Anda di halaman 1dari 11

RESUME

ORIENTASI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK)

LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TAHUN 2024

SULAWESI TENG
GARA

OLEH:

NAMA : dr. MELISA BUDI SELAWATI, S.KED

NIP : 199205182023212004

JABATAN : AHLI PERTAMA - DOKTER

UNIT KERJA : RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TAHUN 2024
Judul Materi : Penerapan Fungsi dan Tugas ASN di Tempat Kerja
Narasumber : Dr. Malesa, M.Si
Hari/Tanggal : Senin, 5 Februari 2024
Pukul : 13.00 - 16.00 WITA

ORIENTASI PENGENALAN DAN ETIKA PADA INSTANSI PEMERINTAHAN


LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KAB/KOTA SE SULTRA TAHUN 2024

A. Fungsi, Tugas, dan Peran Aparatur Sipil Negara


1. Pegawai ASN berfungsi sebagai :
a. Pelaksana kebijakan publik
b. Pelayan publik dan
c. Perekat dan pemersatu bangsa

2. Pegawai ASN bertugas :


a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. Mempererat persatuan dan kesatauan Negara Kesatuan Republik Indonesia

3. Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan


tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan
dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

B. Nilai-nilai Dasar Profesi ASN


1. Akuntabilitas Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanhnya. Amanah seorang
ASN adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
Aspek-aspek akuntabilitas : a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan b.
Akuntabilitas berorientasi pada hasil c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja.

2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Berdasarkan pasal 10 Undang-
Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, fungsi ASN adalah
sebagai berikut : a. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik b. ASN sebagai pelayan
publik c. ASN sebagai perkeat dan pemersatu bangsa.
3. Etika Publik Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi. Efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah
maupun mutu hasil kerja. Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi
penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak
terjadi pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur,
dan mekanisme yang keluar alur. Konsekuensi dari penyelenggaraan kerja yang
tidak efektif dan tidak efisien adalah ketidaktercapaian target kerja, ketidakpuasan
banyak pihak, menurunkan kredibilitas instansi tempat bekerja di mata masyarakat,
bahkan akan menimbulkan kerugian secara finansial.

5. Antikorupsi
Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah
karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang
lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat
berdampak secara jangka panjang.
Menurut UU No 31/1999 jo No UU 20/2001 terdapat 7 kelompok tindak pidana
korupsi yang terdiri dari : a. Kerugian keuangan Negara, b. Suap-menyuap, c.
Pemerasan, d. Perbuatan curang, e. Penggelapan Dalam jabatan, f. Benturan
kepentingan dalam pengadaan, g. Gratifikasi.

Setiap ASN dimanapun bertugas harus memegang teguh nilai-nilai dasar, semboyan, dan core
values yang sama. ASN harus mempunyai orientasi untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada masyarakat. Core Values ASN menjadi titik tonggak penguatan budaya kerja, yang
tidak hanya dilakukan pada ASN tingkat pusat namun juga pada tingkat daerah.
BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Adanya Core Values ASN ini sebagai sari dari
nilai-nilai dasar ASN sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara dalam satu kesamaan persepsi yang lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh
seluruh ASN. Sedangkan #banggamelayanibangsa merupakan Employer Branding ASN
jaman now yang melayani sepenuh hati.

Panduan Perilaku Core Values ASN BerAKHLAK sebagai berikut:


Berorientasi Pelayanan
 Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
 Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan.
 Melakukan perbaikan tiada henti.
Akuntabel
 Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, serta disiplin dan
berintegritas tinggi.
 Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif
dan efisien.
 Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.
Kompeten
 Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah.
 Membantu orang lain belajar.
 Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Harmonis
 Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya.
 Suka menolong orang lain.
 Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
Loyal
 Memegang teguh ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
 Setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
 Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi dan negara, serta menjaga
rahasia jabatan dan negara.
Adaptif
 Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan.
 Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas.
 Bertindak proaktif.
Kolaboratif
 Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi.
 Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
 Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.
Judul Materi : Pengenalan Jabatan Aparatur Sipil Negara (ASN)
Narasumber : La Ode Hasiru Mohamad Saliha, S.Pd., M.Si
Hari/Tanggal : Selasa, 6 Februari 2024
Pukul : 08.00 - 11.30 WITA

PENGENALAN JABATAN APARATUR SIPIL NEGARA

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Pegawai ASN di Lingkungan Instansi Pemerintah
1. PNS Menduduki jabatan pemerintahan, mengisi seluruh jabatan ASN, berstatus pegawai
tetap, memiliki NIP secara Nasional, melaksanakan tugas pemerintahan, usia paling
rendah 18 tahun dan paling tinggi 35 tahun, gaji berdasarkan perundang-undangan.
2. PPPK Menduduki jabatan pemerintahan, jabatan ASN yang dapat diisi JF & JPT Madya
dan Utama tertentu, diangkat dengan perjanjian kerja sesuai kebutuhan instansi, memiliki
NIP secara Nasional, melaksanakan tugas pemerintahan, usia paling rendah 20 tahun dan
paling tinggi setahun sebelum batas usia jabatan, masa kerja paling singkat 1 tahun, gaji
berdasarkan perundang-undangan.

Beberapa Ketentuan PPPK PP 49 Tahun 2018 :


1. Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
2. Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar
menjadi calon PPPK setelah memenuhi persyaratan.
3. Seleksi pengadaan PPPK terdiri atas 2 (dua) tahap: a. seleksi administrasi; dan b.
seleksikompetensi.
4. Menteri melaksanakan evaluasi pelaksanaan kebijakan manajemen PPPK; dst.
Pemutusan Hubungan Kerja PPPK :
1. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat karena:
a. Jangka waktu perjanjian kerja berakhir;
b. Meninggal dunia;
c. Atas permintaan sendiri;
d. Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pengurangan
PPPK;
e. Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban sesuai perjanjian kerja yang disepakati.
2. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri karena:
a. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana;
b. Melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat;
c. Tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai dengan perjanjian kerja.
3. Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan hormat karena:
a. Melakukan penyelewengan terhadap pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum;
c. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik;
d. Dihukum penjara berdasarkan puhrsan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua)tahun atau lebih dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan
berencana
Jabatan ASN PPPK
1. Jabatan ASN yang dapat diisi oleh PPPK adalah JF dan JPT
2. Selain jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri dapat menempatkan
jabatan lain yang dapat di isi oleh PPPK
3. Jabatan lain sebagaimana di maksud pada ayat (2) bukan merupakan jabatan struktural
tetapimenjalankan fungsi manajemen pada instansi pemerintah (PP 49 tahun 2018
pasal 2)
Jenjang Jabatan fungsional PPPK dari yang jabatan rendah samapai tertinggi, yaitu
pemula, terampil, ahli pertama dan ahli muda.
Kriteria Jabatan Fungsional (JF) yang dapat diisi oleh PPPK, yaitu jabatan yang
kompetensinya tidak tersedia atau terbatas dikalangan PNS, jabatan yang diperlukan untuk
mempercepat peningkatan kapasitas organisasi, jabatan yang diperlukan untuk
mempercepat pencapaian tujuan strategis nasional, jabatan yang mensyaratkan sertifikasi
teknis dari organisasi profesi.
Judul Materi : Manajemen Kinerja
Narasumber : Dr. dra. Misnawati lily., M.Si
Hari/Tanggal : Selasa, 6 Februari 2024
Pukul : 14.00 - 17.00 WITA

MANAJEMEN KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA

Manajemen Kinerja adalah inti dari pengelolaan, dan "kendaraan" utama untuk mendapatkan
hasil yang diinginkan melalui karyawan di semua tingkatan dalam organisasi. Proses
manajemen kinerja memberikan kesempatan kepada karyawan dan manajer kinerja untuk
membahas tujuan pengembangan dan bersama-sama membuat rencana untuk mencapai
tujuan tersebut (Priansa, 2017). Menurutnya pengembangan harus berkontribusi pada tujuan
organisasi dan pertumbuhan profesional pegawai. Dengan tidak adanya sistem seperti itu,
pegawai tidak mengetahui dengan jelas harapan pemberi kerja terkait tujuan dan standar /
target kinerja, yang mengarah pada produktivitas rendah, kesalahan yang mahal, stres,
penurunan motivasi, dan konflik.
Sehubungan dengan manajemen sumberdaya manusia aparatur sipil negara pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara yang berbunyi manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, nilai profesi, bebas dari intervensi
politik, dan bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Undang undang tersebut
memuat banyak penambahan dan perbaikan serta perubahan substansi manajemen ASN yang
sebelumnya tidak diatur termasuk dalam penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karir, pola karir, promosi, mutasi, penliaian
kinerja ,penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, kemacetan, jaminan pensiun dan
jaminan hari tua, serta perlindungan.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah mengeluarkan


peraturan Nomor 8 Tahun 2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil
yang ditetapkan pada tanggal 17 Maret 2021 dan akan diberlakukan mulai 1 Juli 2021 sebagai
bentuk pelaksanaan ketentuan Pasal 61 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019
tentang Penilaian Kinerja PNS. Tujuan dikeluarkan Peraturan ini adalah untuk menyelaraskan
tujuan dan sasaran instansi/ unit kerja/ atasan langsung ke dalam SKP dan untuk melakukan
pengukuran, pemantauan, pembinaan Kinerja dan penilaian Kinerja serta menentukan tindak
lanjut hasil penilaian Kinerja.

Di dalam peraturan ini menjelaskan tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil
yang merupakan suatu proses sistematis yang terdiri dari perencanaan Kinerja; pelaksanaan,
pemantauan dan pembinaan Kinerja, penilaian Kinerja; tindak lanjut; dan sistem informasi
Kinerja.
Perencanaan Kinerja dalam Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil terdiri dari
Penyusunan rencana SKP yang dilakukan secara berjenjang dari pejabat pimpinan tinggi atau
pejabat pimpinan unit kerja mandiri ke pejabat administrasi dan pejabat fungsional dengan
memperhatikan tingkatan jabatan pada Instansi Pemerintah, dan Penetapan SKP dilakukan
apabila Rencana SKP telah di reviu oleh Pengelola Kinerja ditandatangani PNS dan
ditetapkan oleh Pejabat Penilai Kinerja.

Penyusunan rencana SKP pejabat pimpinan tinggi dan pimpinan unit kerja mandiri serta
pejabat administrasi dan pejabat fungsional dapat dilakukan dengan 2 model, yaitu: model
dasar/inisiasi dan model pengembangan, Penyusunan rencana SKP dengan model
dasar/inisiasi dapat digunakan pada Instansi Pemerintah yang akan membangun Sistem
Manajemen Kinerja PNS sedangkan penyusunan rencana SKP dengan model pengembangan
dapat digunakan pada Instansi Pemerintah yang telah membangun Sistem Manajemen
Kinerja PNS. Penyusunan rencana SKP dengan model pengembangan dilaksanakan Instansi
Pemerintah paling lambat 1 Januari 2023.

Pelaksanaan, Pemantauan Kinerja, dan Pembinaan Kinerja PNS dilaksanakan setelah


dilakukan penetapan SKP. Terhadap pelaksanaan Kinerja PNS dilakukan pemantauan Kinerja
oleh Pejabat Penilai Kinerja untuk mengamati kemajuan pencapaian target Kinerja yang
terdapat dalam SKP sedangkan Pembinaan Kinerja dilakukan melalui bimbingan Kinerja dan
konseling Kinerja untuk menjamin pencapaian target Kinerja yang telah ditetapkan dalam
SKP.

Sistem prestasi kerja ASN meliputi dua macam penilaian, yaitu: kompetensi kerja pegawai
(SKP) dan perilaku kerja (PK). SKP meliputi perencanaan kerja dan pencapaian target dari
ASN tersebut, sedangkan PK adalah penilaian sikap, tindakan dan tingkah laku dari ASN. Di
dalam Peraturan Pemerintah setiap ASN harus menyusun SKP berdasarkan rencana kerja
tahunan instansi setiap tahun. SKP ini juga memuat segala bentuk tugas dalam jabatan beserta
pencapaian yang telah diperoleh. Apabila ASN tersebut tidak membuat SKP dapat dijatuhi
sangsi disiplin yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Beberapa aspek seperti orientasi
pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan termasuk dalam
aspek kerja. Khusus manajemen hanya dilakukan terhadap ASN yang menduduki jabatan
struktural.
Penilaian kinerja ASN dilakukan bulan Desember atau paling lambat pada bulan Januari
tahun berikutnya. Di sektor swasta, kinerja diukur di mana target dapat diukur dalam
kaitannya dengan keluaran. Misalnya penjualan dapat diukur, target sektor jasa tercapai dapat
diukur. Tetapi dalam kasus output pegawai negeri sipil tidak dapat diukur. Kinerja aparatur
sipil negara diukur dari segi hasil yang sulit diukur. Hal tersebut sebagian besar terkait
dengan tingkat kepuasan para pencari layanan yaitu warga negara. Sangat sulit untuk
memetakan tingkat kepuasan. Karena alasan inilah penilaian kinerja ditekankan pada input
yang digunakan dan peningkatan pengeluaran. Para pegawai negeri sedang mengerjakan
program yang berbeda.
Untuk kinerja yang lebih baik, setiap departemen/badan pemerintah harus memiliki tujuan
dan sasaran yang ditetapkan dengan baik dan dirumuskan dengan baik. Organisasi harus
memiliki sense of direction yang berasal dari kebutuhan pengguna dan pemangku
kepentingan lainnya. Setiap departemen harus memiliki rencana tindakan yang menyebutkan
dengan jelas apa yang ingin dicapai departemen dengan sumber daya yang disediakan,
bagaimana mencapainya, dan apa yang akan disampaikan,

Judul Materi : Pengenalan Susunan Organisasi dan Tata Kerja


Narasumber : Hj. Misnawati Tombili, S.SiT., MPH.
Hari/Tanggal : Rabu, 7 Februari 2024
Pukul : 08.00 - 11.30 WITA

PENGENALAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

A. Pengenalan Dinas Kesehatan Sultra

Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang Kesehatan


yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui sekretaris
daerah.

B. Tugas Pokok
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Pasal 3, Dinas Kesehatan
mempunyai fungsi:
 melaksanakan pembinaan gizi, kesehatan ibu dan anak
 melaksanakan pembinaan pengendalian penyakit dan Kesehatan
lingkungan
 melaksanakan pembinaan upaya kesehatan dan kefarmasian
 melaksanakan pembinaan sumber daya kesehatan dan
promosi kesehatan
 melaksanakan kegiatan kesekretariatan bidang kesehatan
 dan melaksanakan fungsi lainnya yang dilimpahkan oleh Gubernur sesuai
dengan fungsi Dinas Kesehatan.

C. Fungsi Dinas Kesehatan


 Perumusan kebijakan teknis ;
 Koordinasi;
 Pengendalian dan pencegahan ;
 Pembinaan;
 Manajemen dan pengembangan;
 Kegiatan kesekretariatan dinas;
 Fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur.

D. Struktur Dinas Kesehatan Sultra


Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 11 Tahun 2012, tentang Perubahan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Provinsi Sulawesi Tenggara, maka struktur Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
dapat dilihat pada gambar

Dinas Kesehatan juga mempunyai 2 (dua) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
yang terdiri atas UPTD Balai Laboratorium Kesehatan (Balabkes) dan UPTD Balai
Pelatihan Kesehatan (Bapelkes). Di samping itu, Dinas Kesehatan juga mempunyai
staf fungsional yang bekerja sebagai tenaga fungsional kesehatan yang
dikelompokkan berdasarkan keahlian dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas
melalui Ketua Kelompok Jabatan Fungsional.

Anda mungkin juga menyukai