2
N I LAI -
N I LAI
DASAR
PNS
(ASN
BERAKHL
AK)
Ns. Shinta Deswita Pramunegara, S.Kep.
Angkatan 9/ Kelompok 1
Berbagai literatur administrasi publik menyebut
bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik adalah:
1. Partisipatif
2. Transparan
3. Responsif
4. Tidak diskriminatif
5. Mudah dan murah
6. Efektif dan efisien
7. Aksesibel
8. Akuntabel
9. Bekeadilan
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa
terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik
khususnya dalam konteks ASN, yaitu
1) penyelenggara pelayanan publik yaitu
ASN/Birokrasi
2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders,
atau sektor privat
3) kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh
penerima layanan.
Membangun Budaya Pelayanan Prima
1. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun
pelayanan yang berkualitas;
2. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
3. penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
4. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti
pengaduan masyarakat;
5. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan
kerja, fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi
dan sarana prasarana; dan
6. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggara pelayanan publik.
Nilai Berorientasi Pelayanan dalam
Core Values ASN
Berorientasi Pelayanan dapat dijabarkan dengan beberapa
kriteria, yakni:
ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk
menjabarkan pedoman perilaku sesuai dengan tujuan
yang terkandung dari masing-masing nilai.
Untuk mendetailkan kode etik tersebut, dapat dibentuk
sebuah kode perilaku (code of conducts)
Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan, dan
menjadikan prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan.
ASN sebagai Pelayan Publik
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN,
pegawai ASN berfungsi sebagai
1. pelaksana kebijakan publik,
2. pelayan publik,
3. serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
panduan perilaku/kode etik dari nilai
Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi
para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
yaitu
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
1. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
2. menjalankan tugas secara profesional dan tidak
berpihak;
3. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
dan
4. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja
sama.
Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
1. Merit Sistem
2. Pembangunan Aparatur RPJMN 2020-2024
3. Karakter ASN (integritas, nasionalisme,
profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa
asing, hospitality, networking, dan
entrepreneurship)
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
a. Konsepsi kompetensi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017, Pasal 210
sampai dengan pasal 212, Pengembangan kompetensi dapat
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
2. Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki
akreditasi untuk melaksanakan pengembangan kompetensi
tertentu.
3. Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang
independen.
b. Hak Pengembangan Kompetensi
c. Pendekatan Pengembangan Kompetensi
Perilaku kompeten
1. Berkinerja dan BerAkhlak
2. Learn, Unlearn, dan Relearn
3. Meningkatkan Kompetensi Diri
4. Membantu Orang Lain Belajar
5. Melaksanakan tugas terbaik
HARMONIS
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan
sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan
suatu kesatuan yang luhur
1. Perubahan Mindset
a. pertamaberubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi peranan’
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus
dipertanggung jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
2. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan.
PERAN ASN HARMONIS
1. PNS harus bersikap netral dan adil
2. PNS harus bisa mengayomi kepentingan kelompok
kelompok minoritas, dengan tidak membuat kebijakan,
peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok
tersebut.
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
4. PNS juga harus memiliki sikap suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS
lainnya
5. menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
LOYAL
Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal
dapat dimaknai sebagai kesetiaan terhadap cita-
cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
PERILAKU LOYAL
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan
yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan
instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
LOYAL DALAM KONTEKS
ORGANISASI PEMERINTAH
1. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud
Loyalitas PNS
2. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas
PNS
3. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud
Loyalitas PNS
4. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud
Loyalitas PNS
ADAPTIF
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan
manusia yang berupaya mencapai tujuan-tujuan atau
kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi
sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan
(Robbins, 2003)
Adaptif sebagai Nilai
dan Budaya ASN
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke
tingkat mahir (personal mastery);
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki
persepsi yang sama atau gelombang yang sama terhadap suatu
visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan
realitas yang organisasi ingin wujudkan (mental model);
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning);
5. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata
kuda, atau bermental silo (systems thinking).
Penerapan Budaya Adaptif
Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan
Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Mendorong jiwakewirausahaan
Terkait dengan kinerja instansi
Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang
diperlukan antara instansi mitra, masyarakat dan
sebagainya
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus
dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu
maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu
tantangan membangun atau mewujudkan individua
dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA
(Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity).
Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty
dengan understanding, hadapi complexity dengan
clarity, dan hadapi ambiguitydengan agility.
Pengembangan Kapasitas
Pemerintah Adaptif
Pengembangan SDM adaptif,
Penguatan organisasi adaptif
Pembaharuan institusional adaptif
Pemerintah dalam Pusaran Perubahan
yang Dinamis (Dynamic Governance)
Terdapat tiga kemampuan kognitif proses
pembelajaran fundamental untuk pemerintahan
dinamis yaitu
1. berpikir ke depan (think ahead),
2. berpikir lagi (think again)
3. berpikir lintas (think across).
Pemerintah Sebagai Organisasi yang
Tangguh
Ada lima dimensi yang membuat organisasi kuat dan
imajinatif:
1. Kecerdasan organisasi,
2. Sumber daya,
3. Desain,
4. Adaptasi, dan
5. Budaya
Visi Indonesia 2045
1. Demografi Global
2. Urbanisasi Global
3. Perdagangan Internasional
4. Perubahan Geo Ekonomi Global dan geopolitik
5. Perubahan Iklim
6. Perkembangan Teknologi
KOLABORATIF
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019)
mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value
generated from an alliance between two or more
firms aiming to become more competitive by
developing shared routines”.
Collaborative Governance
1. Kepercayaan,
2. Pembagian kekuasaan,
3. Gaya kepemimpinan,
4. Strategi manajemen dan
5. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang
efisien efektif antara entitas publik
Faktor yang dapat menghambat
kolaborasi
antar organisasi pemerintah
Ketidakjelasan
batasan masalah karena perbedaan
pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi.
Dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
Whole of Government
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor
dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas
guna mencapai tujuan bersama dalam bidang
pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik.
Manfaat WoG
Efisiensi
Sharing Informasi
Lingkungan kerja
Daya saing
Akuntabilitas
Koherensi kebijakan
Biaya (cost)
Pemborosan (waste)
Duplikasi pekerjaan
Inkonsistensi kebijakan
Waktu penyelesaian layanan tertentu
Keuntungan WoG
Outcomes-focused
Berfokus pada outcome yang tidak dapat dicapai oleh K/L sektoral
secara masing-masing.
Boundary-spanning