Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Ke-1 Tanggal : 04 Februari 2019

MK. Metabolisme Zat Gizi Tempat : Lab. Biokimia

PROSES GLIKOGENOLISIS : PENGARUH PUASA


TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN KANDUNGAN
GLIKOGEN HATI TIKUS

Oleh:

Kelompok 5

Anisah Mulyasari I14170013


Hervina Yuniar I14170032
Nilam Fitrianingsih I14170048
Nurhidayah I14170085
M. Nawaf Tresnanda I14170095

Asisten Praktikum :
Yeni Gustia Sari
Susila Dharma Asih

Koordinator Mata Kuliah :


Dr. Rimbawan

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Puasa secara umum didefinisikan sebagai suatu aktivitas menahan diri dari
makan dan minum pada waktu yang ditentukan. Puasa dalam perspektif agama
islam adalah suatu ibadah menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang
dapat membatalkannya dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari
(Firmansyah 2015). Puasa bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Puasa
dapat menyebabkan perubahan kondisi metabolik tubuh, seperti kadar glukosa
darah, parameter hematologi, profil lipid darah, dan berat badan. Manfaat lain dari
puasa adalah sebagai proses detoksifikasi alami pada organ hati. Ketika berpuasa,
tubuh tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman mulai dari terbit fajar
sampai terbenam matahari sehingga pada waktu siang dan sore hari organ
pencernaan beristirahat dan aktifitas sel dan jaringan menjadi lebih ringan. Pada
kondisi ini, sel dan jaringan tubuh melakukan metabolisme toksin dan membuang
zat tidak berguna dan toksin (Ibrahim 2017).
Kadar glukosa dalam tubuh tidak mengalami perubahan yang berarti saat
berpuasa (Firmansyah 2015). Kadar glukosa selalu dipertahankan dalam kisaran
normal yaitu 80-110 mg/dl (Natalia dan Sulistyaningsih 2018). Dalam menjaga
kadar glukosa dalam darah tetap dalam kisaran normal, tubuh melakukan proses
glikogenesis, glikogenolisis, dan glukogeogenesis (Dewi et al. 2017). Berbagai
hormon bekerja bersama untuk menjaga kadar glukosa darah agar tetap stabil.
Hormon insulin dan glukagon yang di produksi oleh pancreas mempunyai peranan
penting dalam metabolisme glukosa. Insulin berfungsi mengurangi kadar glukosa
dalam darah dengan cara mendorong pemanfaatan, penyimpanan dan konversi
metabolic simpanan glukosa. Glukagon bekerja dalam memperlambat pemasukan
glukosa ke dalam sel-sel jaringan, meningkatkan laju pemecahan glikogen
menjadi glukosa di dalam hati dalam proses glikogenolisis, meningkatkan laju
pemecahan lemak dan protein menjadi turunannya untuk digunakan dalam proses
glukoneogenesis dan fungsi lainnya. Ketika berpuasa, tubuh tidak mendapatkan
asupan makanan dan minum dari pagi hingga sore hari sehingga dalam memenuhi
kebutuhan energi, tubuh menggunakan cadangan glukosa berupa glikogen yang
disimpan dalam hati untuk diubah menjadi glukosa yang merupakan bahan bakar
karbohidrat utama bagi banyak organ tubuh yang disebut dengan glikogenolisis.
Proses tersebut menyebabkan turunnya kadar glikogen dalam hati (Triana dan
Salim 2017). Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa ilmu gizi mengetahui
bagaimana pengaruh puasa terhadap kadar glukosa dan kadar glikogen dalam hati
serta mekanisme dari proses tersebut.

Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan membuktikan bahwa dalam keadaan puasa atau


kelaparan kadar glikogen hati akan berkurang karena dipecah untuk
mempertahankan kadar glukosa darah.
TINJAUAN PUSTAKA

Glikogen

Glikogen merupakan sumber polisakarida utama polisakarida utama pada


sel manusia dan hewan. Glikogen merupakan bentuk simpanan utama dari
glukosa, terdapat hampir pada semua jaringan tubuh terutama pada hati dan otot.
Jumlah glikogen berbeda dalam berbegai jaringan bergantung pada penyediaan
glukosa dan kebutuhan energi (Sursana et al 2010). Glikogen adalah polimer
bercabang α-D- glukosa.Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang cepat
digunakan untuk glikolisis di dalam otot itu sendiri. Glikogen hati berfungsi untuk
menyimpan dan mengirim glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa darah
diantara waktu makan dan setelah 12-18 jam berpuasa (Djakani et al. 2013).
Di dalam sel tubuh, glukosa dapat diubah menjadi glikogen dan sebaliknya
glikogen dapat diubah menjadi glukosa melalui reaksi biokimiawi yang
bertahap.Perubahan glukosa menjadi glikogen disebut glikogenesis, sedangkan
perubahan glikogen menjadi glukosa disebut glikogenolisis. Glikogen dalam hati
atau otot akan dipecah menjadi glukosa apabila kebutuhan glukosa dalam tubuh
akan melebihi ketersediaan glukosa dalam darah. Metabolisme glukosa selain
dipengaruhi enzim-enzim, juga diatur oleh hormon tertentu. Hormon insulin dan
glukagon yang di produksi oleh pankreas mempunyai peranan penting dalam
metabolisme glukosa (Muchtadi 2009).

Glukosa Darah

Glukosa merupakan bahan bakar karbohidrat utama yang ditemukan dalam


darah dan bagi banyak organ tubuh, glukosa merupakan bahan bakar
primer.Glukosa diangkut dalam plasma menuju seluruh bagian tubuh dan
langsung digunakan sebagai sumber energi. Pada daerah-daerah lain, glukosa
diambil dan disimpan sebagai glikogen. Penanganan glukosa memiliki peran
utama dalam pemanfaatan, pengisian ulang dan distribusi seluruh bahan bakar
metabolik.Sebagian kecil dari glukosa disimpan dalam hati dan otot dalam bentuk
glikogen sebagai cadangan energi. Kapasitas pembentukan glikogen ini terbatas,
sehingga sebagian kelebihan glukosa tersebut akan diubah menjadi lemak dan
disimpan dalam jaringan lemak (adiposa) (Triana et al. 2017).

Pengaturan Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah adalah besarnya jumlah glukosa yang terdapat dalam
darah baik itu berasal dari proses metabolisme makanan yang mengandung
karbohdrat atau hasil rombakan dari zat lain seperti glikogen. Kadar glukosadarah
normal adalah sebesar 80-110 mg/dl. Setelah memakan makanan yang
mengandung karbohidrat, kadar glukosa darah meningkat menjadi 180 mg/dl dan
akan kembali normal dalam waktu 2 jam. Sebagian glukosa dalam makanan
disimpan dalam hati sebagai glikogen. Setelah 2 atau 3 jam berpuasa, glikogen ini
mulai diuraikan oleh proses glikogenolisis dan glukosa yang terbentuk dibebaskan
ke dalam darah (Marks 2012). Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor
endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu faktor humoral seperti hormon
insulin, glukagon dan kortisol sebagai sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor
eksogen antara lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas
yang dilakukan (lestari et al. 2013).
Hati berfungsi sebagai suatu sistem peyangga glukosa darah yang sangat
penting. Setelah makan, maka kadar glukosa darah meningkat sampai kosentrasi
yang tinggi sekali dengan disertai peningkatan sekresi insulin. Sebanyak dua per
tiga dari glukosa yang diserap oleh usus akan disimpan ke dalam hati dalam
bentuk glikogen. Selama beberapa jam berikutnya, bila kosentrasi glukosa darah
dan kecepatan sekresi insulin berkurang, maka hati akan melepaskan glukosa
kembali ke dalam darah (Jems et al. 2012).
Konsentrasi glukosa dalam darah harus dijaga agar konstan, oleh karena
itu harus diusahakan agar konsentrasi glukosa dalam tubuh tidak terlalu rendah
(hipoglikemia) (Jems et al. 2012). Dalam menjaga kadar glukosa dalam darah
tetap dalam kisaran normal, tubuh melakukan proses glikogenesis, glikogenolisis,
dan glukogeogenesis (Dewi et al. 2017). Berbagai hormon bekerja bersama untuk
menjaga kadar glukosa darah agar tetap stabil. Hormon insulin dan glukagon yang
di produksi oleh pancreas mempunyai peranan penting dalam metabolism
glukosa. Insulin adalah suatu pelindung homeostasis karbohidrat yaitu insulin
berfungsi mengurangi kadar glukosa dalam darah dengan cara mendorong
pemanfaatan, penyimpanan dan konversi metabolic simpanan glukosa. Bila kadar
glukosa darah meningkat, maka sel-sel β-pankreas akan melepaskan insulin.
Hormon ini akan bekerja dalam meningkatkan kecepatan masuknya glukosa ke
dalam sel-sel jaringan, meningkatkan kecepatan pemecahan glukosa melalui
proses glikolisis, meningkatkan sintesis glikogen dari glukosa di dalam hati
(glikogenesis), dan meningkatkan sintesis lipid dan protein dari glukosa.
Glukagon bekerja dalam memperlambat pemasukan glukosa ke dalam sel-sel
jaringan, meningkatkan laju pemecahan glikogen menjadi glukosa di dalam hati
dalam proses glikogenolisis, meningkatkan laju pemecahan lemak dan protein
menjadi turunannya untuk digunakan dalam proses glukoneogenesis dan
meningkatkan laju reaksi glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa dari asam
lemak atau asam amino. Ketika berpuasa, tubuh tidak mendapatkan asupan
makanan dan minum dari pagi hingga sore hari sehingga dalam memenuhi
kebutuhan energi, tubuh menggunakan cadangan glukosa berupa glikogen yang
disimpan dalam hati untuk diubah menjadi glukosa yang merupakan bahan bakar
karbohidrat utama bagi banyak organ tubuh yang disebut dengan glikogenolisis.
Proses tersebut menyebabkan turunnya kadar glikogen dalam hati (Triana dan
Salim 2017).

METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 28 Januari dan 4 Februari 2019
pukul 10.00-13.00 WIB di Laboratorium Biokimia Lantai 2, Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah perangkat bedah tikus,
pelumat jaringan, gelas piala 100 mL, labu takar 10 mL, labu takar 25 mL,
erlenmeyer, alat sentrifugasi, pipet mohr dan pipet volumetrik, pipet tetes, tabung
reaksi, penangas, spektrofotometer dan kuvet. Bahan yang digunakan adalah
larutan NaCl 0,9 g/dL, TCA 5%, heparin, hati dan darah tikus, larutan Na tungstat
10%, larutan asam sulfat 0.67 N, larutan standar glukosa konsentrasi 10%,
pereaksi tembaga alkalis (kupritartrat), larutan asam fosfomolibdat.

Prosedur Kerja

a. Ekstraksi Glikogen

Berikut ini diagram alir mengenai proses percobaan ekstraksi glikogen :

Hati tikus 1 gram dilumatkan



Ditambahkan larutan 25 mL TCA 5%

Disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit

Dekantasi dan catat volume filtrat

Filtrat dipindahkan ke erlenmeyer

Tambahkan etanol 96% sebanyak 2X volume filtrat

Disimpan 1 minggu agar glikogen mengendap

Buang larutan alkohol

Larutkan endapan dengan menambahkan 10 mL akuades dan 10 mL HCl pekat

Aduk dan didihkan selama 10 menit

Dinginkan dan netralkan dengan NaOH 30% kemudian sentrifugasi sampel pada
kecepatan 3000 rpm selama 5 menit

Di saring dengan penyaring bucher

Kertas saring yang mengandung glikogen dikeringkan menggunakan oven

Bilas dengan akuades

X
X

Bilasan dimasukkan ke labu takar 10 mL ditambahkan sampai tanda tera

Gambar 1 Prosedur percobaan ektraksi glikogen

b. Pembuatan Filtrat Darah Bebas Protein

Berikut ini diagram alir mengenai proses percobaan pembuatan filtrat darah bebas
protein :

Sebanyak1,75 mL akuades dipipetkan ke dalam erlenmeyer 125 mL



Tambahkan 0,25 mL serum goyangkan perlahan

Tambahkan 0,25 mL Na Tungstat 10% campur hingga homogen

Tambahkan 0,25 mL larutan asam sulfat 0.67 N

Homogenkan kemudian diamkan 10 menit

Sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit

Filtrat ditampung dalam tabung reaksi untuk pemeriksaan kadar glukosa

Gambar 2 Prosedur pembuatan filtrat darah bebas protein

c. Pengukuran Kadar Glukosa Darah dan Jaringan Hati

Berikut ini diagram alir mengenai proses pengukuran kadar glukosa darah dan
jaringan hati :

Siapkan 4 tabung reaksi bersih dan kering



Masukkan 2 mL filtrat darah bebas protein, 2 mL ekstrak glikogen, 2 mL akuades,
2 mL larutan glukosa standar

Tambahkan 2 mL perekasi tembaga alkalis (kupritartarat) homogenkan

Panaskan dalam air mendidih selama 8 menit

Dinginkan dalam gelas piala yang berisi air dingin selama 3 menit

X
X

Tambahkan 2 mL fosfomolibdat dan homogenkan

Homogenkan kemudian diamkan selama 3 menit

Masukkan ke dalam labu takar 25 mL

Larutan ditera hingga 25 mL dengan akuades

Baca absorbansi pada panjang gelombang 660 nm

Gambar 3 prosedur pengukuran kadar glukosa darah dan jaringan hati


DAFTAR PUSTAKA
Dewi TK, Hasan M, Rosmaidar. 2017. Kadar glukosa darah pada mencit
(Musmuscullus) yang diberikan deksa metason per oral. JIMVET. 1(4) :
760-764.
Djakani H, Manisem TV, Mewo YM. 2013. Gambaran kadar gula darah puasa
pada laki-laki usia 40-59 tahun. Jurnal e-Biomedik. 1(1): 71-75.
Ibrahim ISN. 2017. Status hidrasi dan fungsihati pada pria usia dewasa muda
sebelum dan saat puasa ramadhan [Tesis]. Bogor (ID) :Institut Pertanian
Bogor.
Jems A dan Unitly A. 2012. Keadaan puasa terhadap glukosa darah tikus Rattus
Norvegicus. JESBIO. 1(1): 29-33.
Lestari DD, Purwanto DS. Kaligis SHM. 2013. Gambaran kadar glukosa darah
puasa pada mahasiswa angkatan 2011 fakultas kedokteran Universitas Sam
Ratulangi dengan indeks masa tubuh 18,5-22,9 kg/m2. Jurnal e-Biomedik
(eBM). 1(2) : 991-996.
Marks DB, Allan DM dan Collen MS. 2012. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah
Pendekatan Klinis. Jakarta (ID) : EGC.
Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung (ID) : Alfabeta.
Natalia A, Sulistyaningsih R. 2018. Puasa ramadhan dan diabetes melitus. Jurnal
Farmaka. 1(16) : 331-336.
Sursana NI, Priosoeryanto BP, Wresdiyati T, Bintang M. 2010. Sintesis glikogen
hatidan otot pada tikus diabetes yang diberi ekstrak tempe. Jurnal Veteriner.
11(3): 190-195.
Triana L, Salim L.2017. Perbedaan kadar glukosa darah 2 jam post prandial.
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa. 1(1) : 51-57.

LAMPIRAN
Tabel 1 Pembagian Kerja
Nama NIM Tugas Tanda tangan
Anisah Muyasari I14170013 Pendahuluan,
metode, dan daftar
pustaka
Hervina Yuniar I14170032 Cover, simpulan
dan saran, dan
editor
Nilam Fitrianingsih I14170048 Tinjauan pustaka
Nurhidayah I14170085 Hasil dan
pembahasan
M. Nawaf Tresnanda I14170095 Hasil dan
pembahasan

Anda mungkin juga menyukai