Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN AGENDA 2

I BERORIENTASI PELAYANAN

A. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan

a) Prinsip ASN sebagai Profesi

1. Nilai dasar;
2. Kode etik dan kode perilaku;
3. Komitmen, Integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
4. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
5. Kualifikasi akademik
6. Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
7. Profesionalitas jabatan.

b) Panduan Perilaku 1 : Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat

1. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;


2. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
3. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian; dan
4. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.

c) Panduan Perilaku 2 : Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan

1. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;


2. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah; dan
3. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

d) Panduan Perilaku 3 : Melakukan Perbaikan Tiada Henti

1. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik; dan


2. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
B.Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
a) Tantangan Eksternal
1. Kondisi geografis yang sulit,
2. Infrastruktur yang belum memadai,
3. Masyarakat yang tinggal di pedalaman dengan adat kebiasaan atau sikap masyarakat
yang kolot, dan
4. Masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan kebutuhan yang dinamis dan senantiasa
berubah.

b) Tantangan Internal

1. Anggaran yang terbatas,


2. Kurangnya jumlah SDM yang berkompeten, dan
3. Belum terbangunnya sistem pelayanan yang baik.

c) Upaya Menghadapi Tantangan

1. Pemanfaatan informasi teknologi dan internet of things,


2. Akselerasi reformasi birokrasi, dan
3. Melakukan terobosan/inovasi pelayanan publik

II AKUNTABEL

PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL

A. Akuntabilitas dan Integritas

Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang menjadi landasan dasar dari sebuah
Administrasi sebuah negara.  Sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan
mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi.

B. Integritas dan Anti Korupsi

Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korups. integritas bisa
diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan.  Tidak ada orang tiba-tiba
menjadi berintegritas, butuh peran lingkungan dalam membentuk pola pikir dan prinsip
memegang teguh prinsip kebenaran.

C. Mekanisme Akuntabilitas

a) Dimensi Mekanisme Akuntabilitas

1) Akuntabilitas kejujuran dan hukum : kepatuhan terhadap hukum dan peraturan;


2) Akuntabilitas proses : ketersediaan prosedur dalam meberikan pelayanan publik;
3) Akuntabilitas program : petimbangan pencapaian tujuan dan program alternatif; dan
4) Akuntabilitas kebijakan : pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang
diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.

D. Konflik Kepentingan

Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada
posisi yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari perusahaan atau
organisasi yang memberi penugasan, sehingga orang tersebut memiliki kepentingan
profesional dan pribadi yang bersinggungan

E. Membangun Pola Pikir Anti Korupsi Akuntabilitas dan integritas sebagai pilar untuk
membangun pola pikir anti korupsi, dengan berperilaku :

a) PNS tidak terlibat dalam penipuan atau korupsi.


b) PNS dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan
aktual atau potensial untuk setiap orang atau institusinya.
c) PNS dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka
untuk keuntungan pribadinya.
d) PNS melaporkan setiap perilaku curang atau korup.
e) PNS melaporkan setiap pelanggaran kode etik.
f) PNS memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor
publik.

F. Perilaku Individu PNS/ASN yang Akuntabel

a) PNS bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik
yang berlaku untuk perilaku mereka.
b) PNS tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat.
c) Kebiasaan kerja PNS, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang nyaman dan produktif.
d) PNS memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh
kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan secara tepat untuk
kepentingan mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan.
e) PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan pertimbangan
untuk semua informasi yang tersedia, Undang-undang dan kebijakan dan prosedur
institusi tersebut.
f) PNS melayani stakeholders (lingkup pemerintah, swasta atau masyarakat) setiap hari
dengan tepat waktu, memberikan masukan informasi dan kebijakan.

III KOMPETEN

PERILAKU KOMPETEN

A. Berkinerja dan BerAkhlak

ASN merupakan jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan berkinerja serta patuh pada kode etik Profesinya.

ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan
wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya.  Penilaian kinerja harus dilakukan secara adil
dan obyektif sehingga dapat memotivasi pegawai untuk bekerja lebih baik, meningkatkan
kualitas dan kompetensi pegawai, membangun kebersamaan dan kohesivitas pegawai dalam
pencapaian tujuan dan sasaran pemerintah dan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
penentuan tindak lanjut penilaian kinerja yang tepat.

Panduan perilaku (kode etik) Nilai Kompeten dalam Core Values ASN yaitu:

a) Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubahi;


b) Membantu orang lain belajar; dan
c) Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik

B. Learn, Unlearn, dan Relearn ASN harus terus belajar dengan konsep learn, unlearn dan
relearn :

a) Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah hal-hal yang benar-benar
baru, dan lakukan secara terus menerus.
b) Unlearn, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa
pengetahuan dan atau keahlian.
c) Relearn,tahap terakhir yaitu proses untuk dapat benar-benar menerima fakta baru.
C. Meningkatkan Kompetensi Diri
Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan. ASN selayaknya memiliki watak sebagai pembelajar sepanjang hayat, yang
dapat bertahan dan berkembang dalam orientasi “Ekonomi Pengetahuan”, dengan
kemandirian untuk belajar sejalan dengan perkembangan teknologi yang telah menciptakan
kebutuhan metode pengajaran baru, sumber belajar, dan media digital yang lebih luas dan
masif (Heutagogi)

IV HARMONIS

MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN BEKERJA DAN MEMBERIKAN


LAYANAN KEPADA MASYARAKAT

A. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN

Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-
faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Salah satu kunci sukses
kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat kerja. Energi positif yang ada di tempat
kerja bisa memberikan dampak positif bagi karyawan yang akhirnya memberikan efek
domino bagi produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara keseluruhan.

Budaya tempat kerja nyaman dan harmonis akan :

a) Membuat tempat kerja yang berenergi;


b) Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan
c) Kontribusi; d) Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
B. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis

Etika merupakan refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau
bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban
untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan.

Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-
ketentuan tertulis.  Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.

Fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:


a) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b) Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang
pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
c) Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktua
C. Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya Harmonis

Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan tentang
historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri.

Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya harmoni
dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut:

a) Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil;
b) PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok-kelompok minoritas;
c) PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang sikap netral
dan adil karena tidak berpihak dalam memberikan layanan;
d) Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki sifat suka
menolong; dan
e) PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.  Upaya menciptakan
dan menjaga suasana harmonis bukan usaha yang bisa dilakukan sekali dan jadi
untuk selamanya, melainkan harus dilakukan secara terus menerus oleh seluruh
elemen dalam sebuah organisasi

V LOYAL

Makna Loyal dan Loyalitas

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang
artinya mutu dari sikap setia. Loyal merupakan tindakan memberi atau menunjukkan
dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang atau institusi. Bagi
seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

Ciri/karakteristik mengukur loyalitas pegawai ;

a) Taat pada Peraturan.


b) Bekerja dengan Integritas
c) Tanggung Jawab pada Organisasi
d) Kemauan untuk Bekerja Sama.
e) Rasa Memiliki yang Tinggi
f) Hubungan Antar Pribadi
g) Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h) Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i) Menjadi teladan bagi Pegawai lain

A. Panduan Perilaku Loyal

Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah dalam Nilai-Nilai
Dasar ASN, Kode Etik dan Kode Perilaku ASN, dan Kewajiban ASN.

Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara dalam dalam Nilai-
Nilai Dasar ASN, Kode Etik dan Kode Perilaku ASN, dan Kewajiban ASN.  Menjaga
Rahasia Jabatan dan Negara dalam Nilai-Nilai Dasar ASN, Kode Etik dan Kode Perilaku
ASN, dan Kewajiban ASN.

B. Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara

a) Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya
dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara
dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu: Cinta Tanah Air
b) Sadar Berbangsa dan Bernegara
c) Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
d) Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara e) Kemampuan Awal Bela Negara.  Bela
Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
VI ADAPTIF

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN  Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan
budaya organisasi di mana ASN memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk
penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses
internal yang berkesinambungan.

5 (lima) disiplin agar organisasi dapat terus memiliki pengetahuan yang mutakhir :

a) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal


mastery);
b) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau
gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama
(shared vision);
c) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi
ingin wujudkan (mental model);
d) Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
mewujudkan visinya (team learning); dan
e) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo
(systems thinking).

Ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan :

a) Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan;


b) Mendorong jiwa kewirausahaan;
c) Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah;
d) Memperhatikan kepentingan yang diperlukan antara instansi, mitra, masyarakat, dsb.
e) Terkait dengan kinerja instansi.

Ciri-ciri orang (ASN) yang memiliki kemampuan atau karakter adaptif :

a) Eksperimen orang yang beradaptasi;


b) Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan;
c) Memiliki sumberdaya;
d) Selalu berpikir ke depan;
e) Tidak mudah mengeluh;
f) Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan;
g) Tidak mencari popularitas;
h) Memiliki rasa ingin tahu
i) Beradaptasi;
j) Memperhatikan sistem;
k) Membuka pikiran; dan
l) Memahami apa yang sedang diperjuangkan.

VII KOLABORATIF

A. Panduan Perilaku Kolaboratif

Indikator organisasi yang memiliki collaborative culture :

a) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
b) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan
upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
c) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan);
d) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi. Setiap kontribusi
dan pendapat sangat dihargai;
e) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
f) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
g) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.

Aktivitas kolaborasi antar organisasi yaitu:

a) Kerjasama Informal;
b) Perjanjian Bantuan Bersama;
c) Memberikan Pelatihan;
d) Menerima Pelatihan;
e) Perencanaan Bersama;
f) Menyediakan Peralatan;
g) Menerima Peralatan;
h) Memberikan Bantuan Teknis;
i) Menerima Bantuan Teknis;
j) Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
k) Menerima Pengelolaan Hibah

Proses dalam menjalin kolaborasi yaitu:

a) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi;


b) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi yang baik dan bersungguh-sungguh;
c) Komitmen terhadap proses : pengakuan saling ketergantungan, sharing ownership
dalam proses serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
d) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
e) Menetapkan outcome antara.

B. Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah


adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.

Faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah :ketidakjelasan


batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu,
dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.

Anda mungkin juga menyukai