Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN ANTROPOMETRI TINGGI BADAN

A. TUJUAN
Untuk mengukur tinggi badan perseorangan dengan menggunakan microtoise dan medline, arm
span, demi span, panjang ulna, dan knee height.

B. DASAR TEORI
1. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat
sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966)
mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah lalu dan
keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan
merupakan ukuran kedua yang penting,karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi
badan, faktor umur bisa dikesampingkan. Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan
tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti
berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup
lama. Tinggi badan merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan rangka.
Dalam penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan
berat badan (Supariasa, 2001)

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Microtoise
2. Medline
3. Penggaris

D. PROSEDUR PENGUKURAN
a. Mengukur tinggi badan dengan microtoise
- Minta pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala) dan asesori
lain yang bisa mempengaruhi hasil pengukuran.
- Pastikan subjek berdiri tegap menempel pada dinding yang rata dan tepat lurus di
bawah microtoise, pandangan mata lurus kedepan sejajar dengan telinga
- Pastikan Kepala, pundak, punggung, pantat, betis dan tumit menempel pada dinding
- Subjek dalam keadaan rileks
- Turunkan microtoise hingga menyentuh rambut namun tidak terlalu menekan dan
microtoise dalam keadaan lurus
- Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar(ke bawah)
Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan
mata petugas
- Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma (0,1 cm).
Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9 cm.

b. Mengukur tinggi badan dengan metline


- Pasien dalam keadaan berbaring telentang pada alas yang rata dan tanpa bantal
- Tarik garis lurus dari ujung kepala ke sisi bed/tempat tidur, beri tanda
- Hubungkan kedua titik tersebut dengan meteran /medline
- Catat hasil pengukuran sebagai perkiraan TB dari pendekatan panjang tempat tidur

c. Arm span
- Pilih dinding yang rata
- Pasang pita pada dinding
- Subjek berdiri dengan kaki dan bahu yang menempel pada dinding sepanjang pita
pengukuran
- Kedua lengan direntangkan dengan telapak tangan membuka
- Mencatat jarak ujung jari tengah kiri hingga kanan

d. Demi span
- Pilih dinding yang rata
- Pasang pita pada dinding
- Subjek berdiri dengan kaki dan bahu yang menempel pada dinding sepanjang pita
pengukuran
- Merentangkan salah satu tangan yang sering digunakan.
- Hitung panjang tangan mulai dari dada bagian tengah hingga pangkal jari tengah
- Catat hasil pengukuran

e. Panjang ulna
- Ambil tangan kiri dan tekuk silang ke dada
- Ukur panjang ulna mulai dari siku hingga pergelangan tangan menggunakan metline
dengan ketelitian 0,1 cm
- Catat hasil pengukuran

f. Knee height
- Dilakukan pada lutut kiri.
- Subjek duduk di kursi yang rata
- Pastikan duduk tegap
- Posisi lutut membentuk sudut 90° (sudut siku-siku).
- Ukur panjang lutut
E. DATA PENGUKURAN
a. Pengukuran microtoise : 145,6 cm
b. Metline : 146,5 cm
c. Arm span : 146
d. Demi span : 62,5 cm 57 cm
e. Panjang ulna : 18 cm 23cm
f. Knee height : 35 cm

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Mengukur tinggi badan dengan microtoise
Setelah subjek diukur menggunakan microtoise dan sesuai dengan prosedur, diperoleh
tinggi badan subjek 145,6 cm.
b. Metline
Hasil pengukuran tinggi badan dengan menggunakan metline tinggi subjek 146,5 cm.
hasil pengukuran ini berbeda dengan menggunakan microtoise karena pada saat mengukur
di ujung kepala,
c. Arm span
d. Demi span
Male → Predicted height = (1.40 × demispan cm) + 57.8
Female → Predicted height = (1.35 × demispan cm) + 60.1
e. Panjang ulna
Women: Predicted height (cm) = 95.6 + [2.77 × ulna length (cm)]
=
f. Knee height
Chumlea Stature Equation:
Man = (2,02 x KH (cm)) – (0,04 x Age (th)) + 64,19
Woman = (1,83 x KH (cm)) – (0,24 x Age (th)) + 84,88

G. KESIMPULAN
Responden berjenis kelamin perempuan dan berusia 13 tahun. Dari data yang sudah
dikumpulkan diperoleh hasil yang berbeda-beda. Pertama, menggunakan microtoise diperoleh
tinggi badan 145,6 cm. Kedua, menggunakan metline diperoleh tinggi 146,5 cm. Ketiga,
menggunakan cara arm span diperoleh…. Keempat, menggunakan cara demi span diperoleh
tinggi…. Kelima, menggunakan panjang ulna dan setelah dihitung menggunakan rumus
diperoleh tinggi badan…. Keenam, menggunakan Knee height dan setelah dihitung
menggunakan rumus, diperoleh tinggi badan ….

H. DAFTAR PUSTAKA
Masita, B. M. (2018). Model prediksi tinggi badan (TB), berat badan (BB) dan indeks massa
tubuh (IMT) pada dewasa muda suku Jawa, suku Madura dan suku Using= Body height, weight
and body mass index (BMI) prediction model on young adult in Javanese madurese and using
ethnic.
Azkiyah, W. S. N., & Handayani, D. (2016). Validitas Estimasi Tinggi Badan berdasarkan Tinggi
Lutut pada Lansia di Kota Malang (Validity of Height Estimation based on Knee Height in the
Elderly in Malang). Indonesian Journal of Human Nutrition, 3(2), 93-104.

Anda mungkin juga menyukai