MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN (AparaturSipil Negara) adalah pengelolaan ASN (AparaturSipil Negara) untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai-nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi
Manajemen PNS dan Manajemen Pegawai Tidak Tetap Pemerintah. Dalam menyelenggarakan
manajemen ASN dianut “asasefektif dan efisien” yakni sesuai dengan target atau tujuan dengan tepat
waktu sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan.
Penyelenggaraan manajemen ASN dilakukan berdasarkan asas:
a. kepastian hukum;
b. profesionalitas;
c. proporsionalitas;
d. keterpaduan;
e. delegasi;
f. netralitas;
g. akuntabilitas;
h. efektif dan efisien;
i. keterbukaan;
j. non-diskriminasi;
k. persatuan dan kesatuan;
l. keadilan dan kesetaraan; dan
m. kesejahteraan.
Kode etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
a. Menteri, berkaitan dengan kewenangan perumusan kebijakan umum pendayagunaan Pegawai ASN;
b. KASN, berkaitan dengan kewenangan perumusan kebijakan pembinaan profesi ASN dan pengawasan
pelaksanaannya pada Instansi dan Perwakilan;
c. LAN, berkaitan dengan kewenangan penelitian dan pengembangan administrasi pemerintahan
negara, pembinaan pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN, dan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan untuk penjenjangan Aparatur Sipil Negara; dan
d. BKN, berkaitan dengan kewenangan pembinaan manajemen Pegawai ASN, penyusunan materi seleksi
umum calon Pegawai ASN, pembinaan Pusat Penilaian Kinerja Pegawai ASN, pemeliharaan dan
pengembangan Sistem Informasi Pegawai ASN, dan pembinaan pendidikan fungsional analis
kepegawaian.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam manajemen ASN
diperlukan Sistem Informas iAparatur Sipil Negara. Sistem informasi Aparatur Sipil Negara
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar berbagai Instansi. Untuk menjamin keterpaduan
dan akurasi data dalam Sistem Informasi Aparatur Sipil Negara, setiap Instansi wajib memutakhirkan
data secara berkala dan menyampaikannya kepada BKN. Sistem Informasi Aparatur Sipil Negara
sebagaimana berbasiskan teknologi informasi yang mudah diaplikasikan, mudah diakses dan memiliki
system keamanan yang dipercaya. BKN bertanggung jawab atas penyimpanan informasi yang telah
dimutakhirkan oleh Instansi serta bertanggungjawab atas pengelolaan dan pengembangan Sistem
Informasi Aparatur Sipil Negara.
PELAYANAN PUBLIK
Pelayan public merupakan satu di antara tiga fungsi Aapartur Sipil Negara (ASN). Oleh sebab itu,
pelayanan public menjadi tolok ukur yang paling nyata oleh masyarakat karena ia berhubungan langsung
dengan mereka.
Dalam hal ini, tuntutan agar playanan public semakin prima juga semakin kuat. Definisi perihal
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah telah dijelaskan dalam Keputusan MENPAN
Nomor 63 tahun 2003.
Dalam aturan itu juga memuat perihal prinsip-prinsip dalam pelayanan publik, yaitu :
a. Kesederhanaan.
Prosedur pelayanan public tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan.
Persyaratan teknis dan administrative pelayanan publik; unit kerja/ pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa
dalam pelaksanaan pelayanan publik; rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
c. Kepastian Waktu.
Pelaksanaan pelayanan Publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi.
Produk pelayanan Publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.
e. Keamanan.
Proses dan produk pelayanan Publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
f. Tanggung jawab.
Pimpinan penyelenggara pelayanan public atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas
penyelengaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik
h. Kemudahan Akses.
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
j. Kenyamanan.
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi,
lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir,
toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Whole of Government (WoG) dapat dipahami sebagai “suatu model pendekatan integrative fungsional
satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan diatasi karena
berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi,
menyangkut perubahan perilaku.
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal
maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia dalam
level-level tertentu. Cara-cara tersebut adalah;
a. Penguatan koordinasi antar lembaga
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus
c. Membangun gugus tugas
d. Koalisisosial
Praktek WoG dalam pelayanan public dilakukan dengan menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan
pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenal dapat didekati oleh pendekatan WoG di antaranya
adalah;
a) Pelayanan yang bersifat administratif;
b) Pelayanan jasa; dan
c) Pelayanan barang.
Praktek WoG dalam pelayanan public dilakukan dengan menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan
pelayanan public berdasarkan nilai-nilai dasar;
a) Koordinasi;
b) Integrasi;
c) Sinkronisasi; dan
d) Simplifikasi.
Dari gambaran di atas, maka dapat diketahui bahwa ada banyak hal yang perlu menjadi tolok ukur
dalam bekerja sebagai ASN, baik itu terkait dengan kedudukannya maupun nilai-nilai dasar yang
terkandung.