TAHUN 2024
SULAWESI TENG
GARA
OLEH:
NIP : 199205182023212004
TAHUN 2024
Judul Materi : Penerapan Fungsi dan Tugas ASN di Tempat Kerja
Narasumber : Dr. Malesa, M.Si
Hari/Tanggal : Senin, 5 Februari 2024
Pukul : 13.00 - 16.00 WITA
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Berdasarkan pasal 10 Undang-
Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, fungsi ASN adalah
sebagai berikut : a. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik b. ASN sebagai pelayan
publik c. ASN sebagai perkeat dan pemersatu bangsa.
3. Etika Publik Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi. Efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah
maupun mutu hasil kerja. Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi
penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak
terjadi pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur,
dan mekanisme yang keluar alur. Konsekuensi dari penyelenggaraan kerja yang
tidak efektif dan tidak efisien adalah ketidaktercapaian target kerja, ketidakpuasan
banyak pihak, menurunkan kredibilitas instansi tempat bekerja di mata masyarakat,
bahkan akan menimbulkan kerugian secara finansial.
5. Antikorupsi
Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah
karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang
lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat
berdampak secara jangka panjang.
Menurut UU No 31/1999 jo No UU 20/2001 terdapat 7 kelompok tindak pidana
korupsi yang terdiri dari : a. Kerugian keuangan Negara, b. Suap-menyuap, c.
Pemerasan, d. Perbuatan curang, e. Penggelapan Dalam jabatan, f. Benturan
kepentingan dalam pengadaan, g. Gratifikasi.
Setiap ASN dimanapun bertugas harus memegang teguh nilai-nilai dasar, semboyan, dan core
values yang sama. ASN harus mempunyai orientasi untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada masyarakat. Core Values ASN menjadi titik tonggak penguatan budaya kerja, yang
tidak hanya dilakukan pada ASN tingkat pusat namun juga pada tingkat daerah.
BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Adanya Core Values ASN ini sebagai sari dari
nilai-nilai dasar ASN sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara dalam satu kesamaan persepsi yang lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh
seluruh ASN. Sedangkan #banggamelayanibangsa merupakan Employer Branding ASN
jaman now yang melayani sepenuh hati.
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang selanjutnya disingkat PPPK adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk
jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Pegawai ASN di Lingkungan Instansi Pemerintah
1. PNS Menduduki jabatan pemerintahan, mengisi seluruh jabatan ASN, berstatus pegawai
tetap, memiliki NIP secara Nasional, melaksanakan tugas pemerintahan, usia paling
rendah 18 tahun dan paling tinggi 35 tahun, gaji berdasarkan perundang-undangan.
2. PPPK Menduduki jabatan pemerintahan, jabatan ASN yang dapat diisi JF & JPT Madya
dan Utama tertentu, diangkat dengan perjanjian kerja sesuai kebutuhan instansi, memiliki
NIP secara Nasional, melaksanakan tugas pemerintahan, usia paling rendah 20 tahun dan
paling tinggi setahun sebelum batas usia jabatan, masa kerja paling singkat 1 tahun, gaji
berdasarkan perundang-undangan.
Manajemen Kinerja adalah inti dari pengelolaan, dan "kendaraan" utama untuk mendapatkan
hasil yang diinginkan melalui karyawan di semua tingkatan dalam organisasi. Proses
manajemen kinerja memberikan kesempatan kepada karyawan dan manajer kinerja untuk
membahas tujuan pengembangan dan bersama-sama membuat rencana untuk mencapai
tujuan tersebut (Priansa, 2017). Menurutnya pengembangan harus berkontribusi pada tujuan
organisasi dan pertumbuhan profesional pegawai. Dengan tidak adanya sistem seperti itu,
pegawai tidak mengetahui dengan jelas harapan pemberi kerja terkait tujuan dan standar /
target kinerja, yang mengarah pada produktivitas rendah, kesalahan yang mahal, stres,
penurunan motivasi, dan konflik.
Sehubungan dengan manajemen sumberdaya manusia aparatur sipil negara pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara yang berbunyi manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, nilai profesi, bebas dari intervensi
politik, dan bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Undang undang tersebut
memuat banyak penambahan dan perbaikan serta perubahan substansi manajemen ASN yang
sebelumnya tidak diatur termasuk dalam penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karir, pola karir, promosi, mutasi, penliaian
kinerja ,penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, kemacetan, jaminan pensiun dan
jaminan hari tua, serta perlindungan.
Di dalam peraturan ini menjelaskan tentang Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil
yang merupakan suatu proses sistematis yang terdiri dari perencanaan Kinerja; pelaksanaan,
pemantauan dan pembinaan Kinerja, penilaian Kinerja; tindak lanjut; dan sistem informasi
Kinerja.
Perencanaan Kinerja dalam Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil terdiri dari
Penyusunan rencana SKP yang dilakukan secara berjenjang dari pejabat pimpinan tinggi atau
pejabat pimpinan unit kerja mandiri ke pejabat administrasi dan pejabat fungsional dengan
memperhatikan tingkatan jabatan pada Instansi Pemerintah, dan Penetapan SKP dilakukan
apabila Rencana SKP telah di reviu oleh Pengelola Kinerja ditandatangani PNS dan
ditetapkan oleh Pejabat Penilai Kinerja.
Penyusunan rencana SKP pejabat pimpinan tinggi dan pimpinan unit kerja mandiri serta
pejabat administrasi dan pejabat fungsional dapat dilakukan dengan 2 model, yaitu: model
dasar/inisiasi dan model pengembangan, Penyusunan rencana SKP dengan model
dasar/inisiasi dapat digunakan pada Instansi Pemerintah yang akan membangun Sistem
Manajemen Kinerja PNS sedangkan penyusunan rencana SKP dengan model pengembangan
dapat digunakan pada Instansi Pemerintah yang telah membangun Sistem Manajemen
Kinerja PNS. Penyusunan rencana SKP dengan model pengembangan dilaksanakan Instansi
Pemerintah paling lambat 1 Januari 2023.
Sistem prestasi kerja ASN meliputi dua macam penilaian, yaitu: kompetensi kerja pegawai
(SKP) dan perilaku kerja (PK). SKP meliputi perencanaan kerja dan pencapaian target dari
ASN tersebut, sedangkan PK adalah penilaian sikap, tindakan dan tingkah laku dari ASN. Di
dalam Peraturan Pemerintah setiap ASN harus menyusun SKP berdasarkan rencana kerja
tahunan instansi setiap tahun. SKP ini juga memuat segala bentuk tugas dalam jabatan beserta
pencapaian yang telah diperoleh. Apabila ASN tersebut tidak membuat SKP dapat dijatuhi
sangsi disiplin yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Beberapa aspek seperti orientasi
pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan termasuk dalam
aspek kerja. Khusus manajemen hanya dilakukan terhadap ASN yang menduduki jabatan
struktural.
Penilaian kinerja ASN dilakukan bulan Desember atau paling lambat pada bulan Januari
tahun berikutnya. Di sektor swasta, kinerja diukur di mana target dapat diukur dalam
kaitannya dengan keluaran. Misalnya penjualan dapat diukur, target sektor jasa tercapai dapat
diukur. Tetapi dalam kasus output pegawai negeri sipil tidak dapat diukur. Kinerja aparatur
sipil negara diukur dari segi hasil yang sulit diukur. Hal tersebut sebagian besar terkait
dengan tingkat kepuasan para pencari layanan yaitu warga negara. Sangat sulit untuk
memetakan tingkat kepuasan. Karena alasan inilah penilaian kinerja ditekankan pada input
yang digunakan dan peningkatan pengeluaran. Para pegawai negeri sedang mengerjakan
program yang berbeda.
Untuk kinerja yang lebih baik, setiap departemen/badan pemerintah harus memiliki tujuan
dan sasaran yang ditetapkan dengan baik dan dirumuskan dengan baik. Organisasi harus
memiliki sense of direction yang berasal dari kebutuhan pengguna dan pemangku
kepentingan lainnya. Setiap departemen harus memiliki rencana tindakan yang menyebutkan
dengan jelas apa yang ingin dicapai departemen dengan sumber daya yang disediakan,
bagaimana mencapainya, dan apa yang akan disampaikan,
B. Tugas Pokok
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Pasal 3, Dinas Kesehatan
mempunyai fungsi:
melaksanakan pembinaan gizi, kesehatan ibu dan anak
melaksanakan pembinaan pengendalian penyakit dan Kesehatan
lingkungan
melaksanakan pembinaan upaya kesehatan dan kefarmasian
melaksanakan pembinaan sumber daya kesehatan dan
promosi kesehatan
melaksanakan kegiatan kesekretariatan bidang kesehatan
dan melaksanakan fungsi lainnya yang dilimpahkan oleh Gubernur sesuai
dengan fungsi Dinas Kesehatan.
Dinas Kesehatan juga mempunyai 2 (dua) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
yang terdiri atas UPTD Balai Laboratorium Kesehatan (Balabkes) dan UPTD Balai
Pelatihan Kesehatan (Bapelkes). Di samping itu, Dinas Kesehatan juga mempunyai
staf fungsional yang bekerja sebagai tenaga fungsional kesehatan yang
dikelompokkan berdasarkan keahlian dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas
melalui Ketua Kelompok Jabatan Fungsional.