Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada berbagai cara yang dapat ditempuh dalam rangka menyiapkan para
CPNS untuk masuk masuk pada sistem pemerintahan. Salah satunya adalah
melalui Diklat Prajabatan. Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, pegawai ASN berfungsi sebagai : 1) Pelaksana kebijakan;
2) Pelayanan publik; 3) Perekat dan Pemersatu Bangsa.
Tujuan Reformasi Birokrasi pada Tahun 2025 untuk mewujudkan
birokrasi kelas dunia, merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam menghadapi perubahan lingkungan
strategis yang menyebabkan posisi indonesia dalam percaturan global belum
memuaskan. Permasalahan lainnya adalah kepedulian PNS dalammeningkatkan
kualitas birokrasi yang masih rendah menjadikan daya saing Indonesia
dibandingkan negara lain baik ditingkat regional maupun internasional masih
tertinggal.
Aparatur Sipil Negara memiliki peran penting untuk mewujudkan
masyarakat yang taat pada hukum serta berintegritas dan bertanggung jawab
diperlukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki kemampuan untuk
mengaktualisasikan 5 (lima) nilai dasar profesi dalam menjalankan tugas
profesinya. Kelima nilai dasar profesi tersebut antara lain Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA).
Untuk menjadikan seorang ASN yang merupakan pelayan publik yang
menjadi penggerak utama dalam membangun bangsa dan tata kelola
pemerintahan seorang ASN harus mengamalkan nilai-nilai sadar ASN,
beritegritas, dan peran ASN dalam NKRI serta penerapan Manajemen ASN
tersebut.
Dalam pelaksaan tugas ke sekolah, penulis menemukan beberapa isu
yang menjadi permasalahan terkait Adiwiyata. Salah satunya ialah “kurangnya
kerjasama pihak sekolah dengan pihak luar dalam kegiatan aksi lingkungan”. Hal
ini disebabkan karena beberapa sekolah menilai bahwa program Adiwiyata tidak
begitu penting.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun
2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata. Penulis berada pada
tupoksi seksi Peningkatan Kapasitas dengan jabatan Penyuluh Lingkungan

1
Hidup. Penulis melakukan Aktualisasi dan Habituasi yang akan dilaksanakan
pada bidang Penataan, Penaatan, Perlindungan dan Peningkatan Kapasitas di
Dinas Lingkungan Hidup. Penulis melakukan aktualisasi mengenai Peningkatan
Peran Serta Dinas Lingkungan Hidup dalam Mensukseskan Program Adiwiyata
Melalui Kegiatan Jumat Bersih dengan melibatkan Sekolah.

B. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
Tujuan penulis dalam menyusun Rancangan Aktualisasi ini adalah
:
a. Mampu memahami dan mengerti fungsi ASN di Lingkungan Kerja
b. Mampu memahami dan menerapkan nilai-nilai dasar PNS pada
lingkungan kerja
c. Mampu menjadi ASN yang profesional
d. Mampu menciptakan Inovasi guna terciptanya Program Adiwiyata
di Sekolah-sekolah
2. Manfaat
Manfaat dalam menyusun Rancangan Aktualisasi ini adalah :
a. Manfaat bagi penulis
Manfaat Aktualisasi bagi penulis yaitu
1. sebagai salah satu langkah untuk memahami dan menerapkan
nilai-nilai dasar PNS seperti Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi pada lingkungan
kerja, serta menjadi Acuan pedoman dalam bekerja.
2. Untuk meningkatkan Kompetensi ASN dalam menjalan tugas
dan jabatan secara profesional di lingkungan kerja.

b. Manfaat bagi organisasi


Manfaat Aktualisasi untuk organisasi adalah
1. sebagai contoh teladan seorang ASN, serta terlaksananya
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata;
2. Sebagai Inovasi untuk kedepannya

2
C. Nilai-Nilai Dasar PNS
Berdasarkan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil. Peraturan ini dibekali dengan nilai-nilai dasar yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas jabatan PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat
yang meliputi kemampuan : berakuntabilitas, mengedepankan kepentingan
nasional, menjunjung tinggi standar etika publik, berinovasi untuk peningkatan
mutu pelaksanaan tugas jabatannya, dan tidak korupsi dan mendorong
percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan instansinya. Adapun deskripsi
singkat dari nilai-nilai dasar tersebut sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya.
Aspek-aspek dari akuntabilitas meliputi:
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja
PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil
pilihan yang tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat
dalam politik praktis, melayani warga secara adil dan konsisten dalam
menjalakan tugas dan fungsinya.
Ada banyak aspek yang harus di perhatikan dalam
menciptakan lingkungan organisasi yang akuntabel sebagai berikut:
a. Kepemimpinan
b. Transparansi
c. Intergritas
d. Tanggung Jawab (responsibilitas)
e. Keadilan
f. Kepercayaan
g. Keseimbangan
h. Kejelasan

3
i. Konsistensi.

2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai
ASN. Bahkan tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Dengan nasionalisme yang
kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa dan negara. Pegawai ASN aka berpikir tidak
lagi sektoral dengan mental bloknya, tetapi akan senantiasa
mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni bangsa dan negara.
Nasionalisme pancasila adalah pandangan pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nlai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa
Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa:
a. Menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa diatas kepentingan atau kepentingan
golongan;
b. Menunjukan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara;
c. Bangga sebagai bangsa indonesia dan bertanah air
Indonesia serta tidak merasa rendah diri;
d. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa;
e. Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;
f. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

3. Etika Publik
Etika publik merupakan penuntun perilaku yang paling
mendasar, norma etika justru sangat menentukan perumusan kebijakan
maupun pola tindakan yang ada di dalam organisasi publik. Jika aparat
pemerintah maupun masyarakat sudah memiliki dasar norma etika yang
kuat, ketaatan terhadap norma hukumakan mengikuti dan biasanya

4
korupsi, penyalahgunaan kekuasaan atau bentuk-bentuk penyimpangan
lain akan dapat dicegah sejak dini.
Sumber-sumber kode etik yang telah berkembang dalam
sistem administrasi publik sejak kemerdekaan:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 Tentang
Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota
Angkatan Perang;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang
Sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil;
c. Peraturan Pemeritah Nomor 30 Tahun1980 tentag
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri
Sipil;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin PNS;
f. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN).
Para pegawai dan pejabat perlu terus diingatkan akan rujukan
kode Etik PNS yang tersedia. Sosialisasi dari sumber-sumber kode etik
itu beserta penyadaran akan perlunya menaati kode etik harus dilakukan
secara berkesinambungan dalam setiap jenis pelatihan kepegawaian
untuk melengkapi aspek kognisi dan aspek profesionalisme dari seorang
pegawai sebagai abdi masyarakat.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu memiliki 4 unsur yaitu:
a. Efektifitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
b. Efisiensi
merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga
tidak terjadi pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar alur.

5
c. Inovasi
muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi disekitarnya. Dengan demikian istilah
inovasi adalah perubahan
d. Mutu
Merupakan salah satu standar yang menjadi dasar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja.
Cara yang dapat dilakukan untuk senantiasa memperbaiki
mutu layanan dari pegawai ASN kepada publik seperti:
a. Memahami fungsi, tugas pokok, peran masing-masing;
b. Kompeten pada bidang pekerjaannya;
c. Memiliki target mutu layanannya
d. Memahami karakter masyarakat yang membutuhkan
layanan;
e. Menguasai teknik pelayan prima dengan memberikan
layanan prima
f. Berrsedia menerima kritik untuk perbaikan kedepan.
Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi.
Pada level puncak bertanggung jawab atas mutu layanan institusi
secara keseluruhan untuk membangun citra kelembagaan dan
keunggulan masing-masing. Pada level strategic business unit level
tanggung jawab mutu berkaitan dengan penetapan diversifikasi mutu
pada setiap unit kerja sesuai dengan target masing-masing. Pada
level fungsional bertanggung jawab atas mutu hasil setiap layanan
yang diberikan di unit-unit pendukung. Sedangkan pada level unit
dasar tanggung jawab mutu berkaitan dengsn aktivitas/rencana aksi
yang dilaksanakan di masing-masing unit kerja.

5. Anti Korupsi
Korupsi adalah setiap orang yang melawan hukum untuk
memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan menyalah gunakan
wewenang dan menimbulkan kerugian negara. Dampak korupsi tidak
hanya sekedar menimbulkan kerugian keuangan negara namun

6
dapat menimbulkan kerusakan kehidupan yang tidak hanya bersifat
jangka pendek tetapi dapat pula bersifat jangka panjang.
Kesadaran diri anti yang dibangun melalui pendekatan
spiritual, dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai
manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan
waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan, dapat menjadi
benteng kuat untuk anti korupsi.
Tanggung jawab spiritual yang baik pasti akan
menghasilkan niat yang baik, hingga selalu memiliki semangat untuk
melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil terbaik,
agar dapat dipertanggungjawabkan juga secara publik.

D. Kedudukan dan Peran PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia


Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik dan perekat/pemersatu bangsa. Dengan mengetahui kedudukan dan
perannya tersebut, diharapkan dapat mengelola tantangan dan masalah
keragaman sosio-kultural dengan menggunakan perspektif whole of goverment
dalam mendukung pelaksanaan tugas jabatannya. Kemampuan tersebut
diperoleh melalui pembelajaran mata pelatihan Manajemen ASN, Pelayan publik
dan whole of goverment.
1. Manajemen ASN
Aparatur sipil negara mempunyai peran yang amat penting
dalam rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum,
berperadaba modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi
dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil
dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh
kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan yang di cita-citakan oleh
bangsa Indonesia..
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang profesional dan
berintegritas tinggi memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Berdasarkan undang -undang nomor 5 tahun 2014,

7
pegawai ASN terdiri atas pegawai Negeri Sipil(PN S) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) .
Manajemen ASN meliputi:
a. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
b. Pengadaan
c. Pangkat dan jabatan
d. Pengembangan karier
e. Pola karier
f. Promosi
g. Mutasi
h. Penilaian kinerja
i. Penggajian dan tunjangan
j. Penghargaan
k. Disiplin
l. Pemberhentian
m. Jaminan pensiundan jaminan hari tua
n. Perlindungan
2. Pelayan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik yaitu setiap institusi penyelenggara
Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum
lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Kegitan tersebut dilaksanakan oleh pejabat, pegawai, petugas, dan
setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang
bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan
pelayanan publik.
Dalam pelaksanaan pelayanan publik harus berdasarkan standar
pelayanan sebagai tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan
sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam
rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan

8
terukur. Pelayanan publik diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
2009 Tentang Pelayanan Publik, pengaturan ini dimaksudan untuk
memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat
dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Selain itu, pengaturan
mengenai pelayanan publik bertujuan agar terwujudnya batasan dan
hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan publik; agar terwujudnya sistem penyelenggaraan
pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan dan korporasi yang baik; agar terpenuhinya
penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan agar terwujudnya perlindungan dan
kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelengaaran pelayanan
publik.
Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik
dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam
perundang-undangan. Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan
pelayanan publik diperlukan Pembina dan penanggung jawab.
Pembina tersebut terdiri atas pimpinan lembaga Negara, pimpinan
kementerian, pimpinan lembaga pemerintah non kementerian,
pimpinan lembaga komisi Negara atau yang sejenis, dan pimpinan
lembaga lainnya; gubernur pada tingkat provinsi; bupati pada tingkat
kabupaten; dan walikota pada tingkat kota. Para Pembina tersebut
mempunyai tugas melakukan pembinaan, pengawasan, dan evaluasi
terhadap pelaksanaan tugas dari penanggung jawab. Sedangkan
penanggung jawab adalah pimpinan kesekretariatan lembaga atau
pejabat yang ditunjuk Pembina. Penanggung jawab mempunyai tugas
untuk mengkoordinasikan kelancaran penyelenggaraan pelayanan
publik sesuai dengan standar pelayanan pada setiap satuan kerja;
melakukan evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik; dan
melaporkan kepada Pembina pelaksanaan penyelenggaraan
pelayanan publik di seluruh satuan kerja unit pelayanan publik.
. Selain itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelayanan, dapat dilakukan kerja sama antar penyelenggara meliputi
kegiatan yang berkaitan dengan teknis operasional pelayanan

9
dan/atau pendukung pelayanan. Dalam hal penyelenggara yang
memiliki lingkup kewenangan dan tugas pelayanan publik tidak dapat
dilakukan sendiri karena keterbatasan sumber daya dan/atau dalam
keadaan darurat, penyelenggara dapat meminta bantuan kepada
penyelenggara lain yang mempunyai kapasitas memadai. Dalam
keadaan darurat, permintaan penyelenggara lain wajib dipenuhi oleh
penyelenggara pemberi bantuan sesuai dengan tugas dan fungsi
organisasi penyelenggara yang bersangkutan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
3. Whole of Goverment
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintah
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik.
Beberapa alasan mengapa Whole of Government (WoG) sangat
penting dan harus mendapat perhatian dari pemerintah, diantara:
1. Faktor eksternal
Adanya dorongan publik dalam mewujudkan integrasi
kebijakan, program pembangunan dan pelayanan sehingga
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik dapat tercipta.
Selain itu, perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika
kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong penting WoG
dalam menyatukan intitusi pemerintah sebagai penyelenggara
kebijakan dan layanan publik.
2. Faktor internal,
Terdapat fenomena ketimpangan kapasitas sektoral
sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam
pembangunan. Satu sektor bisa menjadi superior terhadap sektor
lain atau masing-masing sektor dapat tumbuh namun tidak dapat
berjalan beriringa, melainkan justru kontraproduktif atau “saling
membunuh”. Masing-masing sektor menganggap bahwa sektornya
lebih penting dari sektor lainnya.
Beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan
WoG antara lain:

10
1. Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat
dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa
menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG, misalnya
mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan,
dimana terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang
berbeda.
2. Nilai dan budaya organisasi
Seperti halnya dengan kapasitas dan institusi, nilai dan
budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi
upaya kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan.
3. Kepemimpinan
kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam
pelaksanaan WoG, kepemimpinan yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai
dan budaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia
guna mencapai tujuan yang diharapkan.

E. Landasan Hukum
Landasan hukum dalam pembuatan rancangan Aktualisasi ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 5 tentang Aparatur Sipil Negara
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil,
3. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipi
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.
5. Peraturan Daerah Nomor:2 Tahun 2016 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Mukomuko tahun 2016-2021.
6. Peraturan Daerah Kabupaten Mukomuko Nomor 35 Tahun 2016
tersebut Dinas Lingkungan Hidup memiliki Struktur Organisasi

11
BAB II
DESKRIPSI ORGANISASI

A. Visi dan Misi


Dinas Lingkungan Hidup sebagai organisasiperangkatdaerah, yang
memiliki tugas pokok dan fungsi dalam perencanaanpembangunan dibidang
pengelolaan lingkungan hidup memiliki peran dan posisi strategis dalam
kerangka pencapaian visipembangunan jangka menengah
KabupatenMukomuko yaitu: "Terwujudnya Masyarakat yang Religius,
Mandiri dan Demokratis Tahun 2021"sebagaimana tertuang dalam
Peraturan DaerahNomor:2 Tahun2016Tentang RencanaPembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) KabupatenMukomuko tahun 2016-
2021.
UntukmenunjangVisipembangunan jangka menengah
KabupatenMukomuko, maka rumusan Visi yang ingin dicapai Kantor
Lingkungan HidupKabupatenMukomuko2016-2021 adalah :"Terwujudnya
Pembangunan di Kabupaten Mukomuko Yang Berwawasan
Lingkungan, Bersih dan Lestari”

Untuk merealisasikan Visi Dinas Lingkungan Hidupyang telah ditetapkan


tersebut maka ditetapkan Misi Dinas Lingkungan Hidupsebagai berikut :

1. Meningkatkan perlindungan ekologis dan konservasi sumber daya


alam;
2. Meningkatkan pemantauan dan analisis sumber pencemar atau
kerusakan lingkungan;
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
dibidang pengelolaan lingkungan hidup;
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pelestarian
lingkungan hidup.

12
B. Struktur Organisasi

Kepala Dinas

sekretaris

Kasubbag Umum & Kepegawaian Kasubbag Perencanaan dan


Keuangan

Kepala Bidang Penataan, Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan
Pengendalian Pencemaran

Kasi Perencanaan dan Kajian Dampak Kasi Pengelolaan Sampah dan


Lingkungan Limbah B3

Kasi Pengaduan dan Penegakan Hukum Kasi Pencemaran dan Kerusakan


Lingkungan

Kasi Peningkatan Kapasitas


Kasi Pemeliharaan Lingkungan Hidup

Gambar 1. Bagan struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup


Kabupaten Mukomuko

. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mukomuko Nomor 35 Tahun


2016 tersebut Dinas Lingkungan Hidup memiliki Struktur Organisasi sebagai
berikut:
Dinas Lingkungan Hidup
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris
3. Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan
4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
5. Bidang Penataan, Penaatan dan Peningkatan Kapasitas
6. Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak Lingkungan
7. Seksi Pengaduan & Penegakan Hukum
8. Seksi Peningkatan Kapasitas
9. Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
10. Seksi Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
11. Seksi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
12. Seksi Pemeliharaan Lingkungan

13
13. Kelompok Jabatan Fungsional
14. Unit Pelaksana Teknis (UPTD)

C. Gambaran Unit Kerja


1. Dinas Lingkungan Hidup
Dinas lingkungan hidup terdiri dari 2 bidang yaitu bidang
Penataan, penaatan, dan peningkatan Kapasitas, dan Bidang Pengelolaan
Sampah dan Limbah B3. Penulis saat ini ditempatkan di bidang penataan
, penaatan, dan peningkatan kapasitas yang berfungsi sebagai :
1) Inventarisasi data dan informasi sumberdaya alam;
2) Penyusunan dokumen RPPLH;
3) Koordinasi dan sinkronisasi pemuatan RPPLH dalam
RPJP dan RPJM;

4) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPPLH;


5) Penentuan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup;
6) Koordinasi penyusunan tata ruang yang berbasis daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
7) Penyusunan instrumen ekonomi lingkungan hidup (PDB
& PDRB hijau, mekanisme insentif disinsentif,
pendanaan lingkungan hidup);
8) Sinkronisasi RLPLH Nasional, Pulau/Kepulauan dan
Ekoregion;
9) Penyusunan NSDA dan LH;
10) Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah;
11) Penyusunan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup;
12) Sosialisasi kepada pemangku kepentingan tentang
RPPLH;
13) Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Provinsi;
14) Pengesahan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
15) Fasilitasi keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan
KLHS;
16) Fasilitasi pembinaan penyelenggaraan KLHS;
17) Pemantauan dan evaluasi KLHS;
18) Koordinasi penyusunan instrumen pencegahan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
(Amdal, UKL-UPL, izin lingkungan, Audit LH, Analisis
resiko LH);
19) Penilaian terhadap dokumen lingkungan (AMDAL dan
UKL/UPL);
20) Penyusunan tim kajian dokumen lingkungan hidup yang
transparan (komisi penilai, tim pakar dan konsultan);

14
21) Pelaksanaan proses izin lingkungan;
22) Penyusunan kebijakan tentang tata cara pelayan
pengaduan dan penyelesaian pengaduan masyarakat;
23) Fasilitasi penerimaan pengaduan atas usaha atau
kegiatan yang tidak sesuai dengan izin Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
24) Pelaksanaan penelaahan dan verifikasi atas
pengaduan;
25) Penyusunan rekomendasi tindaklanjut hasil verifikasi
pengaduan;
26) Pelaksanaan bimbingan teknis, monitoring dan
pelaporan atas hasil tindak lanjut pengaduan;
27) Penyelesaian sengketa lingkungan baik di luar
pengadilan maupun melalui pengadilan;
28) Sosialisasi tata cara pengaduan;
29) Pengembangan sistem informasi penerimaan
pengaduan masyarakat atas usaha atau kegiatan yang
tidak sesuai dengan izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
30) Penyusunan kebijakan pengawasan terhadap usaha
dan atau kegiatan yang memiliki izin lingkungan dan izin
perlindungan dan pengelolaan lingkungan;
31) Pelaksanaan pengawasan terhadap penerima izin
lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan
lingkungan;
32) Pelaksanaan pengawasan tindaklanjut rekomendasi
hasil evaluasi penerima izin lingkungan dan izin
perlindungan dan pengelolaan lingkungan;
33) Pembinaan dan pengawasan terhadap Petugas
Pengawas Lingkungan Hidup Daerah;
34) Pembentukan tim koordinasi dan monitoring penegakan
hukum lingkungan;
35) Pelaksanaan penegakan hukum atas pelanggaran
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
36) Pelaksanaan penyidikan perkara pelanggaran
lingkungan hidup;
37) Penanganan barang bukti dan penanganan hukum
pidana secara terpadu;
38) Penyusunan kebijakan pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat, kearifan lokal atau
pengetahuan tradisional dan hak kearifan lokal atau
pengetahuan tradisional dan hak MHA terkait dengan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
39) Identifikasi, verifikasi dan validasi serta penetapan
pengakuan keberadanaan keberadaan masyarakat
hukum adat, kearifan lokal atau pengetahuan tradisional
dan hak kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dan
hak MHA terkait dengan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;

15
40) Penetapan tanah ulayat yang merupakan keberadaan
MHA, kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dan
hak kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dan hak
MHA terkait dengan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;

41) Pelaksanaan komunikasi dialogis dengan MHA;


42) Pembentukan panitia pengakuan masyarakat hukum
adat;
43) Penyusunan data dan informasi profil MHA, kearifan
lokal atau pengetahuan tradisional terkait Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
44) Penyusunan kebijakan peningkatan kapasitas MHA,
kearifan lokal atau pengetahuan tradisional terkait PPLH
45) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,
pengembangan dan pendampingan terhadap MHA,
kearifan lokal atau pengetahuan tradisional terkait
PPLH;

46) Pelaksanaan fasilitasi kerjasama dan pemberdayaan


MHA, kearifan lokal atau pengetahuan tradisional terkait
PPLH;
47) Penyiapan model peningkatan kapasitas dan
peningkatan kerjasama MHA, kearifan lokal atau
pengetahuan
tradisional terkait PPLH;

48) Penyiapan sarpras peningkatan kapasitas dan


peningkatan kerjasama MHA, kearifan lokal atau
pengetahuan tradisional terkait PPLH;
49) Pengembangan materi diklat dan penyuluhan LH;
50) Pengembangan metode diklat dan penyuluhan LH;
51) Pelaksanaan diklat dan penyuluhan LH;
52) Peningkatan kapasitas instruktur dan penyuluh LH;
53) Pengembangan kelembagaan kelompok masyarakat
peduli LH;
54) Pelaksanaan identifikasi kebutuhan diklat
dan penyuluhan;
55) Penyiapan sarpras diklat dan penyuluhan LH;
56) Pengembangan jenis penghargaan LH;
57) Penyusunan kebijakan tata cara pemberian
penghargaan LH;
58) Pelaksanaan penilaian dan pemberian penghargaan;
59) Pembentukan tim penilai penghargaan yang kompeten;
dan
60) Dukungan program pemberian penghargaan tingkat
provinsi dan nasional.
2

16
2. Seksi Peningkatan Kapasitas
Seksi peningkatan Kapasitas berada di bawah bidang Penataan,
Penaatan dan peningkatan Kapasitas, Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Mukomuko Nomor 35 Tahun 2016 tersebut Dinas
Lingkungan Hidup memiliki Struktur Organisasi, penulis memiliki jabatan
sebagai penyuluh lingkungan hidup.

17
BAB III
ANALISA ISU-ISU DAN GAGASAN PEMECAHAN ISU

A. Identifikasi Isu-Isu dan Analisa Penyebab.


Seksi Peningkatan Kapasitas memiliki tugas mengembangkan program
Adiwiyata di Sekolah-sekolah, selama 6 bulan penulis melaksanakan tugas di
Seksi Peningkatan Kapasitas, Penulis menemukan beberapa isu yang menjadi
permasalahan pada unit kerja. Adapun isu-isu yang terjadi di Dinas Lingkungan
Hidup adalah sebagai berikut:
No Isu yang di temukan di Unit Kerja Akibat yang ditimbulkan
1 Kurangnya mitra dalam kegiatan aksi Belum maksimal pencapaian
lingkungan diluar sekolah yang diikuti program Adiwiyata
pihak sekolah.
2 Pembagian tugas pada Tim Adiwiyata Adiwiyata belum terkoordinir
belum jelas dengan baik
3 Masih banyak guru belum Anak sekolah belum mengenal
mengintergrasikan pendidikan jelas apa itu peduli lingkungan.
Lingkungan Hidup ke dalam Silabus
atau RPP
Tabel 1. Identifikasi dan Analisa Penyebab Isu
Dalam menentukan Isumana yang akan dipilih penulis untuk di pecahkan,
penulis menggunakan metode Urgency, Seriousness, growth (USG). Metode
USG ini adalah salah satu alat menyusun urutan prioritas isu. Pelaksanaan
metode USG adalah dengan cara menentukan tingkat Urgensi, keseriusan,
perkembangan dan pengembangan isu dengan menentukan skala 1-5. Isu yang
memiliki skor paling tinggi merupakan isu prioritas.
Berikut adalah penjelasan tentang Urgency, seriousness, growth :
a. Urgency
Berhubungan dengan seberapa mendesak isu tersebut
harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa
keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi.
b. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah

18
yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan.
Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah
yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan
makin memburuk kalau dibiarkan.

Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan


prioritas masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode
USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah,
keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya
masalah tersebut semakin besar.

Metode USG dilaksanakan menggunakan analisis dengan


memberikan rentang nilai 1 – 5, adapun ketentuannya adalah sebagai
berikut:

1 = Tidak U,S, dan G


2 = Kurang U,S, dan G
3 = Cukup U,S, dan G
4 = U,S,G
5 = Sangat U,S dan G

Berikut adalah analisa USG yang dilakukan Penulis menentukan


skala prioritas:

Peran dan
Total
No Isu kedudukan U S G Rangking
Skor
ASN
Kurangnya mitra
dalam kegiatan aksi Pelayanan
1 4 3 4 11 1
lingkungan diluar publik
sekolah yang diikuti

19
pihak sekolah.
Pembagian tugas
Manajemen
2 pada Tim Adiwiyata 3 3 3 9 2
ASN
belum jelas
Masih banyak guru
belum
mengintergrasikan
Manajemen
3 pendidikan 3 2 3 8 3
ASN
Lingkungan Hidup ke
dalam Silabus atau
RPP

Tabel 2. Analisa dan Isu terpilih

Berdasarkan analisa USG diatas, isu yang harus dilaksanakan adalah


Kurangnya kerja sama pihak sekolah dengan pihak luar dalam kegiatan aksi
lingkungan. Isu tersebut dipilih berdasarkan bertimbangan dari urgency bahwa
pelaksanaan Program kerja sama harus segera dilaksanakan dalam waktu yang
sesegera mungkin , karna akan berakibat semakin berkembang. Karna jika terus
di abaikan, maka akan terus berdampak buruk. Dan growth bahwa apabila isu
tidak segera di pecahkan akan menyebabkan ketidak pedulian warga sekolah
terhadap lingkungan.

D. Gagasan Pemecahan Isu


Berdasarkan isu prioritas yang telah dipilih oleh penulis, yaitu ” Kurangnya
mitra dalam kegiatan aksi lingkungan diluar sekolah yang diikuti pihak
sekolah.”, isu ini dianggap penting bagi penulis, dan harus segera
diselesaikan karena jika tidak diselesaikan akan menyebabkan dampak yang
buruk. Untuk pemecahan isu tersebut penulis memberikan gagasan
pemecahan isu yaitu melalui “peningkatan peran serta Dinas Lingkungan
Hidup dalam Mensukseskan Program Adiwiyata Melalui Kegiatan Jumat
Bersih”.
Sistem ini mengacu pada :
1. Warga sekolah
2. Masyarakat
3. Pegawai Dinas Lingkungan Hidup

20
Dalam pemecahan masalah isu terpilih, akan dilakukan dalam 4 (empat)
kegiatan, yaitu:
1. Penelaah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.
2. Berkonsultasi dengan Atasan Langsung dan pihak terkait Program
Adiwiyata menyangkut Rancangan Aktualisasi
3. Bersosialisasi dengan Organisasi tentang rencana Aktualisasi
4. Melakukan Aksi nyata dalam jumat bersih sebagai penerapan peran
Dinas Lingkungan Hidup mensukseskan program Adiwiyata

21
BAB IV
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Uraian Kegiatan
Unit Kerja : Seksi Peningkatan Kapasitas
Identifikasi isu : 1. Kurangnya mitra dalam kegiatan aksi
lingkungan diluar sekolah yang diikuti pihak
sekolah.
2. Pembagian tugas pada Tim Adiwiyata
belum jelas
3. Masih banyak guru belum
mengintergrasikan pendidikan Lingkungan
Hidup ke dalam Silabus atau RPP
Isu Yang Diangkat : Kurangnya mitra dalam kegiatan aksi
lingkungan diluar sekolah yang diikuti pihak
sekolah.
Gagasan Pemecahan Isu : Peningkatan Peran Serta Dinas
Lingkungan Hidup Dalam Mensukseskan
Program Adiwiyata Melalui Kegiatan Jumat
Bersih.

22
Untuk mendukung gagasan pemecahanisu tersebut diuraikanlah beberapa kegiatan di dalam tabel 3. Formulir 1
Rancangan Aktualisasi berikut ini:
Kontribusi Penguatan
Tahapan Karakteristik Substansi
No Kegiatan Output / Hasil Terhadap Visi-Misi Nilai
Kegiatan Mata Pelatihan
Organisasi Organisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Penelaah Peraturan a. menelusuri Materi Akuntabilitas Berkontribusi dalam
Saya melakukan
Menteri Lingkungan Materi untuk Penelaahan pencapaian visi
pertanggungjawaban
Hidup Nomor 5 penelaah atas pelaksanaan Dinas Lingkungan
penelaahan informasi.
Tahun 2013 tentang b. Penelaahan Hasil telaah Hidup khususnya
Pedoman materi Etika Publik misi ke -3
saya mengumpulkan
Pelaksanaan informasi, Meningkatkan
materi penelaahan
Program Adiwiyata. monitoring, berprinsip pada nilai-nilai kualitas dan
dasar etika publik
kuantitas sumber
daya manusia
Komitmen Mutu
saya bisa menjaga dibidang
kualitas rancangan
pengelolaan
aktualisasi ini
lingkungan hidup;
Ringkasan :
Menelaah sistem informasi, serta membuat panduan kerja
Agenda II : menerapkan tiga nilai yaitu : Akuntabilitas, Etika Publik, dan Komitmen Mutu
Agenda III : menerapkan nilai dari manajemen ASN
Kontribusi terhadap visi misi organisasi : menerapkan visi dan misi khususnya misi ke-3
Output : peraturan yang akan menjadi acuan dalam pengerjaan aktualisasi

23
KETERKAITAN KONTRIBUSI PENGUATAN
TAHAPAN OUTPUT/
NO KEGIATAN SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI- NILAI
KEGIATAN HASIL
PELATIHAN MISI ORGANISASI ORGANISASI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 Berkonsultasi a. Konsultasi Catatan hasil Akuntabilitas Berkontribusi
dengan Atasan dengan Tim konsultasi Saya bertanggung jawab dalam pencapaian
Langsung dan pihak Adiwiyata atas pelaksanaan visi Dinas
terkait Program Dinas konsultasi dan
Lingkungan Hidup
Adiwiyata Lingkungan pembuatan hasil
khususnya misi ke
menyangkut Hidup konsultasi
-3 Meningkatkan
Rancangan Mukomuko
kualitas dan
Aktualisasi b. Konsultasi Catatan hasil Nasionalisme
kuantitas sumber
dengan Atasan konsultasi Saya berkonsultasi
Langsung dengan berbagai pihak daya manusia
terkaittanpa membeda- dibidang
bedakan dan mau pengelolaan
c. Penggabungan Dokumen hasil
menerima masukan/ lingkungan hidup;
hasil koordinasi konsultasi
pendapat pihak tersebut
dengan
berbagai pihak
Etika Publik
Saya berkonsultasi
dengan berbagai pihak
harus berprilaku etika

24
yang baik

Komitmen Mutu
Saya membuat catatan
gabungan hasil
berkonsultasi agar lebih
mudah memahami dan
menjaga kualitas hasil
kerja
Ringkasan :
Berkoordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dalam rancangan Aktualisasi
Agenda II : menerapkan tiga nilai yaitu : nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik dan komitmen mutu
Agenda III : menerapkan nilai Manajemen ASN dan pelayanan publik
Berkontribusi terhadap visi dan misi organisasi : menerapkan visi dan misi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mukomuko khususnya
misi ke-3
Output : Dokumen Hasil Konsultasi
NO KEGIATAN TAHAPAN OUTPUT/HASIL KETERKAITAN KONTRIBUSI PENGUATAN
KEGIATAN SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI- NILAI
PELATIHAN MISI ORGANISASI ORGANISASI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

3 Bersosialisasi a. Bersosialisasi Notulen Akuntabilitas Berkontribusi dalam


dengan Organisasi dengan Saya melakukan pencapaian hasil visi

25
tentang rencana Kepala Dinas transparansi dan dan misi khususnya
Aktualisasi terkait keterbukaan untuk misi ke-3
rancangan menerima saran meningkatkan
Aktualisasi kualitas dan
b. Bersosialisasi Notulen Nasionalisme kuantitas sumber
dengan Saya menghargai hak daya manusia di
Rekan-rekan orang lain dalam bidang pengelolaan
kerja yang mengemukakan lingkungan hidup
ada di Dinas pendapat
Lingkungan
Hidup Etika Publik
Saya meminta saran dan
masukan dengan
berpegang prinsip pada
nilai dasar etika publik

Komitmen Mutu
Saya membuat cacatan
dengan cermat

Anti Korupsi
Saya mensosialisasikan
rancangan saya tanpa

26
ditambah atau dikurangi.

Ringkasan :
Bersosialisasi dengan Organisasi tentang rencana Aktualisasi
Agenda II : menerapkan lima nilai yaitu : Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi
Agenda III : menerapkan nilai manajemen ASN dan pelayanan publik
Kontribusi terhadap visi misi organisasi : menerapkan visi dan misi khususnya misi ke-3
Output : notulen
NO KEGIATAN TAHAPAN OUTPUT/HASIL KETERKAITAN KONTRIBUSI PENGUATAN
KEGIATAN SUBSTANSI MATA TEHADAP VISI DAN NILAI
PELATIHAN MISI ORGANISASI ORGANISASI
4 Melakukan Aksi
nyata dalam jumat
bersih sebagai
penerapan peran
Dinas Lingkungan
Hidup
mensukseskan
program Adiwiyata

27
A. Kendala dan Rencana Antisipasi
Dalam melaksanakan rancangan aktualisasi di unit kerja terdapat kemungkinan kendala yang akan dihadapi.
Sebagai langkah pencegahan maka diperlukan rencana antisipasi yang akan dilakukan apabila kendala tersebut
muncul. Adapun kendala dan rencana antisipasi dijelaskan pada tabel berikut.

No. Kendala Antisipasi Tindakan


1 Materi penelaahan yang tersebar di Meminta izin untuk meminjam materi
bidang lain
2 Adanya kemungkinan ketidaksesuaian 1. Meminta arahan kepada mentor melalui whatsapp.
jadwal antara mentor dengan tahapan 2. Meminta arahan kepada Atasan yang lebih tinggi
kegiatan aktualisasi yang telah
direncanakan.
3 Diminta untuk rapat oleh pimpinan saat Saya harus mempersiapkan alternatif jadwal tahapan kegiatan
mengerjakan aktualisasi aktualisasi, sesuai dengan kondisi yang akan terjadi dengan memastikan
kesediaan waktu mentor untuk memberikan bimbingan dan arahan
4 Adanya perintah atau tugas dari mentor Menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin agar pekerjaan
diluar kegiatan aktualisasi operasional kantor dan kegiatan aktualisas bisa berjalan seiringan

Tabel 4.2 Kendala dan Rencana Antisipasi

B. Jadwal Rancangan Aktualisasi

C. Pembimbingan
28
29

Anda mungkin juga menyukai