PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada berbagai cara yang dapat ditempuh dalam rangka menyiapkan para
CPNS untuk masuk masuk pada sistem pemerintahan. Salah satunya adalah
melalui Diklat Prajabatan. Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, pegawai ASN berfungsi sebagai : 1) Pelaksana kebijakan;
2) Pelayanan publik; 3) Perekat dan Pemersatu Bangsa.
Tujuan Reformasi Birokrasi pada Tahun 2025 untuk mewujudkan
birokrasi kelas dunia, merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam menghadapi perubahan lingkungan
strategis yang menyebabkan posisi indonesia dalam percaturan global belum
memuaskan. Permasalahan lainnya adalah kepedulian PNS dalammeningkatkan
kualitas birokrasi yang masih rendah menjadikan daya saing Indonesia
dibandingkan negara lain baik ditingkat regional maupun internasional masih
tertinggal.
Aparatur Sipil Negara memiliki peran penting untuk mewujudkan
masyarakat yang taat pada hukum serta berintegritas dan bertanggung jawab
diperlukan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki kemampuan untuk
mengaktualisasikan 5 (lima) nilai dasar profesi dalam menjalankan tugas
profesinya. Kelima nilai dasar profesi tersebut antara lain Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA).
Untuk menjadikan seorang ASN yang merupakan pelayan publik yang
menjadi penggerak utama dalam membangun bangsa dan tata kelola
pemerintahan seorang ASN harus mengamalkan nilai-nilai sadar ASN,
beritegritas, dan peran ASN dalam NKRI serta penerapan Manajemen ASN
tersebut.
Dalam pelaksaan tugas ke sekolah, penulis menemukan beberapa isu
yang menjadi permasalahan terkait Adiwiyata. Salah satunya ialah “kurangnya
kerjasama pihak sekolah dengan pihak luar dalam kegiatan aksi lingkungan”. Hal
ini disebabkan karena beberapa sekolah menilai bahwa program Adiwiyata tidak
begitu penting.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun
2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata. Penulis berada pada
tupoksi seksi Peningkatan Kapasitas dengan jabatan Penyuluh Lingkungan
1
Hidup. Penulis melakukan Aktualisasi dan Habituasi yang akan dilaksanakan
pada bidang Penataan, Penaatan, Perlindungan dan Peningkatan Kapasitas di
Dinas Lingkungan Hidup. Penulis melakukan aktualisasi mengenai Peningkatan
Peran Serta Dinas Lingkungan Hidup dalam Mensukseskan Program Adiwiyata
Melalui Kegiatan Jumat Bersih dengan melibatkan Sekolah.
2
C. Nilai-Nilai Dasar PNS
Berdasarkan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil. Peraturan ini dibekali dengan nilai-nilai dasar yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas jabatan PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat
yang meliputi kemampuan : berakuntabilitas, mengedepankan kepentingan
nasional, menjunjung tinggi standar etika publik, berinovasi untuk peningkatan
mutu pelaksanaan tugas jabatannya, dan tidak korupsi dan mendorong
percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan instansinya. Adapun deskripsi
singkat dari nilai-nilai dasar tersebut sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya.
Aspek-aspek dari akuntabilitas meliputi:
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja
PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil
pilihan yang tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat
dalam politik praktis, melayani warga secara adil dan konsisten dalam
menjalakan tugas dan fungsinya.
Ada banyak aspek yang harus di perhatikan dalam
menciptakan lingkungan organisasi yang akuntabel sebagai berikut:
a. Kepemimpinan
b. Transparansi
c. Intergritas
d. Tanggung Jawab (responsibilitas)
e. Keadilan
f. Kepercayaan
g. Keseimbangan
h. Kejelasan
3
i. Konsistensi.
2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai
ASN. Bahkan tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Dengan nasionalisme yang
kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa dan negara. Pegawai ASN aka berpikir tidak
lagi sektoral dengan mental bloknya, tetapi akan senantiasa
mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni bangsa dan negara.
Nasionalisme pancasila adalah pandangan pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya
yang didasarkan pada nilai-nlai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa
Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa:
a. Menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa diatas kepentingan atau kepentingan
golongan;
b. Menunjukan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara;
c. Bangga sebagai bangsa indonesia dan bertanah air
Indonesia serta tidak merasa rendah diri;
d. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa;
e. Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;
f. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
3. Etika Publik
Etika publik merupakan penuntun perilaku yang paling
mendasar, norma etika justru sangat menentukan perumusan kebijakan
maupun pola tindakan yang ada di dalam organisasi publik. Jika aparat
pemerintah maupun masyarakat sudah memiliki dasar norma etika yang
kuat, ketaatan terhadap norma hukumakan mengikuti dan biasanya
4
korupsi, penyalahgunaan kekuasaan atau bentuk-bentuk penyimpangan
lain akan dapat dicegah sejak dini.
Sumber-sumber kode etik yang telah berkembang dalam
sistem administrasi publik sejak kemerdekaan:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 Tentang
Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota
Angkatan Perang;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang
Sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil;
c. Peraturan Pemeritah Nomor 30 Tahun1980 tentag
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri
Sipil;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin PNS;
f. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN).
Para pegawai dan pejabat perlu terus diingatkan akan rujukan
kode Etik PNS yang tersedia. Sosialisasi dari sumber-sumber kode etik
itu beserta penyadaran akan perlunya menaati kode etik harus dilakukan
secara berkesinambungan dalam setiap jenis pelatihan kepegawaian
untuk melengkapi aspek kognisi dan aspek profesionalisme dari seorang
pegawai sebagai abdi masyarakat.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu memiliki 4 unsur yaitu:
a. Efektifitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
b. Efisiensi
merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga
tidak terjadi pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang keluar alur.
5
c. Inovasi
muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi disekitarnya. Dengan demikian istilah
inovasi adalah perubahan
d. Mutu
Merupakan salah satu standar yang menjadi dasar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja.
Cara yang dapat dilakukan untuk senantiasa memperbaiki
mutu layanan dari pegawai ASN kepada publik seperti:
a. Memahami fungsi, tugas pokok, peran masing-masing;
b. Kompeten pada bidang pekerjaannya;
c. Memiliki target mutu layanannya
d. Memahami karakter masyarakat yang membutuhkan
layanan;
e. Menguasai teknik pelayan prima dengan memberikan
layanan prima
f. Berrsedia menerima kritik untuk perbaikan kedepan.
Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi.
Pada level puncak bertanggung jawab atas mutu layanan institusi
secara keseluruhan untuk membangun citra kelembagaan dan
keunggulan masing-masing. Pada level strategic business unit level
tanggung jawab mutu berkaitan dengan penetapan diversifikasi mutu
pada setiap unit kerja sesuai dengan target masing-masing. Pada
level fungsional bertanggung jawab atas mutu hasil setiap layanan
yang diberikan di unit-unit pendukung. Sedangkan pada level unit
dasar tanggung jawab mutu berkaitan dengsn aktivitas/rencana aksi
yang dilaksanakan di masing-masing unit kerja.
5. Anti Korupsi
Korupsi adalah setiap orang yang melawan hukum untuk
memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan menyalah gunakan
wewenang dan menimbulkan kerugian negara. Dampak korupsi tidak
hanya sekedar menimbulkan kerugian keuangan negara namun
6
dapat menimbulkan kerusakan kehidupan yang tidak hanya bersifat
jangka pendek tetapi dapat pula bersifat jangka panjang.
Kesadaran diri anti yang dibangun melalui pendekatan
spiritual, dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai
manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan
waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan, dapat menjadi
benteng kuat untuk anti korupsi.
Tanggung jawab spiritual yang baik pasti akan
menghasilkan niat yang baik, hingga selalu memiliki semangat untuk
melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil terbaik,
agar dapat dipertanggungjawabkan juga secara publik.
7
pegawai ASN terdiri atas pegawai Negeri Sipil(PN S) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) .
Manajemen ASN meliputi:
a. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
b. Pengadaan
c. Pangkat dan jabatan
d. Pengembangan karier
e. Pola karier
f. Promosi
g. Mutasi
h. Penilaian kinerja
i. Penggajian dan tunjangan
j. Penghargaan
k. Disiplin
l. Pemberhentian
m. Jaminan pensiundan jaminan hari tua
n. Perlindungan
2. Pelayan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik yaitu setiap institusi penyelenggara
Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum
lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Kegitan tersebut dilaksanakan oleh pejabat, pegawai, petugas, dan
setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang
bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan
pelayanan publik.
Dalam pelaksanaan pelayanan publik harus berdasarkan standar
pelayanan sebagai tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan
sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam
rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan
8
terukur. Pelayanan publik diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun
2009 Tentang Pelayanan Publik, pengaturan ini dimaksudan untuk
memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat
dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Selain itu, pengaturan
mengenai pelayanan publik bertujuan agar terwujudnya batasan dan
hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan publik; agar terwujudnya sistem penyelenggaraan
pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan dan korporasi yang baik; agar terpenuhinya
penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan agar terwujudnya perlindungan dan
kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelengaaran pelayanan
publik.
Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik
dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam
perundang-undangan. Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan
pelayanan publik diperlukan Pembina dan penanggung jawab.
Pembina tersebut terdiri atas pimpinan lembaga Negara, pimpinan
kementerian, pimpinan lembaga pemerintah non kementerian,
pimpinan lembaga komisi Negara atau yang sejenis, dan pimpinan
lembaga lainnya; gubernur pada tingkat provinsi; bupati pada tingkat
kabupaten; dan walikota pada tingkat kota. Para Pembina tersebut
mempunyai tugas melakukan pembinaan, pengawasan, dan evaluasi
terhadap pelaksanaan tugas dari penanggung jawab. Sedangkan
penanggung jawab adalah pimpinan kesekretariatan lembaga atau
pejabat yang ditunjuk Pembina. Penanggung jawab mempunyai tugas
untuk mengkoordinasikan kelancaran penyelenggaraan pelayanan
publik sesuai dengan standar pelayanan pada setiap satuan kerja;
melakukan evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik; dan
melaporkan kepada Pembina pelaksanaan penyelenggaraan
pelayanan publik di seluruh satuan kerja unit pelayanan publik.
. Selain itu, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pelayanan, dapat dilakukan kerja sama antar penyelenggara meliputi
kegiatan yang berkaitan dengan teknis operasional pelayanan
9
dan/atau pendukung pelayanan. Dalam hal penyelenggara yang
memiliki lingkup kewenangan dan tugas pelayanan publik tidak dapat
dilakukan sendiri karena keterbatasan sumber daya dan/atau dalam
keadaan darurat, penyelenggara dapat meminta bantuan kepada
penyelenggara lain yang mempunyai kapasitas memadai. Dalam
keadaan darurat, permintaan penyelenggara lain wajib dipenuhi oleh
penyelenggara pemberi bantuan sesuai dengan tugas dan fungsi
organisasi penyelenggara yang bersangkutan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
3. Whole of Goverment
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintah
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik.
Beberapa alasan mengapa Whole of Government (WoG) sangat
penting dan harus mendapat perhatian dari pemerintah, diantara:
1. Faktor eksternal
Adanya dorongan publik dalam mewujudkan integrasi
kebijakan, program pembangunan dan pelayanan sehingga
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik dapat tercipta.
Selain itu, perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika
kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong penting WoG
dalam menyatukan intitusi pemerintah sebagai penyelenggara
kebijakan dan layanan publik.
2. Faktor internal,
Terdapat fenomena ketimpangan kapasitas sektoral
sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam
pembangunan. Satu sektor bisa menjadi superior terhadap sektor
lain atau masing-masing sektor dapat tumbuh namun tidak dapat
berjalan beriringa, melainkan justru kontraproduktif atau “saling
membunuh”. Masing-masing sektor menganggap bahwa sektornya
lebih penting dari sektor lainnya.
Beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan
WoG antara lain:
10
1. Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat
dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa
menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG, misalnya
mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan,
dimana terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang
berbeda.
2. Nilai dan budaya organisasi
Seperti halnya dengan kapasitas dan institusi, nilai dan
budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi
upaya kolaborasi sampai dengan penyatuan kelembagaan.
3. Kepemimpinan
kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam
pelaksanaan WoG, kepemimpinan yang dibutuhkan adalah
kepemimpinan yang mampu mengakomodasi perubahan nilai
dan budaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia
guna mencapai tujuan yang diharapkan.
E. Landasan Hukum
Landasan hukum dalam pembuatan rancangan Aktualisasi ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 5 tentang Aparatur Sipil Negara
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil,
3. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipi
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.
5. Peraturan Daerah Nomor:2 Tahun 2016 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Mukomuko tahun 2016-2021.
6. Peraturan Daerah Kabupaten Mukomuko Nomor 35 Tahun 2016
tersebut Dinas Lingkungan Hidup memiliki Struktur Organisasi
11
BAB II
DESKRIPSI ORGANISASI
12
B. Struktur Organisasi
Kepala Dinas
sekretaris
Kepala Bidang Penataan, Penaatan dan Peningkatan Kapasitas Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan
Pengendalian Pencemaran
13
13. Kelompok Jabatan Fungsional
14. Unit Pelaksana Teknis (UPTD)
14
21) Pelaksanaan proses izin lingkungan;
22) Penyusunan kebijakan tentang tata cara pelayan
pengaduan dan penyelesaian pengaduan masyarakat;
23) Fasilitasi penerimaan pengaduan atas usaha atau
kegiatan yang tidak sesuai dengan izin Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
24) Pelaksanaan penelaahan dan verifikasi atas
pengaduan;
25) Penyusunan rekomendasi tindaklanjut hasil verifikasi
pengaduan;
26) Pelaksanaan bimbingan teknis, monitoring dan
pelaporan atas hasil tindak lanjut pengaduan;
27) Penyelesaian sengketa lingkungan baik di luar
pengadilan maupun melalui pengadilan;
28) Sosialisasi tata cara pengaduan;
29) Pengembangan sistem informasi penerimaan
pengaduan masyarakat atas usaha atau kegiatan yang
tidak sesuai dengan izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
30) Penyusunan kebijakan pengawasan terhadap usaha
dan atau kegiatan yang memiliki izin lingkungan dan izin
perlindungan dan pengelolaan lingkungan;
31) Pelaksanaan pengawasan terhadap penerima izin
lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan
lingkungan;
32) Pelaksanaan pengawasan tindaklanjut rekomendasi
hasil evaluasi penerima izin lingkungan dan izin
perlindungan dan pengelolaan lingkungan;
33) Pembinaan dan pengawasan terhadap Petugas
Pengawas Lingkungan Hidup Daerah;
34) Pembentukan tim koordinasi dan monitoring penegakan
hukum lingkungan;
35) Pelaksanaan penegakan hukum atas pelanggaran
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
36) Pelaksanaan penyidikan perkara pelanggaran
lingkungan hidup;
37) Penanganan barang bukti dan penanganan hukum
pidana secara terpadu;
38) Penyusunan kebijakan pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat, kearifan lokal atau
pengetahuan tradisional dan hak kearifan lokal atau
pengetahuan tradisional dan hak MHA terkait dengan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
39) Identifikasi, verifikasi dan validasi serta penetapan
pengakuan keberadanaan keberadaan masyarakat
hukum adat, kearifan lokal atau pengetahuan tradisional
dan hak kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dan
hak MHA terkait dengan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
15
40) Penetapan tanah ulayat yang merupakan keberadaan
MHA, kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dan
hak kearifan lokal atau pengetahuan tradisional dan hak
MHA terkait dengan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
16
2. Seksi Peningkatan Kapasitas
Seksi peningkatan Kapasitas berada di bawah bidang Penataan,
Penaatan dan peningkatan Kapasitas, Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Mukomuko Nomor 35 Tahun 2016 tersebut Dinas
Lingkungan Hidup memiliki Struktur Organisasi, penulis memiliki jabatan
sebagai penyuluh lingkungan hidup.
17
BAB III
ANALISA ISU-ISU DAN GAGASAN PEMECAHAN ISU
18
yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan.
Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah
yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan
makin memburuk kalau dibiarkan.
Peran dan
Total
No Isu kedudukan U S G Rangking
Skor
ASN
Kurangnya mitra
dalam kegiatan aksi Pelayanan
1 4 3 4 11 1
lingkungan diluar publik
sekolah yang diikuti
19
pihak sekolah.
Pembagian tugas
Manajemen
2 pada Tim Adiwiyata 3 3 3 9 2
ASN
belum jelas
Masih banyak guru
belum
mengintergrasikan
Manajemen
3 pendidikan 3 2 3 8 3
ASN
Lingkungan Hidup ke
dalam Silabus atau
RPP
20
Dalam pemecahan masalah isu terpilih, akan dilakukan dalam 4 (empat)
kegiatan, yaitu:
1. Penelaah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.
2. Berkonsultasi dengan Atasan Langsung dan pihak terkait Program
Adiwiyata menyangkut Rancangan Aktualisasi
3. Bersosialisasi dengan Organisasi tentang rencana Aktualisasi
4. Melakukan Aksi nyata dalam jumat bersih sebagai penerapan peran
Dinas Lingkungan Hidup mensukseskan program Adiwiyata
21
BAB IV
RANCANGAN AKTUALISASI
A. Uraian Kegiatan
Unit Kerja : Seksi Peningkatan Kapasitas
Identifikasi isu : 1. Kurangnya mitra dalam kegiatan aksi
lingkungan diluar sekolah yang diikuti pihak
sekolah.
2. Pembagian tugas pada Tim Adiwiyata
belum jelas
3. Masih banyak guru belum
mengintergrasikan pendidikan Lingkungan
Hidup ke dalam Silabus atau RPP
Isu Yang Diangkat : Kurangnya mitra dalam kegiatan aksi
lingkungan diluar sekolah yang diikuti pihak
sekolah.
Gagasan Pemecahan Isu : Peningkatan Peran Serta Dinas
Lingkungan Hidup Dalam Mensukseskan
Program Adiwiyata Melalui Kegiatan Jumat
Bersih.
22
Untuk mendukung gagasan pemecahanisu tersebut diuraikanlah beberapa kegiatan di dalam tabel 3. Formulir 1
Rancangan Aktualisasi berikut ini:
Kontribusi Penguatan
Tahapan Karakteristik Substansi
No Kegiatan Output / Hasil Terhadap Visi-Misi Nilai
Kegiatan Mata Pelatihan
Organisasi Organisasi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Penelaah Peraturan a. menelusuri Materi Akuntabilitas Berkontribusi dalam
Saya melakukan
Menteri Lingkungan Materi untuk Penelaahan pencapaian visi
pertanggungjawaban
Hidup Nomor 5 penelaah atas pelaksanaan Dinas Lingkungan
penelaahan informasi.
Tahun 2013 tentang b. Penelaahan Hasil telaah Hidup khususnya
Pedoman materi Etika Publik misi ke -3
saya mengumpulkan
Pelaksanaan informasi, Meningkatkan
materi penelaahan
Program Adiwiyata. monitoring, berprinsip pada nilai-nilai kualitas dan
dasar etika publik
kuantitas sumber
daya manusia
Komitmen Mutu
saya bisa menjaga dibidang
kualitas rancangan
pengelolaan
aktualisasi ini
lingkungan hidup;
Ringkasan :
Menelaah sistem informasi, serta membuat panduan kerja
Agenda II : menerapkan tiga nilai yaitu : Akuntabilitas, Etika Publik, dan Komitmen Mutu
Agenda III : menerapkan nilai dari manajemen ASN
Kontribusi terhadap visi misi organisasi : menerapkan visi dan misi khususnya misi ke-3
Output : peraturan yang akan menjadi acuan dalam pengerjaan aktualisasi
23
KETERKAITAN KONTRIBUSI PENGUATAN
TAHAPAN OUTPUT/
NO KEGIATAN SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI- NILAI
KEGIATAN HASIL
PELATIHAN MISI ORGANISASI ORGANISASI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 Berkonsultasi a. Konsultasi Catatan hasil Akuntabilitas Berkontribusi
dengan Atasan dengan Tim konsultasi Saya bertanggung jawab dalam pencapaian
Langsung dan pihak Adiwiyata atas pelaksanaan visi Dinas
terkait Program Dinas konsultasi dan
Lingkungan Hidup
Adiwiyata Lingkungan pembuatan hasil
khususnya misi ke
menyangkut Hidup konsultasi
-3 Meningkatkan
Rancangan Mukomuko
kualitas dan
Aktualisasi b. Konsultasi Catatan hasil Nasionalisme
kuantitas sumber
dengan Atasan konsultasi Saya berkonsultasi
Langsung dengan berbagai pihak daya manusia
terkaittanpa membeda- dibidang
bedakan dan mau pengelolaan
c. Penggabungan Dokumen hasil
menerima masukan/ lingkungan hidup;
hasil koordinasi konsultasi
pendapat pihak tersebut
dengan
berbagai pihak
Etika Publik
Saya berkonsultasi
dengan berbagai pihak
harus berprilaku etika
24
yang baik
Komitmen Mutu
Saya membuat catatan
gabungan hasil
berkonsultasi agar lebih
mudah memahami dan
menjaga kualitas hasil
kerja
Ringkasan :
Berkoordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dalam rancangan Aktualisasi
Agenda II : menerapkan tiga nilai yaitu : nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik dan komitmen mutu
Agenda III : menerapkan nilai Manajemen ASN dan pelayanan publik
Berkontribusi terhadap visi dan misi organisasi : menerapkan visi dan misi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mukomuko khususnya
misi ke-3
Output : Dokumen Hasil Konsultasi
NO KEGIATAN TAHAPAN OUTPUT/HASIL KETERKAITAN KONTRIBUSI PENGUATAN
KEGIATAN SUBSTANSI MATA TERHADAP VISI- NILAI
PELATIHAN MISI ORGANISASI ORGANISASI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
25
tentang rencana Kepala Dinas transparansi dan dan misi khususnya
Aktualisasi terkait keterbukaan untuk misi ke-3
rancangan menerima saran meningkatkan
Aktualisasi kualitas dan
b. Bersosialisasi Notulen Nasionalisme kuantitas sumber
dengan Saya menghargai hak daya manusia di
Rekan-rekan orang lain dalam bidang pengelolaan
kerja yang mengemukakan lingkungan hidup
ada di Dinas pendapat
Lingkungan
Hidup Etika Publik
Saya meminta saran dan
masukan dengan
berpegang prinsip pada
nilai dasar etika publik
Komitmen Mutu
Saya membuat cacatan
dengan cermat
Anti Korupsi
Saya mensosialisasikan
rancangan saya tanpa
26
ditambah atau dikurangi.
Ringkasan :
Bersosialisasi dengan Organisasi tentang rencana Aktualisasi
Agenda II : menerapkan lima nilai yaitu : Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi
Agenda III : menerapkan nilai manajemen ASN dan pelayanan publik
Kontribusi terhadap visi misi organisasi : menerapkan visi dan misi khususnya misi ke-3
Output : notulen
NO KEGIATAN TAHAPAN OUTPUT/HASIL KETERKAITAN KONTRIBUSI PENGUATAN
KEGIATAN SUBSTANSI MATA TEHADAP VISI DAN NILAI
PELATIHAN MISI ORGANISASI ORGANISASI
4 Melakukan Aksi
nyata dalam jumat
bersih sebagai
penerapan peran
Dinas Lingkungan
Hidup
mensukseskan
program Adiwiyata
27
A. Kendala dan Rencana Antisipasi
Dalam melaksanakan rancangan aktualisasi di unit kerja terdapat kemungkinan kendala yang akan dihadapi.
Sebagai langkah pencegahan maka diperlukan rencana antisipasi yang akan dilakukan apabila kendala tersebut
muncul. Adapun kendala dan rencana antisipasi dijelaskan pada tabel berikut.
C. Pembimbingan
28
29