Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum ke-2 Hari, Tanggal : Rabu, 30 Januari 2019

MK. Penilaian Status Gizi Tempat : Lab. Antropometri

PROSEDUR UJI STANDARISASI ANTROPOMETRI

Oleh :
Ayu Aini Rifki I14170003

Ainiyah Miskiyah I14170024


Listia Dwi Ramadhani I14170036
Rahmi Hayati I14170041
Naila Yaumima Rahma I14170081
Ninik Nopia Permana I14184008

Asisten Praktikum :

Risda Monica
Muh Guntur Sunarjono Putra

Koordinator Mata Kuliah:


Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS.

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral yang
terdapat di dalam tubuh. Berat badan biasanya digunakan sebagai parameter
antropometri karena perubahan berat badan mudah terlihat dalam waktu singkat
dan menggambarkan status gizi. Pengukuran berat badan mudah dilakukan dan
alat ukur untuk menimbang berat badan mudah diperoleh (Thamaria 2017). Cara
mendapatkan ukuran berat badan yang akurat, alat ukur berat yang dipakai
sebaiknya memiliki ketelitian 0.1 Kg, skala yang jelas dan mudah dibaca, cukup
aman jika digunakan, serta alat selalu dikalibrasi (Thamaria 2017).
Tinggi badan atau panjang badan menggambarkan ukuran pertumbuhan massa
tulang yang terjadi akibat dari asupan gizi. Oleh karena itu, tinggi badan digunakan
sebagai parameter antropometri untuk menggambarkan pertumbuhan linier. Alat ukur
yang digunakan untuk mengukur tinggi badan atau panjang badan harus mempunyai
ketelitian 0.1 cm (Thamaria 2017). Tingkat kesehatan seseorang dapat dilihat melalui
status gizinya. Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui rumus BMI (Body Mass
Index). BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungakn antara berat badan
dan tinggi badan. BMI merupakan suatu rumus dimana berat badan dalam kilogram
seseorang dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter. BMI lebih
berhubungan dengan lemak tubuh dibandingkan dengan indikator lainnya untuk
tinggi badan dan berat badan (Febriani 2017).
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Ukuran yang sering digunakan dalam ilmu gizi adalah tinggi badan dan
berat badan, lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkaran
perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri dapat digunakan untuk
menentukan status gizi (Febriani 2017). Ditinjau dari sudut pandang gizi,
antropometri gizi berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
dari tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri merupakan indikator penilaian
status gizi yang paling mudah dilakukan (Wicaksono et al. 2016). Oleh karena itu,
sebagai calon ahli gizi praktikum ini diperlukan agar mengetahui cara mengukur
berat badan dan tinggi badan dengan benar serta mengupayakan data yang
berkualitas.

Tujuan Umum

Tujuan umum praktikum ini mengupayakan memperoleh data yang


berkualitas baik dalam suatu survei atau penelitian lapangan.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus praktikum ini antara lain:


1. Mempelajari kemampuan petugas pengukur dalam melakukan pengukuran
antropometri
2. Mempelajari sifar-sifat kesalahan pengukuran
3. Mengetahui kecenderungan arah kesalahan sistematis yang dilakukan petugas
pengukur
4. Memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kemampuan petugas pengukur
dalam melakukan pengukuran

TINJAUAN PUSTAKA

A. Standarisasi Antropometri

Antropometri merupakan pengukuran terhadap karakter fisik baik individu


maupun populasi untuk menentukkan status gizi dengan cara dibandingkan
dengan standar. Indeks antropometri dapat dilakukan dengan pengukuran BB/U,
TB/U, dan BB/TB. Ketidaktepatan dalam pengukuran suatu alat ukur dapat diatasi
dengan kalibrasi alat. Menurut Darussalam dan Nugroho (2018), kalibrasi
digunakan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukkan alat ukur dan bahan
ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur telusur yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat kedekatan hasil sehingga tetap presisi dan akurat.
Presisi dapat diartikan sejauh mana pengulangan pengukuran dalam kondisi yang
tidak berubah mendapatkan hasil yang sama, sedangkan akurat merupakan tingkat
kedekatan pengukuran kuantitas terhadap nilai sebenarnya (Fitriya et al. 2017).
Syarat keberterimaan presisi metode teknik repeatability dinyatakan dengan
persen standar deviasi relatif (%RSD) harus lebih kecil dari persen standar deviasi
rujukan (Pirdaus et al. 2018). Dampak yang terjadi terhadap ketidakpresisian dan
keakuratan adalah data yang diperoleh tidak valid (error). Menurut Sutrisno et al.
(2014), kesalahan secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu random error
dan gross error. Random error merupakan kesalahan yang tidak dapat diprediksi baik
besar maupun tandanya serta tidak dapat dihilangkan dan akan selalu ada dalam
setiap proses pengukuran, gross error dapat disebabkan oleh kejadian tertentu dan
cenderung dapat diatasi, misalnya kesalahan kalibrasi.

B. Berat Badan

Pengukuran antropometri ialah pengukuran yang digunakan untuk


menentukan keadaan gizi seseorang, termasuk dewasa. Data yang dapat diukur dalam
antropometri antara lain, berat badan dan tinggi badan. Tinggi badan dan berat badan
juga merupakan parameter penting yang digunakan untuk memperkirakan komposisi
tubuh untuk mendapatkan indeks massa tubuh (IMT), serta massa lemak (Murbawani
et.al 2014). Pengukuran berat badan dan tinggi badan merupakan hal yang mudah
untuk orang dewasa normal. Namun, keakuratan pengukuran tinggi badan dan berat
badan mutlak dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter yang benar. Pengukuran
dari alat ukur dengan metodologi yang benar dan implementasi pengukuran yang
benar disebut validitas. Jika implementasi benar, tetapi alat ukur tidak benar, maka
hasil pengukuran juga tidak benar, menghasilkan kesalahan atau bias pengukuran.
Demikian pula jika
metodologi alat ukur benar, tetapi pelaksanaan pengukuran tidak benar, maka hasil
pengukuran juga tidak benar (Murti 2014).
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran berat badan dan tinggi badan
yang memengaruhi hasil pengukuran bersumber dari alat ukur, objek yang diukur,
lingkungan pengukuran, dan subjek yang mengukur. Sumber – sumber penyebab
terjadinya kesalahan pengukuran sangat sulit dikendalikan, tetapi dapat
diusahakan agar kesalahan pengukuran dapat diminimalkan. Sumber yang paling
mudah dikontrol adalah faktor alat yang digunakan harus dalam keadaan baik
untuk mengukur (Widayati 2014).

C. Tinggi Badan

Peralatan yang digunakan untuk pengkuran tinggi badan biasanya berupa


microtoise dengan alas datar, ataupun lantai. Subjek diukur dengan posisi berdiri
tegak dengan bagian belakang tubuh (kepala, punggung, pantat, betis, dan tumit)
menempel pada alat ataupun dinding dengan pandangan lurus ke depan.
Pengukuran dilakukan dua kali dan diambil pada saat inspirasi maksimal dengan
posisi mata setingkat dengan vertex subjek (Alrasyid 2015). Pengukuran berat
badan menggunakan timbangan yang memiliki berbagai jenis, salah satunya
timbangan digital. Timbangan badan digital ini biasanya digunakan untuk
menimbang berat badan dengan beban maksimum hingga 120 Kg. Prinsip
kerjanya menggunakan sebuah optocoupler yang membaca piringan bergerigi.
Pembacaan berat badan berdasarkan tekanan yang akan memutar piringan
bergerigi, kemudian putaran tersebut dibaca oleh optocoupler dan piringan harus
diam selama 6 detik baru dinyatakan sebagai hasil berat badannya. Jadi apabila
tekanan pada piringan bergerigi berubah – ubah maka hasil yang didapat bukan
hasil sebenarnya (Thomas et al. 2015). Berat badan yang baik diukur pada saat
pagi hari sebelum pemberian makanan pagi, subjek memakai pakaian minimal
tanpa alas kaki dan aksesori, serta dilakukan pengukuran dua kali berturut – turut
diselingi jeda untuk autokalibrasi (Alrasyid 2015).

D. Kesalahan pada Pengukuran Antropometri

Kesalahan sistematis (systematic error) adalah kesalahan yang disebabkan


oleh kekurangan pada instrumen itu sendiri. Seperti gesekan bantalan penggerak
meter, ketegangan pegas yang tidak tepat, kalibrasi yang tidak sesuai, perawatan,
penggunaan dan penanganan instrument yang tidak benar, kerusakan atau adanya
bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan. Kesalahan
ini dapat diperkirakan sebelumnya dan besar kesalahannya umumnya konstan
serta mempengaruhi kesalahan secara terus menerus. Systematic error dapat
diperbaiki misal dengan cara mengkalibrasi alat ukur (Mirmanto et al. 2016).
Kesalahan yang tak disengaja (random error) adalah yang penyebabnya
tidak secara langsung dapat diketahui, seperti kesalahan yang disebabkan oleh
pengaruh kondisi lingkungan: temperatur, tekanan, dan kelembaban yang tinggi,
atau listrik statis, medan elektromagnetik yang kuat serta temporer responden atau
situasi pengukuran yang juga dapat mempengaruhi pengukuran secara acak.
Kesalahan acak tidak dapat diperkirakan terjadinya, maka koreksinya harus ada
data referensi tambahan yang diketahui dan juga kesalahannya tidak dapat
diperbaiki, tetapi dapat diperkecil dengan cara memperbanyak data pengukuran
(Utama et al. 2016).

METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Januari 2019 pukul 15.00-


18.00 WIB di Laboratorium Antropometri, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Alat

Alat yang digunakan pada praktikum uji standarisasi antropometri antara


lain, stadiometer, timbangan digital, formulir hasil pengukuran, alat tulis, dan
kalkulator.

Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum uji standarisasi antropometri untuk mengukur


berat badan dan tinggi badan antara lain.

Dipersiapkan 10 responden

dipersiapkan formulir pengukuran antropometri

dilakukan pengukuran responden oleh seluruh enumerator dan terakhir oleh
supervisor

dicatat hasil pengukuran BB dan TB

dilakukan sebanyak 2 kali ulangan

dikumpulkan formulir hasil pengukuran kepada asisten praktikum

dipindahkan data hasil pengukuran supervisor

dihitung data hasil pengukuran enumerator

dibandingkan dan dibuat laporan

Gambar 1 Diagram alir prosedur uji standarisasi antropometri


HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran berat badan akan menunjukkan keseimbangan antara kalori


yang tersedia dengan pengeluaran energi, massa otot, lemak tubuh dan
penyimpanan protein. Menurut Alrasyid (2015), masukan makanan harus selalu
cukup untuk mensuplai kebutuhan metabolisme tubuh dan tidak cukup
menimbulkan obesitas. Juga, karena berbagai makanan mengandung berbagai
bagian protein, karbohidrat, dan lemak, keseimbangan yang sesuai harus
dipertahankan antara berbagai jenis makanan tersebut sehingga semua segmen
sistem meabolisme tubuh dapat disuplai dengan bahan yang dibutuhkan.
Tabel 1 Hasil pengukuran berat badan responden
No Enumerator Presisi Akurasi
d2 d2 D2
supervisor enumerator enumerator
1 Naila 0.11 0.125 Ya 0.05 Ya
Yaumima
2 Rahmi 0,11 0,032 Ya 66,23 Tidak
Hayati
3 Ainiyah 0,11 0,220 Tidak 0,20 Ya
Miskiyah

Pengukuran merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam


proses evaluasi dan suatu proses untuk memperoleh data. Pengukuran berat badan
pada praktikum ini adalah pengukuran kepada 10 responden dengan dua kali
pengulangan. Hal ini dilakukan untuk melihat presisi dan akurasi pada
pengukuran yang dalam hal ini adalah pengukuran berat badan. Alat yang
digunakan dalam pengukuran adalah timbangan injak digital. Hasil pengukuran
berat badan oleh ketiga enumerator terhadap 10 orang responden yang diukur
memperoleh hasil data yang presisi dan akurasi yang berbeda. Sebanyak tiga
enumerator, dua diantaranya memiliki nilai presisi yang dibawah nilai pengukuran
supervisor, sedangkan akurasi pada pengukuran berat badan pun masih belum
memperoleh keakurasian yang merata terhadap ketiga enumerator. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kesalahan sistematis (systematic error), kesalahan yang
tak disengaja (random error), dan kurangnya keterampilan pengukuran yang
dimiliki oleh setiap enumerator. Proses pengukuran akan berdampak pada
penilaian terhadap status gizi seseorang oleh karena itu ketepatan dan keakuratan
pengukuran merupakan hal yang penting yang harus diperhatiakan. Pengalaman
atau seringnya seseorang melakukan pengukuran akan meningkatkan keakuratan
dan ketepatan dari segi keahlian dalam pengukuran walapun systematic error dan
random error mungkin saja dapat terjadi.
Pengukuran Antropometri lain yang dilakukan setelah berat badan adalah
tinggi badan. Tinggi badan dan berat badan juga merupakan parameter penting yang
digunakan untuk memperkirakan komposisi tubuh untuk mendapatkan indeks massa
tubuh (IMT), serta massa lemak (Murbawani et al. 2014). Pengukuran kali
ini menggunakan alat ukur tinggi badan yaitu stadiometer. Responden diukur
dengan posisi berdiri tegak dengan bagian belakang tubuh (kepala, punggung,
pantat, betis, dan tumit) menempel pada alat ataupun dinding dengan pandangan
lurus ke depan. Pengukuran dilakukan dua kali dan diambil pada saat inspirasi
maksimal dengan posisi mata setingkat dengan vertex subjek (Alrasyid 2015).
Berikut hasil perhitungan pengukuran tinggi badan beserta keakuratan dan
ketepatan enumerator.

Tabel 2 Hasil pengukuran tinggi badan responden


2 2 2
No Enumerator d d Presisi D Akurasi
supervisor enumerator enumerator

1 Naila 0,09 1,67 Tidak 19,11 Tidak


Yaumima
2 Rahmi 0,09 2,88 Tidak 35,12 Tidak
Hayati
3 Ainiyah 0,09 1,60 Tidak 13,73 Tidak
Miskiyah

Pengukuran tinggi badan oleh ketiga enumerator mendapatkan hasil


2
pengukuran tidak tepat dan tidak akurat. Ketiganya memiliki nilai ketepatan d
2
yang lebih besar dari dua kalinya d supervisor yang berarti seluruh data tidak
tidak tepat pengukurannya. Begitu pula dengan keakuratan dari pengukuran,
2 2
Ketiga enumerator memiliki nilai D yang lebih besar dari tiga kalinya d
supervisor sehingga data tersebut dapat dikatakan tidak akurat. Ketidaktepatan
dan akuratnya pengukuran dapat disebabkan oleh kesalahan sistematis (systematic
erors) atau kesalahan yang tidak disengaja (random erors). Systematic erors
terjadi saat data tidak akurat namun tepat dan dikatakan random erors saat data
akurat namun tidak tepat. Hasil pengukuran tinggi badan memiliki data tidak
depat dan tidak akurat. hasil tersebut tidak menunjukkan adanya kesalahan
sistematis maupun kesalahan yang disengaja. Faktor lain yang merupakan
kesalahan saat pengukuran yaitu kesalahan enumerator sendiri, yaittu kurang
terlatihnya enumerator dalam mengukur sehingga beberapa faktor dalam
pengukuran kurang diperhatikan. suasana pengukuran yang tidak kondusif
menyebabkan kurang fokusnya enumerator saat pengukuran, hal itu termasuk
random erors menurut Utama et al. (2016).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengukuran berat badan yang dilakukan enumerator ketika dibandingkan


dengan hasil supervisor tidak semua menunjukkan hasil presisi dan akurat. Seluruh
data hasil pengukuran tinggi badan yang dilakukan enumerator tidak menunjukkan
hasil yang presisi dan akurat. Kesalahan pengukuran dapat diakibatkan kesalahan
sistematis ataupun kesalahaan acak ketika melakukan pengukuran.

Saran

Pengukur harus sering berlatih mengukur tinggi badan dan berat badan
responden, untuk meminimalisir kesalahan pada pengukuran berikutnya.
Pengukuran juga harus lebih dilakukan dengan hati-hati, teliti, dan sebelumnya
memastikan alat masih berfungsi dengan baik dengan sering melakukan kalibrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Alrasyid H. 2015. Pengaruh modifikasi diet rendah kalori terhadap berat badan
dan lingkar pinggang wanita obesitas dewasa. Jurnal Majalah Kedokteran
Nusantara. 40 (4) : 267 – 273.

Darussalam T dan Nugroho HA. 2018. Rancang bangun sistem pengukuran suhu
dan kelembaban tanah berbasis komunikasi radio. Jurnal Sains dan
Teknologi. 7 (1).

Febriani W. 2017. Gambaran status gizi, asupan, dan kualitas konsumsi makanan
pada ibu dan balita di Desa Sinarsari Bogor. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Islam Anak Usia Dini. 2 (1) : 59 - 70.

Fitriya N, Ginting D, Retnawaty SF, Febriani N, Fitria Y, Wirman SP. 2017.


Pentingnya akurasi dan presisi alat ukur dalam rumah tangga. Jurnal untuk
Mu negeri. 1 (2).

Mirmanto, Sayoga IMA, Zulkarnain. 2016. Pengaruh debit terhadap unjuk kerja
alat penukar kalor dan penurunan suhu ruangan. Dinamika Teknik Mesin.
5(1):1-7.

Murbawani EA, Puruhita N, dan Yudomurti. 2014. Tinggi badan yang diukur dan
berdasarkan tinggi lutut menggunakan rumus chumlea pada lansia. Jurnal
Media Medika Indonesiana. 46 (1) : 1 – 6.

Murti B. 2014. Validitas dan reliabilitas pengukuran. Jurnal Biotek Medisiana


Indonesia. 24 (1) : 1 – 19.

Pirdaus P, Rahman M, Rinawati, Juliasih NLG, Pratama D, Kiswandono AA.


2018. Verifikasi metode analisis logam Pb, Cd, Cr, Cu, Ni, Co, Fe, Mn,dan
Ba pada air menggunakan inductively coupled plasma-optical emission
spectrometer (ICP-OES). Analit:Analytical and Environmental Chemistry.
3 (1).
Sutrisno AJ, Siregar P, Ekawati E. 2014. Program aplikasi rekonsiliasi data untuk
pendeteksian gross error pada tangka ganda yang berinteraksi.
J.Oto.Ktrl.Inst. 6(1).
Thamaria N. 2017. Penilaian status gizi. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Thomas, Johan KW, dan Henhy. 2015. Sistem pengukur berat dan tinggi badan
menggunakan mikrokontroler AT89S51. Jurnal Teknik Elektro. 10 (2) : 79 –
84.

Utama AG, Wijaya AP, Sukmono A. 2016. Kajian kerapatan sungai dan indeks
penutupan lahan sungai menggunakan penginderaan jauh. Jurnal Geodesi
Undip. 5 (1) : 285 - 293.

Wicaksono NB, Kridalukmana R, Windasari IP. 2016. Sistem informasi


antropometri terintegrasi dengan system tertanam sebagai pengukur berat
dan tinggi balita. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer. 4 (1) : 187 - 201.
Widayati CSW. 2014. Komparasi beberapa metode estimasi kesalahan pengukuran.
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 13 (2) : 182 – 197.

LAMPIRAN

a. Tabel Contoh Perhitungan

Tabel 3 Perhitungan uji standarisasi antropometri berat badan Enumerator 1


No Hasil ds 2 hasil pengukur dp 2 Peser- Supervi- D D2
ds dp
Supervisor ta sor
Resp 2
a b a b (a-b) s=a+b S=a+b s-S
(a-b) (a-b)₂ (a-b)₂

(s-S)
1 50,1 50,1 0,0 0,00 50,1 50,1 0,0 0,00 100,2 100,2 0,0 0,0
2 47,0 47,0 0,0 0,00 47,0 46,9 0,1 0,00 94,00 93,9 0,1 0,01
3 46,9 46,9 0,0 0,00 46,9 46,9 0,0 0,01 93,80 93,8 0,0 0,0
4 49,0 49,0 0,0 0,00 49,0 48,9 0,1 0,00 97,85 97,9 -0,1 0,01
5 88,6 88,4 0,2 0,04 88,5 88,6 -0,1 0,01 177,0 177,1 -0,1 0,01
6 57,6 57,5 0,1 0,01 57,6 57,5 0,1 0,02 115,1 115,1 0,0 0,0
7 51,6 51,6 0,0 0,00 51,5 51,6 -0,1 0,01 103,2 103,1 0,1 0,01
8 57,7 57,6 0,1 0,01 57,7 57,6 0,1 0,01 115,3 115,3 0,0 0,0
9 50,0 50,0 0,0 0,00 50,0 50,1 -0,1 0,00 100,0 100,1 -0,1 0,01
10 47,3 47,1 0,2 0,04 47,3 47,1 0,2 0,04 94,35 94,40 -0,1 0,01
Jumlah 0,09 0,11 0,6

Tabel 4 Perhitungan uji standarisasi antropometri berat badan Enumerator 2


No Hasil ds 2 hasil dp 2 peserta supervis D D2
ds dp
Supervisor pengukur or
Resp s=a+b 2
a b (a-b) a b (a-b) S=a+b s-S
(a-b)₂ (a-b)₂

(s-S)
1 50,1 50,1 0 0,00 50,15 50,0 0,10 0,010 100,02 100,02 0,00 0,000
2 47,0 46,9 0,1 0,01 46,95 47,0 -0,05 0,025 93,950 93,900 0,05 0,025
3 46,9 46,9 0 0,00 46,95 46,9 0,05 0,025 93,800 93,800 0,05 0,025
4 49,0 48,9 0,1 0,01 49,00 48,9 0,10 0,010 97,900 97,900 0,00 0,000
5 88,5 88,6 -0,1 0,01 88,50 88,5 0,00 0,000 177,00 177,10 -0,10 0,010
Tabel 4 Perhitungan uji standarisasi antropometri berat badan Enumerator 2 (Lanjutan)
No Hasil ds 2 hasil pengukur dp 2 Peser- Supervi- D D2
ds dp
Supervisor ta sor
Resp 2
a b a b (a-b) s=a+b S=a+b s-S
(a-b) (a-b)₂ (a-b)₂

(s-S)
6 57,6 57,5 0,1 0,01 57,45 57,50 0,05 0,025 114,95 115,10 -0,15 0,02
7 51,5 51,6 -0,1 0,01 51,40 51,40 0,00 0,000 102,80 103,10 -0,30 0,09
8 57,7 57,6 0,1 0,01 57,60 57,60 0,00 0,000 115,20 115,30 -0,10 0,01
9 47,3 47,1 0,2 0,04 50,05 50,00 0,05 0,025 100,05 94,400 5,65 31,9
10 50,0 50,1 -0,1 0,01 47,15 47,10 0,05 0,025 94,250 100,10 -5,05 34,2
Jumlah 0,11 0,032 66,23

Tabel 5 Perhitungan uji standarisasi antropometri berat badan Enumerator 3


No Hasil ds 2 hasil pengukur dp 2 Peser- Supervi- D D2
ds dp
Supervisor ta sor
Resp 2
a b (a-b) a b (a-b) s=a+b S=a+b s-S
(a-b)₂ (a-b)₂

(s-S)
1 50,1 50,1 0 0,00 50,15 50,1 0,05 0,00 100,25 100,2 0,05 0,0
2 47,0 46,9 0,1 0,01 47 47 0,05 0,00 93,95 93,9 0,05 0,0
3 46,9 46,9 0 0,00 46,9 46,8 0,1 0,01 93,7 93,8 -0,10 0,0
4 49,0 48,9 0,1 0,01 49 49,1 -0 0,00 98,05 97,9 0,15 0,0
5 88,5 88,6 -0,1 0,01 88,5 88,4 0,1 0,01 176,9 177,1 -0,20 0,0
6 57,6 57,5 0,1 0,01 57,6 57,5 0,15 0,02 115,05 115,1 -0,05 0,0
7 51,5 51,6 -0,1 0,01 51,5 51,4 0,1 0,01 102,9 103,1 -0,20 0,0
8 57,7 57,6 0,1 0,01 57,8 57,4 0,4 0,16 115,2 115,3 -0,10 0,0
9 47,3 47,1 0,2 0,04 47,2 47,2 0 0,00 94,4 94,4 0,00 0,0
10 50,0 50,1 -0,1 0,01 49,95 50 -0 0,00 99,95 100,1 -0,15 0,0
Jumlah 0,11 0,22 0,2

Tabel 6 Perhitungan uji standarisasi antropometri tinggi badan Enumerator 1


No Hasil ds 2 hasil pengukur dp 2 peserta Supervi- D D2
ds dp
Supervisor sor
Resp s=a+b 2
a b (a-b) a b (a-b) S=a+b s-S
(a-b)₂ (a-b)₂

(s-S)
1 145 145 0,00 0,00 145,0 145,5 -0,5 0,025 290,50 290,0 0,5 0,025
2 149,0 149 0,0 0,00 148,5 148,8 -0,3 0,09 297,4 298,0 -0,10 0,01
3 155,1 155 0,1 0,01 155,7 155,4 0,3 0,062 311,5 310,1 -0,45 0,202
4 149,0 149 0,0 0,00 148,9 149,1 0,3 0,225 298,0 298,0 0,05 0,002
5 173,0 173 0,0 0,00 174,0 173,4 0,0 0,36 347,4 346,0 0,00 0,000
6 161,0 161 0,0 0,00 160,9 160,5 0,0 0,122 322,0 322,0 -0,55 0,302
7 155,2 155 0,2 0,04 154,8 155,1 0,2 0,122 310,4 310,2 -0,55 0,302
8 171,0 171 0,0 0,00 170,3 170,7 0,0 0,160 342,0 342,0 -1,00 1,000
9 153,2 153 0,2 0,04 154,9 155,3 0,0 0,122 306,2 306,2 0,00 0,000
10 155,0 155 0,0 0,00 153,1 152,5 0,2 0,302 306,0 306,0 0,00 0,000
Jumlah 0,09 1,667 19,11

Tabel 7 Perhitungan uji standarisasi antropometri tinggi badan Enumerator 2


No Hasil ds 2 hasil dp 2 peserta Supervi- D D2
ds dp
Supervisor pengukur sor
Resp s=a+b 2
a b (a-b) a b (a-b) S=a+b s-S
(a-b)₂ (a-b)₂

(s-S)
1 145 145 0,00 0,00 144,75 144 0,05 0,025 248,45 291,80 -2,35 5,520
2 149,0 149 0,0 0,00 148,40 148 -0,30 0,090 297,10 297,40 -0,30 0,090
3 155,1 155 0,1 0,01 155,65 155 0,10 0,010 311,20 311,50 -0,30 0,090
4 149,0 149 0,0 0,00 149,00 149 0,05 0,025 297,95 298,00 -0,05 0,025
5 173,0 173 0,0 0,00 173,70 173 0,50 0,250 346,90 347,40 -0,50 0,250
6 161,0 161 0,0 0,00 160,55 132 0,65 0,420 320,45 322,00 -1,55 2,400
7 155,2 155 0,2 0,04 154,10 152 1,45 2,100 306,75 310,40 -3,65 13,32
8 171,0 171 0,0 0,00 170,40 170 0,10 0,010 430,70 342,00 -1,30 1,690
9 153,2 153 0,2 0,04 157,70 154 0,00 0,000 309,40 306,00 3,40 11,56
10 155,0 155 0,0 0,00 152,90 152 0,05 0,025 305,75 306,20 -0,45 0,200
Jumlah 0,09 2,880 35,12
Tabel 8 Perhitungan uji standarisasi antropometri tinggi badan Enumerator 3
No Hasil ds 2 hasil dp 2 peserta Supervi- D D2
ds dp
Supervisor pengukur sor
Resp s=a+b 2
a b (a-b) a b (a-b) S=a+b s-S
(a-b)₂ (a-b)₂

(s-S)
1 145,9 145,9 0 0,00 145,5 145 0,25 0,06 290,75 291,8 -1,05 1,10
2 148,7 148,7 0 0,00 148,6 149 0,1 0,01 297,1 297,4 -0,3 0,09
3 155,8 155,7 0,1 0,01 155,2 155 -0,1 0,00 310,45 311,5 -1,05 1,10
4 149 149 0 0,00 149,1 149 0,5 0,25 297,7 298 -0,3 0,09
5 173,7 173,7 0 0,00 173,6 173 0,35 0,12 346,75 347,4 -0,65 0,42
6 161 161 0 0,00 160,6 161 -0,1 0,01 321,2 322 -0,8 0,64
7 155,3 155,1 0,2 0,04 154,6 155 -0,6 0,42 309,75 310,4 -0,65 0,42
8 171 171 0 0,00 171,2 170 0,75 0,56 341,65 342 -0,35 0,12
9 153 153 0 0,00 153,4 153 0,35 0,12 306,35 306 0,35 0,12
10 153,2 153 0,2 0,04 154,6 155 -0,2 0,04 309,3 306,2 3,1 9,61
Jumlah 0,09 1,60 13,73

Contoh perhitungan :

ds = a-b (supervisor) ds2 = (a-b)2 dp = a-b (pengukur)


= 50,1 – 50,1 = (50,1 – 50,1)2 = 50,1 – 50,1

ds = 0 ds2 = 0 dp = 0

dp2 = (a-b)2 s = a+b (peserta) S = a+b (Supervisor)


= (50,1 – 50,1)2 = (50,1 + 50,1) = 50,1 + 50,1

ds 2 = 0 s = 100,2 S = 100,2

D = s-S D2 = (s-S)2
= 100,2 – 100,2 = (100,2 – 100,2)2

D=0 D2 = 0

b. Tabel Pembagian tugas

Tabel 5 Pembagian Tugas


No. Nama NIM Tugas TTD

1 Ayu Aini Rifki I14170003 Tinjauan pustaka

2 Ainiyah Miskiyah I14170024 Hasil dan pembahasan

3 Listia Dwi I14170036 Editor, metode, simpulan dan


Ramadhani saran, daftar pustaka, lampiran
Tabel 5 Pembagian Tugas (Lanjutan)
No. Nama NIM Tugas TTD

4 Rahmi Hayati I14170041 Tinjauan pustaka

5 Naila Yaumima I14170081 Pendahuluan


Rahma

6 Ninik Nopia I14184008 Hasil dan pembahasan


Permana

7 Eva Khairunnisa I14170012 Tinjauan pustaka

Anda mungkin juga menyukai