1 MODUL AKUNTABEL
.
2 MODUL AKUNTABEL
.
SMART ASN, yaitu ASN yang memiliki kemampuan dan karakter meliputi:
integritas, profesinal, hospitality, networking, enterprenership, berwawasan
global, dan penguasaan IT dan Bahasa asing.
Metode Pembelajaran :
Proses pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran orang
dewasa (andragogy).
Metode: ceramah, diskusi, penugasan mandiri dan penugasan kelompok,
dan pembahasan studi kasus serta Rencana Tindak Lanjut.
Pemaparan Rencana Tindak Lanjut mewujudkan nilai Kompeten.
Evaluasi kepada peserta berasal dari penilaian sikap perilaku, hasil tugas
individu dan tugas kelompok dan Rencana Tindak Lanjut mewujudkan
nilai Kompeten dan sumber lainnya yang diberikan.
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
PERILAKU KOMPETEN
1. Berkinerja yang BerAkhlak:
❑ Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi,
kompetensi, dan kinerja.
❑ Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai
pelayan publik.
❑ Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku
BerAkhlak.
2. Meningkatkan kompetensi diri:
Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah adalah keniscayaan.
Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi
atau disebut juga sebagai teori “net-centric”, merupakan
pengembangan berbasis pada sumber pembelajaran utama dari
Internet.
Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas
dalam basis online network.
Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber
keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja
atau instansi tempat ASN bekerja atau tempat lain.
Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks),
yang mengatur diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam
organisasi dan atau luar organisasi.
3. Membantu Orang Lain Belajar:
1) Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria
kantor termasuk morning tea/coffee sering kali menjadi ajang
transfer pengetahuan.
2) Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif
dalam “pasar pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs
and Open Forums).
3) Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung
dalam dokumen kerja seperti laporan,
di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge
Repositories).
4) Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access
and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert
network), pendokumentasian pengalamannya/pengetahuannya, dan
mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons
learned).
5) Melakukan kerja terbaik
Pengetahuan menjadikarya: sejalan dengan
kecenderungan setiaporganisasi, baik instansi
pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan
berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan
karya manusia.
Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya
tidak dilepaskan dengan apa yang menjadi terpenting
dalam hidup seseorang.
4 MODUL HARMONIS
.
1. Tujuan Pembelajaran:
Peserta mampu menjelaskan keanekaragaman bangsa Indonesia serta
dampak, manfaat dan potensi disharmonis di dalamnya.
Keanekaragaman suku bangsa dan budaya membawa dampak
terhadap kehidupan yang meliputi aspek aspek sebagai berikut:
Kesenian
Religi
Sistem Pengetahuan
Organisasi social
Sistem ekonomi
Sistem teknologi
Bahasa.
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:
1. Taat peraturan
2. Bekerja dengan integritas
3. Tanggungjawab pada organisasi
4. Kemauan untuk bekerjasama
5. Rasa memiliki yang tinggi
6. Hubungan antar pribadi
7. Kesukaan terhadap pekerjaan
8. Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi pegawai lain
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku:
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip
Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan serangkaian
Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan-ketentuan tersebut
maka dirumuskanlah Core Value ASN BerAKHLAK yang didalamnya terdapat nilai Loyal dengan 3
(tiga) panduan perilaku (kode etik)- nya.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan
dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu:
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS
yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini
dengan baik.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang
ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat
dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan
perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari
Organisasi Pemerintah.
6 MODUL ADAFTIF
.
Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-
tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis,
kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan
teknologi dan lain sebagainya.
1. Perubahan Lingkungan Strategis
2. Kompetensi di sektor di bidang publik
3. Komitmen Mutu
4. Perkembangan Teknologi
5. Tantangan Praktek Administrasi Publik
Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan karakteristik
VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity. Indonesia dan seluruh
negara di dunia tanpa kecuali menghadapi tantangan yang relatif sama pada aras global,
dengan perubahan lingkungan yang berkarakteristik VUCA, yaitu:
1. Volatility
Dunia berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak stabil, dan tak terduga. Tidak
ada yang dapat memprediksi bahwa 2020 akan menjadi tahun paling buruk bagi hampir
semua sektor usaha di dunia.
2. Uncertainty
Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Sejarah dan pengalaman masa lalu tidak lagi relevan
memprediksi probabilitas dan sesuatu yang akan terjadi.
3. Complexity
Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya. Masalah dan akibat lebih berlapis, berjalin
berkelindan, dan saling memengaruhi. Situasi eksternal yang dihadapi para pemimpin bisnis semakin
rumit.
4. Ambiguity
Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulit dipahami. Setiap situasi
dapat menimbulkan banyak penafsiran dan persepsi.
4. Corporate values
Seperti halnya nilai budaya organisasi di atas, maka nilai-nilai korporat juga menjadi
fodasi penting dalam membangun budaya adaptif dalam organisasi.
5. Coporate strategy
Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategi- strategi yang lebih
operasional untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi secara terstruktur, efisien dan
efektif.
6. Structure
Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat diterapkan di
organisasi. Tanpa dukungan struktur, akan sulit budaya adaptif dapat berkembang dan
tumbuh di sebuah organisasi.
7. Problem solving
Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul dalam organisasi,
bukan sekedar untuk mengadaptasi perubahan. Penyelesaian masalah harus menjadi tujuan
besar dari proses adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.
8. Partnership working
Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena dengan partnership maka
organisasi dapat belajar, bermitra dan saling menguatkan dalam penerapan budaya adaptif
9. Rules
Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting dan tidak bisa
dihindari, sebagai bagian dari formalitas lingkungan internal maupun eksternal organisasi.
.
7 MODUL KOLABORATIF
.
KONSEP KOLABORATIF
A. Definisi Kolaboratif
Dyer and Singh mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an
alliance between two or more firms aiming to become more competitive by developing
shared routines”.
B. Kolaboratif Pemerintahan
Irawan mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah proses
yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance.
Ansel dan Gash membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat dilakukan
dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
Ansen dan gash (2012 p 550) mengungkapkan beberapa proses yang harus dilalui dalam
menjalin kolaborasi yaitu:
1. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
2. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
3. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership
dalam proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama;
5. Menetapkan outcome antara.
b. Kolaborasi dalam Konteks Organisasi Pemerintah
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah kepercayaan,
pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada
pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
c. Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat:
Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan
penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;
d. dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya
sendiri;
e. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik,
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai
dokumen yang diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya;
dan/atau
f. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya,
peralatan, dan fasilitas yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan tersebut.