STUDI KASUS
ALERGI MAKANAN
Oleh :
Kelompok 4
Eva Khairunnisa I14160012
Venty Janianti I14160022
Asisten Praktikum :
Abdul Kholiq Pramono
Eka Puspitasari Damayanti
Roose Emma Elyta
Koordinator Praktikum :
dr. Naufal Muharam Nurdin, M.Si
Ny. R, 20 tahun dibawa oleh orang tuanya masuk rumah sakit melalui jalur
IGD dengan keluhan sesak napas sejak 1 jam yang lalu. Os juga mengalami bentol,
ruam kemerahan dan terasa gatal hamper seluruh tubuh sejak 2 jam yang lalu.
Bentol awalnya berupa lingkaran kecil kemudian bertambah besar dan menyatu.
Selain itu, Os juga merasa panas di sekitar dada, nyeri pada ulu hati yang menjalar
ke perut kuadran atas, dan mulai merasa sesak napas. Sekitar setengah jam sebelum
terjadi bentol, Os makan kepiting rebus Bersama keluarga.
Satu tahun yang lalu Os pernah mengalami bentol ringan di tangan, kaki,
dan wajah setelah makan udang, namun bentol mulai hilang setelah diberi obat oleh
dokter. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat.
Kesadaran compos mentis. Suhu tubuh 38.0oC, TD 80/52 mmHg, HR 120x/menit,
RR 24x/menit, iga tampak naik turun. Mata tampak sembab dan mukosa mulut
kemerahan. Riwayat asma disangkal. Hasil pemeriksaan antropometri Os memiliki
berat badan 52 kg dan tinggi badan 160 cm. pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan : leukosit 8500/mm3, Hb 12.2 g/dL, kadar IgE 1100 IU/mL. Os
didiagnosis medis mengalami syok anafilatik e.c reaksi alergi dan mendapat terapi
adrenalin, anti-histamin, dan anti-inflamasi (kortikosteroid).
GAMBARAN UMUM KASUS ALERGI MAKANAN
2.2 Antropometri
Berat badan awal : 52 kg
Berat badan akhir : N/A
% Penurunan BB : N/A
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 20.31 kg/m2
Status Gizi : Menurut Kemenkes (2013) status gizi Os digolongkan
normal karena berada pada rentang 18.5 – 24.9 kg/m2.
2.3 Biokimiawi
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang
lebih tepat dan lebih objektif daripada pemeriksaan lain. Hasil pemeriksaan
biokimia Os dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Hb 12.2 g/dL 12.0-16.0 g/dLa Normal
Leukosit 8500/mm3 4500-11000/mm3a Normal
IgE 1100 IU/mL < 100 IU/mLb Alergi
Sumber: a)Rofles et al. (2009), b)Mulyono et al. (2015)
Kesimpulan:
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Os memiliki kadar
hemoglobin dan leukosit serum yang normal, tetapi kadar IgE serum sangat tinggi.
Tingginya konsentrasi IgE dalam serum menunjukkan adanya reaksi imun tehadap
alergen dosis rendah yang memicu produksi immunoglobulin E, sehingga akan
menimbulkan reaksi alergi (Kam dan Raveinal 2018).
Kesimpulan:
Berdasarkan pemeriksaan klinis, diketahui bahwa Os mengalami hipotensi,
demam, takipnea, dan takikardia. Pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan
bahwa Os mengalami panas di dada, nyeri di ulu hati hingga perut kuadran kanan
atas, sesak napas, mata sembab dan mukosa mulut kemerahan, bentol, ruam merah
dan gatal hampir di seluruh tubuh dengan keadaan umum yang tampak sakit berat.
Pemeriksaan fisik terdapat tanda dan gejala pada syok anafilaktik akibat reaksi
alergi (Hurst 2008).
PROBLEM LIST
Alergi makanan adalah gangguan kesehatan akibat respon imun spesifik terhadap makanan. Alergi yang terus berlanjut dan parah
dapat menyebabkan syok anafilaktik dengan berbagai tanda dan gejala yang berbagai macam. Berikut merupakan diagram alir alergi makanan
yang diderita Os.
5. Apa hasil pemeriksaan hasil laboratorium yang paling mengarah pada diagnosis
alergi? Serta jelaskan mengapa!
Jawab:
Pemeriksaan hasil laboratorium yang dapat digunakan adalah skin prick test
(SPT) dan/atau IgE serum-spesifik. SPT merupakan uji yang paling umum
dilakukan untuk melihat alergi makanan yang diindikasikan dengan hasil
negatif, namun IgE serum-spesifik dapat membantu mengindentifikasi alergen
makanan secara akurat dan menentukan ada tidaknya alergi makanan (Kam dan
Raveinal 2018).
DAFTAR PUSTAKA