Anda di halaman 1dari 12

Metode Antropometri

Nama : Farikha Aulia

Kelas / NIM : Kesehatan Masyarakat B / K011191067

Gizi Masyarakat Pesisir dan Kepulauan Kesehatan Masyarakat

1. Tuliskan alat pengukuran setiap parameter antropometri (minimal 8 parameter)


dan (bisa lebih dari 1 alat). Sertakan gambarnya
Jawab :
a. Alat pengukur berat badan, alat yang digunakan untuk mengukur berat badan adalah
timbangan digital, timbangan bayi (baby scale) dan dacin. Timbangan digital
digunakan untuk mengukur berat badan orang dewasa, sedangkan timbangan bayi
(baby scale) dan dacin digunakan untuk mengukur bayi dan anak-anak
Timbangan Bayi (Baby Dacin
Timbangan Digital
Scale)

b. Alat pengukur tinggi badan, alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah
macrotoise dan infantometer (alat pengukur panjang badan bayi). Macrotoise
digunakan untuk mengukur anak yang sudah dapat berdiri (untuk anak usia >2 tahun).
Macrotoise
c. Alat pengukur panjang badan, alat yang digunakan untuk mengukur panjang badan
adalah Infantometer (alat pengukur panjang badan bayi). Infantometer digunakan
untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri (untuk anak <2 tahun).
Infantometer

d. Alat pengukur lingkar kepala, alat yang digunakan untuk mengukur lingkar kepala
adalah pita ukur.
Pita Ukur

e. Alat pengukur lingkar perut, alat yang digunakan untuk mengukur lingkar perut
adalah myotape.
Myotape
f. Alat pengukur lingkar lengan atas, alat yang digunakan untuk mengukur Lingkar
Lengan Atas (LILA) adalah suatu pita LILA atau Metlin.
Pita LILA Metlin

g. Alat pengukur lingkar dada, alat yang digunakan untuk mengukur Lingkar dada
adalah Metlin.
Metlin

h. Alat pengukur jaringan lunak/lemak, alat yang digunakan untuk mengukur jaringan
lunak/lemak adalah Harpenden Calipers.
Harpenden Calipers
i. Alat pengukur tinggi lutut, alat yang digunakan untuk mengukur tinggi lutut adalah
knee height calliper.
Knee Height Calliper

Sumber :
• Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. Cimahi.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani
• Thamaria, Netty. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
2. Apa makna/kelebihan dan kekurangan masing-masing parameter antropometri
(minimal 8 parameter)
Jawab :
a. Berat badan
1) Kelebihan :
a) Umum dan luas dipakai di Indonesia.
b) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
c) Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik
memberikan gambaran pertumbuhan.
d) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
e) BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur.
2) Kelemahan :
a) Sulit mengukur berat badan bayi karena biasanya bay terlalu aktif/rewel saat
diukur.
b) Biasanya berat badan dipengaruhi oleh pakaian.
b. Tinggi badan
1) Kelebihan :
a) parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang,
jika umur tidak diketahui dengan tepat.
b) Merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB
terhadap TB (quac stick) faktor umur dapat dikesampingkan.
2) Kekurangan :
a) Ketepatan umur sulit didapat.
b) perubahan tinggi badan relatif lambat dan sukar untuk mengukur tinggi badan
secara tepat.
c. Lingkar kepala
1) Kelebihan :
a) Dalam antropometri gizi rasio Lika dan Lida cukup berarti dan menentukan
KEP pada anak.
b) Lika juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.
2) Kekurangan :
a) Kesalahan pengukuran mempengaruhi akurasi kesimpulan.
b) Lingkar kepala tidak dapat menggambarkan keadaan gizi.
d. Lingkar lengan atas
1) Kelebihan :
a) Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh.
b) Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah,
murah dan cepat.
c) Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit.
d) Lila mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan Status
KEP pada balita dan KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko bayi BBLR.
2) Kekurangan :
a) Kesalahan pengukuran yang terjadi dapat mempengaruhi perubahan hasil
pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, dan memicu adanya
asumsi yang salah.
e. Lingkar perut
1) Kelebihan :
a) Pengukuran mudah.
b) Biaya mudah dijangkau.
c) Alat mudah didapatkan.
d) Hasil pengukuran mudah disimpulkan.
2) Kekurangan :
a) Kesalahan pengukuran dapat terjadi karena perut berpengaruh pada
pernapasan.
f. Lingkar dada
1) Kelebihan :
a) Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP pada
balita.
2) Kekurangan :
a) Sulit mengukur lingkar dada karena dada akan bergerak naik turun akibat
bernafas.
g. Tinggi lutut
1) Kelebihan :
a) Dapat memperkirakan tinggi dan panjang lutut seseorang jika tidak dapat
berdiri.
2) Kekurangan :
a) Kurang praktis
b) Kesalahan pengukuran dapat menyebabkan asumsi yang salah sehingga
perkiraan tinggi badan juga salah.
h. Panjang depa/ rentang lengan
1) Kelebihan :
a) Dapat memperkirakan tinggi badan orang yang tidak dapat bangun/berdiri
atau orang yang bungkuk.
2) Kekurangan :
a) Tidak akurat dalam mengukur tinggi badan seseorang.
b) Hasil menjadi tidak valid jika rentangan tangan tidak lurus.
Sumber :
• Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. Cimahi.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani
3. Jelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing indeks antropometri (minimal
4 indeks antropometri)
Jawab :
a. Indeks BB/U
1) Kelebihan :
a) Growth monitoring/pemantauan pertumbuhan.
b) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat.
c) Berat badan dapat berfluktuasi.
d) Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.
e) Indikator status gizi kurang saat sekarang.
f) Sensitif terhadap perubahan kecil.
g) Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi
atau KEP (Kurang Energi Protein).
h) Dapat mendeteksi kegemukan (overweight).
2) Kekurangan :
a) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema
maupun asites.
b) Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit
ditaksir secara tepat karena pencatatan umur belum baik.
c) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia lima
tahun.
d) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau
gerakan anak saat penimbangan.
e) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang anaknya, karena
dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya.
b. Indeks LLA/U
1) Kelebihan :
a) Alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, kader
posyandu dapat melakukannya.
b) Indikator yang baik untuk menilai KEP berat.
c) Dapat digunakan oleh orang yang tidak membaca tulis, dengan memberi kode
warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi.
2) Kekurangan :
a) Sulit menemukan ambang batas.
b) Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat.
c) Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak terutama anak usia 2 sampai
5 tahun yang perubahannya tidak tampak nyata.
c. Indeks TB/U
1) Kelebihan :
a) Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
b) Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
c) Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa.
2) Kekurangan :
a) Ketepatan umur sulit didapat.
b) TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
c) Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak
relatif sulit berdiri tegak.
d. Indeks BB/TB
1) Kelebihan :
a) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus).
b) Tidak memerlukan data umur.
c) Dapat menjadi indikator status gizi saat ini (current nutrition status).
2) Kekurangan :
a) Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup
tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena factor
umur tidak dipertimbangkan.
b) Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran
panjang/tinggi badan pada kelompok balita.
c) Membutuhkan dua macam alat ukur.
d) Pengukuran relatif lama.
e) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
f) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila
dilakukan oleh kelompok non-profesional.
Sumber :
• Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. Cimahi.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani
• Utami, N.W. A. 2016. Modul Antropometri. Bali. Universitas Udayana
4. Jelaskan Sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran antropometri dan
bagaimana cara menanganinya
Jawab :
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran. Kesalahan dapat terjadi pengukuran, perubahan hasil
pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru. Kesalahan
dalam pengukuran antropometri meliputi Kesalahan pengukuran, Kesalahan alat ,
maupun kesalahan tenaga yang mengukur. Sumber kesalahan biasanya berhubungan
dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, dan
kesulitan pengukuran.
Berbagai penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Diantara
penyebab tersebut antara lain:
a. Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan posisi
orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul, dan tumit
harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisi siap sempurna.
Disamping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak
memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah anak
menggunakan sandal atau sepatu.
b. Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol, dacin
belum dalam keadaan seimbang dan dacin tidak berdiri tegak lurus.
c. Kesalahan pada peralatan. Peralatan yang digunakan untuk mengukur berat
badan adalah dacin dengan kapasitas 20–25 kg dan ketelitiannya 0,1 kg.
Untuk mengukur panjang badan, alat pengukur panjang badan (APPB)
berkapasitas 110 cm dengan skala 0,1 cm. Tinggi badan dapat diukur dengan
Microtoa berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Lingkar lengan atas
dapat diukur dengan pita LILA dengan kapasitas 33 cm dengan skala 0,1 cm.
d. Kesalahan yang disebabkan oleh Tenaga Pengukur. Kesalahan ini terjadi
karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat
pelatihan memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran
sering disebut Measurement Error.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesalahan pengukuran
antropometri, yaitu :
a. Pelatihan petugas, Pelatihan petugas harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, baik
ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan. Materi pelatihan sebaiknya
menekankan pada ketelitian pembacaan dan pencatatan hasil. Mengingat petugas
akan melakukan pengukuran, maka dalam pelatihan harus dilakukan praktek
terpimpin oleh petugas professional dalam bidangnya. Apabila memungkinkan
dilaksanakan pelatihan secara periodic.
b. Peneraan alat ukur secara berkala, Alat timbang dan alat lainnya harus selalu ditera
dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak dilakukan
lagi.
c. Memilih alat ukur yang sesuai, Misalnya mengukur tinggi badan menggunakan
mikrotoa, dan tidak menggunakan alat ukur lain yang bukan diperuntukkan untuk
mengukur tinggi badan.
d. Membuat aturan pelaksanaan pengukuran, Membuat prosedur baku pengukuran yang
harus ditaati oleh seluruh pengumpul data. Petugas pengumpul data harus mengerti
teknik, urutan, dan langkah-langkah dalam pengumpulan data.
e. Pengukuran silang antar observer dan pengawasan (uji petik), Kegiatan ini perlu
dilakukan untuk mendatkan presisi dan akurasi yang baik.

Sumber :

• Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. Cimahi.


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani
• Utami, N.W. A. 2016. Modul Antropometri. Bali. Universitas Udayana
• Thamaria, Netty. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

5. Hitunglah IMT, dan Lingkar perut masing-masing. Masukkan cara perhitungan


IMT dalam lembar jawaban. Interpretasikan status gizi kalian berdasarkan hasil
perhitungan IMT dan Lingkar perutnya. Gunakan nilai ambang batas IMT dari
DINKES/KEMENKES RI

Jawab :

a. Berat badan : 47 kg
b. Tinggi badan : 150 cm
c. Lingkar Perut : 69 cm
Indeks Massa Tubuh (IMT)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
IMT = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) × 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)
47 𝑘𝑔
IMT = 1,5 𝑚 ×1,5 𝑚
47 𝑘𝑔
IMT = 2,25 𝑚2

IMT = 20,8 (Normal)


Interpretasi :
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau
cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Indeks Massa Tubuh didefinisikan
sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dalam meter
(kg/m2 ). Komponen dari Indeks Massa Tubuh terdiri dari tinggi badan dan berat badan.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, batas ambang batas Indeks
Massa Tubuh (IMT) untuk Indonesia, terdapat 3 kategori yaitu Kurus, Normal, dan
Gemuk. Kategori kurus berada pada kisaran <17,0 (Kekurangan berat badan berat) dan
17,0 – 18,4 (Kekurangan berat badan ringan). Kategori normal berada pada kisaran 18,5
– 25,0. Kategori gemuk berada pada kisaran 25,1- 27,0 (Kelebihan berat badan tingkat
ringan) dan >25,0 (Kelebihan berat badan berat). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa status Indeks Massa Tubuh (IMT) saya berada pada kategori normal.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, batas aman lingkar
perut normal bagi pria adalah 90 cm dan untuk wanita adalah 80 cm. Dapat disimpulkan
bahwa lingkar perut saya berada di bawah batas aman lingkar perut wanita yaitu 80 cm.
Sumber :
• Tabel Batas Ambang Indeks Massa Tubuh (IMT). 2019. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (Kemenkes RI) (http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-
p2ptm/obesitas/tabel-batas-ambang-indeks-massa-tubuh-imt)

Anda mungkin juga menyukai