Anda di halaman 1dari 6

Nama : Farikha Aulia

Kelas : Kesmas B

NIM : K011191067

Self Assessment Gizi

1. Penguatan Jejaring dalam Peningkatan Status Gizi Masyarakat


a. Apa Penyebab Permasalahan Kurang Gizi di Masyarakat?
b. Bagaimana Dampak Buruk Permasalahan Gizi Bagi Generasi di Masa Depan?

Jawab :

a. Permasalahan kurang gizi secara umum disebabkan oleh 2 hal yaitu asupan makanan
yang kurang dan sakit-sakitan. Status gizi dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung meliputi status infeksi
dan konsumsi makanan atau jenis pangan yang dikonsumsi baik secara kualitas
maupun kuantitas. Penyebab tidak langsung meliputi ketersediaan dan pola konsumsi
rumah tangga, pola asuh yang kurang baik, dan pelayanan kesehatan serta kesehatan
lingkungan/sanitasi lingkungan yang kurang baik. Masalah pokok yang ada di
masyarakat yang menjadi akar permasalahan yaitu rendahnya pengetahuan,
pendidikan, pendapatan serta status ekonomi.
b. Permasalahan gizi khususnya bagi generasi mendatang dapat memberikan berbagai
dampak buruk, yaitu:
1) Kematian bayi dan anak, gizi buruk dapat meningkatkan angka kematian pada
bayi dan anak. Anak yang mengalami gizi buruk memiliki resiko kematian lebih
tinggi dibandingkan anak yang bertubuh sehat.
2) Adanya gangguan pertumbuhan, tubuh memerlukan nutrisi untuk tumbuh dan
berkembang. Kurangnya nutrisi yang masuk kedalam tubuh dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
3) Adanya gangguan perkembangan mental, makan makanan yang seimbang dapat
membuat perasaan menjadi lebih baik, begitu pula jika mengonsumsi makanan
yang tidak memenuhi nutrisi dapat menyebabkan masalah pikiran dan
mengganggu perkembangan mental.
4) Kecerdasan yang rendah, gizi yang baik akan mempengaruhi kecerdasan. Dengan
memenuhi asupan nutrisi yang baik dan tepat yang dibutuhkan oleh tubuh dapat
meningkatkan perkembangan sel-sel otak sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan otak.
5) Daya tahan tubuh yang rendah, serta
6) Produktivitas yang rendah, kurangnya asupan nutrisi bagi tubuh dapat
memengaruhi produktivitas diakibatkan oleh kurangnya energi yang di produksi
tubuh.
2. Masalah Gizi yang Kompleks dan Multi Dimensi
a. Bagaimana Prinsip Sehat menurut Budaya?
b. Apa Saja Pendekatan dalam Penyelesaian Permasalahan Gizi yang Bersifat Nyata,
Berat dan Berlangsung Lama?

Jawab :

a. Prinsip sehat menurut budaya terbagi menjadi 3 prinsip, yaitu :


1) Prinsip nilai (Value), Nilai-nilai budaya dan praktik kebudayaan dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang. Hubungan antara budaya dan kesehatan
sangatlah erat, kebudayaan dapat membentuk kebiasaan dan respon masyarakat
terhadap penyakit tanpa memandang tingkatannya. Contohnya, suatu masyarakat
desa dapat bertahan terhadap penyakit tertentu dengan menggunakan metode
pengobatan sesuai dengan tradisi yang berlaku. Contoh lain dari pengaruh budaya
terhadap kesehatan yaitu kentalnya patriarki yang mempengaruhi angka kematian
ibu. Sering terjadi keterlambatan dalam pengambilan keputusan yang didasarkan
pada sifat patriarki sehingga terlambat mendapatkan penanganan.
2) Prinsip kebiasaan (Practice), Kesehatan seseorang ditentukan berdasarkan
kebiasaan/perilaku sehari-hari, contoh perilaku/kebiasaan sehat seperti sarapan
pagi, rajin berolahraga, minum air putih 2 liter per hari, dan berbagai kebiasaan
sehat lainnya dapat memberikan dampak yang baik bagi tubuh. Begitu pula
dengan kebiasaan yang tidak sehat tentunya dapat memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan seseorang, contohnya sering merokok, makan makanan yang
tidak sehat, dan berbagai kebiasaan buruk lainnya. Contoh lain dari pengaruh
budaya terhadap pola perilaku masyarakat yang dapat mempengaruhi kesehatan
yaitu melumatkan atau mengunyah makanan sebelum memberikan kepada bayi,
hal ini dapat menyebarkan kuman yang ada didalam mulut orang dewasa ke bayi
mengingat banyaknya kuman yang ada didalam mulut orang dewasa.
3) Prinsip sumber daya (Resources), Ketersediaan sumber daya yang tidak dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat dapat berdampak pada kesehatan.
Contohnya seseorang yang memiliki perekonomian rendah namun tidak
memanfaatkan penghasilannya dengan baik seperti membeli rokok dibandingkan
membeli makanan yang dapat memenuhi asupan tubuh merupakan contoh
seseorang tidak memanfaatkan sumber daya dengan baik. Hal ini dipengaruhi
oleh budaya sekitar yang cenderung acuh tak acuh terhadap pentingnya kesehatan.
b. Permasalahan ini merupakan permasalahan yang kompleks dan penting untuk segera
ditangani. Masalah kesehatan gizi yang kompleks dan multi dimensi ini dapat
diselesaikan dengan menggunakan pendekatan Public Health, Program Indonesia
Sehat, Standar Minimal Pelayanan Kesehatan serta Universal Health Coverage.
Dengan menjadikan masalah gizi sebagai sesuatu yang nyata, permasalahan gizi ini
dapat membuka mata masyarakat agar lebih mengetahui pentingnya menjaga
kesehatan, mengembangkan kegiatan yang inovatif serta menghindari program yang
tidak berkesinambungan, menganalisis keadaan permasalahan gizi di masyarakat baik
dari penyebab, biaya serta dampak yang ditimbulkan dan review strategi maupun
program-program apakah telah dikerjakan dengan baik.
3. Upaya Mendorong Kebijakan P2AK Berbasis Bukti Kinerja
a. Bagaimana Dampak Stunting terhadap Ekonomi?
b. Apa Saja Kendala dalam Implementasi Strategi Nasional Percepatan Pencegahan
Anak Kerdil (P2AK)?

Jawab :

a. Stunting merupakan permasalahan pelik yang bersifat multidimensional. Stunting


pada balita dapat berdampak pada timbulnya potensi kerugian ekonomi karena
penurunan produktivitas kerja dan biaya perawatan. Stunting  dapat menyebabkan
kemiskinan antar generasi yang berkelanjutan karena selain meningkatnya risiko
kerusakan otak, stunting juga dapat menjadi pemicu penderitanya terkena penyakit
diabetes dan jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa stunting dapat menurunkan
IQ seseorang. Dengan ancaman kesehatan dan kecerdasan, maka generasi yang
terkena stunting akan mengalami berbagai permasalahan dalam tantangan kehidupan
yang semakin beragam. Dalam keadaan masyarakat yang sehat dan cerdas, maka
dapat memiliki peluang untuk bersaing. Sebaliknya, jika masyarakat terancam
kesehatannya, maka dapat mengurangi kesempatan untuk bersaing. Masyarakat yang
sehat dapat memiliki kesempatan untuk bersaing dan meningkatkan derajat
perekonomian. Oleh karena itu, stunting sangat mempengaruhi perekonomian negara
karena dapat menurunkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang nantinya akan
bersaing di masa depan.
b. Berbagai kendala dalam implementasi Strategi Nasional Percepatan Pencegahan
Anak Kerdil (P2AK), yaitu :
1) Penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif mulai dari pusat, daerah
hingga tingkat desa belum konvergen, baik dari proses perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, maupun evaluasi.
2) Terdapat keterbatasan kapasitas penyelenggara program, ketersediaan, kualitas,
dan pemanfaatan data untuk mengembangkan kebijakan. Program advokasi,
sosialisasi, kampanye stunting, kegiatan konseling, dan keterlibatan masyarakat
masih sangat terbatas.
3) Potensi sumber daya dan sumber dana belum diidentifikasi dan dimobilisasi
secara optimal sehingga pengalokasian dan pemanfaatannya kurang efektif dan
efisien untuk memastikan pemenuhan kebutuhan pencegahan stunting di tingkat
kabupaten/kota.
4) Kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh berbagai sektor belum
memprioritaskan intervensi yang terbukti efektif.
5) Secara umum, koordinasi program di berbagai tingkat administrasi pemerintahan
lemah.
4. Gizi dan Olahraga
a. Bagaimana Peranan Gizi Olahraga Bagi Seorang Atlet?
b. Bagaimana Gizi Olahraga Atlet Berdasarkan Periodisasi Olahraga?

Jawab :

a. Ilmu gizi olahraga merupakan ilmu yang mempelajari mengenai hubungan antara
pengelolaan makanan dan kinerja fisik yang bermanfaat untuk kesehatan, kebugaran,
pertumbuhan atlet agar mampu mencapai prestasi yang optimal. Pemenuhan asupan
gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet. Makanan atlet harus mengandung zat gizi
sesuai dengan yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari dan olahraga. Makanan
harus mengandung jumlah tertentu zat gizi penghasil energi, selain itu juga harus
mampu mengganti zat gizi tubuh setelah aktivitas olahraga. selama, dan sesudah
latihan dapat membantu atlet mencapai performa terbaik. Fokus utama pengaturan
gizi adalah keseimbangan energi yang diperoleh melalui makanan dan minuman
dengan energi yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan metabolisme,
kerja tubuh dan penyediaan energi saat istirahat, latihan dan pertandingan. Kebutuhan
gizi atlet berbeda dari kebutuhan gizi bukan atlet karena perbedaan kegiatan
fisik/aktivitas dan kondisi psikis. Setiap cabang olahraga punya kebutuhan gizi
berbeda. Makanan atlet harus mengandung semua zat gizi makro dan zat gizi mikro.
Yang termasuk kelompok zat gizi makro yaitu karbohidrat, lemak, dan protein,
sedangkan zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral. Pengaturan makanan atlet
bersifat individual agar makanan dapat diterima dengan baik oleh atlet, hal ini
dipengaruhi berdasarkan jenis kelamin, umur, berat badan, serta jenis olahraga yang
dilakukan.
b. Gizi olahraga atlet berbeda tergantung periodisasi olahraga yang dijalani. Pengaturan
gizi selama periodisasi latihan harus disesuaikan dengan jenis olahraga, volume dan
intensitas latihan, status kesehatan, status kebugaran, kondisi fisik, komposisi tubuh
dan berat badan atlet. Makanan atlet berbeda pada saat periode persiapan/latihan,
periode bertanding, maupun periode pemulihan. Pada periode persiapan/latihan,
pemenuhan gizi atlet disesuaikan berdasarkan kondisi kesehatan awal untuk
meningkatkan status kesehatan untuk mencapai adaptasi optimal dalam olahraga.
Upaya pemenuhan zat-zat gizi harus disesuaikan dengan volume dan intensitas
latihan. Pada periode bertanding, intensitas latihan biasanya semakin tinggi, termasuk
meningkatkan kekuatan, daya tahan otot dan kecepatan. Atlet sebaiknya
mengkonsumsi makanan lengkap 8 jam sebelum bertanding, agar usus diberi
kesempatan untuk mencerna dan menyerap makanan, sehingga saat beranding
lambung sudah dalam keadaan kosong. Sedangkan pada periode pemulihan, atlet
kembali pada kondisi pemulihan setelah menjalani fase kompetisi yang berat dan
melelahkan. Selama periode pemulihan, atlet tetap melakukan latihan dengan
frekuensi latihan lebih sedikit dan bentuk latihan yang tidak terstruktur, sehingga
kebutuhan energi cenderung menurun.

Anda mungkin juga menyukai