalisir. Atlet lompat tinggi
sekarang banyak menggunakan teknik fosbury flop.
1. Untuk Awalan
a) Daerah awalan panjangnya tidak terbatas minimum 15 m
b) Daerah tumpuan harus datar dan tingkat kemiringanya 1 : 100
2. Tiang Lompat
Tiang lompat harus kuat dan kukuh,dapat terbuat dari apa saja asal kuat dan
kukuh.jarak kedua tiang tersebut adalah 3,98 – 4,02 m.
3. Bilah Lompat
Terbuat dari kayu,metal atau bahan lain yang sesuai dengan :
a) Panjang mistar lompat 3,98 – 4,02 m dan berat maksimal mistar adalah 2,00 kg
b) Garis tengah mistar antara 2,50 – 3,00 m, dengan penampang mistar terbentuk bulat dan
permukaannya harus datar dengan ukuran 3cm x 15 cm x 20 cm
c) Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm
4. Tempat Pendaratan
Tempat pendaratan tidak boleh kurang dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa dengan
ketinggian 60 cm dan di atasnya ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 – 20 cm.
F. Peralatan
Tiang lompat. Semua bentuk dan model tiang lompat dapat digunakan, asalkan
mereka itu kaku dan kekar. Tiang itu mempunyai penopang yang kokoh untuk mistar lompat.
Tiang lompat ini haruslah cukup tinggi untuk melebihi tinggi sebenarnya terhadap mana
kistar lompat dinaikkan dengan minimum 10 cm. Jarak antara tiang lompat harus tidak
kurang dari 4 meter juga tidak melebihi dari 4,04 meter.
Tiang lompat atau tiang harus tidak dipindah atau tidak dirubah selama perlombaan
berlangsung kecuali jika wasit memfikirkan bahwa apakah tempat bertumpu atau bertolak
ataukah tempat pendaratan tidak sesuai lagi. Dalam hal ini perubahan harus dilakukan hanya
setelah satu ronde atau babak setelah lengkap selesai dilakukan.Penopang dan mistar.
Penopang ini harus datar dan segi empat, 4 cm lebar x 6 cm panjang. Ini harus terpasang
kokoh pada tiang lompat dan diletakkan saling berhadapan. Ujung mistar lompat harus duduk
atau terletak diatas penopang sedemikian rupa, sehingga bila mistar disentuh oleh pelompat
ini dengan mudah akan jatuh ketanah baik kedepan maupun kebelakang.Penopang tidak
boleh dibungkus dengan karet atau dengan bahan lain yang memiliki efek menambah friksi
atau geseran antara mereka dengan permukaan mistar lompat, juga tidak dibenarkan memakai
per atau pegas apapun.
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I Lempar Cakram...........................................................................
BAB II Lari Estafet..................................................................................
BAB III Lompat Tinggi............................................................................
PENUTUP..................................................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................
Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
Makalah Atletik Lanjut
Untuk memenuhi tugas atletik lanjut yang diampu oleh :
Disusun oleh:
K4616032
PJKR
2017
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam olahraga atletik banyak sekali melibatkan bagian-bagian tubuh bagian atas
dan bawah mulai dari otot, sendi, sumbu dan bidang. Hasil dari kombinasi yang lengkap dari
bagian-bagian tubuh tersebut menghasilkan suatu gerakan dan fisik yang baik dalam atletik.
B. Saran
Sebagai calon guru olahraga, dengan mengetahui analisis olahraga atletik yaitu
mengetahui sejarah, nomer yang di pelombakan dan peraturan dalam atletik serta diharapkan
dapat menjadi suatu pegangan dalam membelajarkan anak didiknya kelak.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sarjanaku.com/2011/09/lempar-cakram-sejarah-teknik-peraturan.html
http://teknikbermain.blogspot.co.id/2012/05/teknik-olah-raga-lari-estafet-sejarah.html
http://bisakali.net/pengertian-dan-macam-macam-gaya-teknik-lompat-tinggi/
http://olahraga.biz.id/2017/01/15/sejarah-lompat-tinggi-pengertian/