TINJAUAN PUSTAKA
7
8
gizi tidak langsung terdiri dari survei, konsumsi makanan, statistik vital,
dan faktor ekologi.
masalah gizi kronis. Istilah tinggi badan digunakan untuk anak yang
diukur dengan cara berdiri, sedangkan panjang badan jika anak diukur
dengan berbaring (belum bisa berdiri). Anak berumur 0–2 tahun
diukur dengan ukuran panjang badan, sedangkan anak berumur lebih
dari 2 tahun dengan menggunakan microtoise. Alat ukur yang
digunakan untuk mengukur tinggi badan atau panjang badan harus
mempunyai ketelitian 0,1 cm. Tinggi badan dapat diukur dengan
menggunakan microtoise. Kelebihan alat ukur ini adalah memiliki
ketelitian 0,1 cm, mudah digunakan, tidak memerlukan tempat yang
khusus, dan memiliki harga yang relatif terjangkau. Kelemahannya
adalah setiap kali akan melakukan pengukuran harus dipasang pada
dinding terlebih dahulu. Sedangkan panjang badan diukur dengan
infantometer (alat ukur panjang badan).
c. Lingkar kepala
Lingkar kepala dapat digunakan sebagai pengukuran ukuran
pertumbuhan lingkar kepala dan pertumbuhan otak, walaupun tidak
sepenuhnya berkorelasi dengan volume otak. Pengukuran lingkar
kepala merupakan predikator terbaik dalam melihat perkembangan
syaraf anak dan pertumbuhan global otak dan struktur internal. Bayi
laki-laki yang baru lahir ukuran ideal lingkar kepalanya adalah 36 cm,
dan pada usia 3 bulan menjadi 41 cm. Sedangkan pada bayi
perempuan ukuran ideal lingkar kepalanya adalah 35 cm, dan akan
bertambah menjadi 40 cm pada usia 3 bulan. Pada usia 4-6 bulan akan
bertambah 1 cm per bulan, dan pada usia 6- 12 bulan pertambahan 0,5
cm per bulan.
Cara mengukur lingkar kepala dilakukan dengan melingkarkan
pita, pengukur melalui bagian paling menonjol di bagian kepala
belakang (protuberantia occipitalis) dan dahi (glabella). Saat
pengukuran sisi pita yang menunjukkan sentimeter berada di sisi
dalam agar tidak meningkatkan kemungkinan subjektivitas pengukur.
Kemudian cocokkan terhadap standar pertumbuhan lingkar kepala.
10
d. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi
kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang
akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun, 1,5
tahun, 2 tahun. Oleh karena itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan
adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh,
yang artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Prawesti,
2016).
4. Indeks Antropometri
Menurut Mardalena (2017) antroprometri adalah ukuran tubuh
manusia. Pengukuran menggunakan metode ini dilakukan karena manusia
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mencakup
perubahan besar, jumlah, ukuran dan fungsi sel, jaringan, organ tingkat
individu yang diukur dengan ukuran panjang, berat, umur tulang, dan
keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan. Pertumbuhan dan perkembangan
dipengaruhi oleh faktor internal (genetik) dan faktor eksternal
(lingkungan).
Metode antropometri digunakan untuk melihat ketidak-seimbangan
asupan protein dan energi (karbohidrat dan lemak). Metode ini memiliki
keunggulan dimana alat mudah, dapat dilakukan berulang-ulang dan
objektif, siapa saja bisa dilatih mengukur, relatif murah, hasilnya mudah
disimpulkan, secara ilmiah diakui kebenarannya, sederhana, aman, bisa
sampel besar tepat, akurat, dapat menggambarkan riwayat gizi masa lalu,
bisa untuk skrining, dan mengevaluasi status gizi. Selain dari keunggulan,
11
ada pula kelemahannya antara lain tidak sensitif dan spesifik mengukur
suatu zat gizi, bisa dipengaruhi faktor diluar gizi misalnya penyakit, bisa
terjadi pengukuran.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter parameter terdiri dari umur, berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala dll. Setiap indeks
antropometri memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing antara
lain:
a. BB/U
Kelebihan dari BB/U yaitu mudah, cepat dimengerti, bisa
mengukur status akut dan kronis, sensitif terhadap perubahan, dapat
mendeteksi overweight. Sedangkan kelemahannya yaitu dipengaruhi
ascites, harus tahu jelas tanggal lahir, sering salah dalam pengukuran.
b. TB/U
Kelebihan dari TB/U yaitu alat mudah, murah, fleksibel, bisa
mengukur gizi masa lampau. Sedangkan kelemahannya yaitu tinggi
badan lambat berubah, posisi harus tepat, umur harus pasti.
c. BB/TB
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dan kecepatan tertentu.
Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap
umur. Kelebihan indeks BB/TB adalah tidak memerlukan data umur,
dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus).
Sedangkan kelemahannya yaitu tidak memberikan gambaran, apakah
anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan
menurut umurnya.
d. LLA/U
Kelebihan dari LLA/U yaitu baik untuk menilai Kekurangan
Energi Protein (KEP) berat, murah, mudah. Sedangkan kelemahannya
12
5. Z-Score
Berdasarkan Riskesdas (2013) Status gizi anak balita diukur
berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan
anak balita ditimbang menggunakan timbangan digital yang memiliki
presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan diukur menggunakan alat ukur
panjang/tinggi dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB/PB anak balita
disajikan dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan
BB/TB. Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan
dan tinggi badan setiap anak balita dikonversikan ke dalam nilai
terstandar (Zscore) menggunakan baku antropometri anak balita WHO
2005. Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan
mengurangi Nilai Individual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku
Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan
Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan
rumus:
3) Marasmus-Kwarshiorkor
Marasmus-Kwarshiorkor merupakan kondisi gabungan
antara marasmus dan kwarshiorkor yang disertai dengan edema.
Tanda- tanda klinis marasmik-kwarshiorkor antara lain tanda-
tanda klinis marasmus dan kwarshiorkor juga dialami oleh
marasmik- kwarshiorkor, pengecilan otot, kwarshiorkor edema
dengan atau tanpa lesi kulit, pengurangan lemak bawah kulit
seperti marasmus jika edema hilang pada pengobatan awal,
penderita akan tampak seperti marasmus, marasmus dan
kwarshiorkor muncul bersamaan dan didominasi kekurangan
protein yang parah.
4) Gangguan gizi akibat kekurangan vitamin A
Kebutaan yang disebabkan oleh malnutrisi merupakan
akibat dari defisiensi vitamin A yang berkepanjangan. Vitamin A
sendiri sangat penting dalam menopang fungsi tubuh termasuk
penglihatan, inetgritas sel, kompetensi kekebalan serta
pertumbuhan. Kekurangan vitami A seperti ini dapat disimpulkan
sebagai penyakit sistemik yang mempengaruhi dan mengganggu
sel dan jaringan seluruh tubuh. Penyakit mata yang diakibatkan
kekurangan vitamin A disebut xeropahtalmia, penyakit ini
merupakan penyebab kebutaan yang paling sering terjadi pada
anak-anak di Indonesia (Prawesti, 2016).
5) Gangguan gizi akibat kekurangan yodium (GAKY)
Kekurangan yodium ditandai dengan terjadinya pembesaran
kelenjar tiroid di leher. Defisiensi yodium dapat menyebabkan
kretin neurologic atau pertumbuhan cebol yang disertai
keterlambatan perkembangan jiwa serta menurunnya kecerdasan
anak. GAKY dapat terjadi pada anak-anak, remaja, dan dewasa.
Penyebab terjadinya GAKY ini meliputi kurang intake yodium,
nutrisi, kondisi air dan tanah yang tidak mengandung yodium dan
keturunan (Prawesti, 2016).
19
6) Obesitas
Timbulnya obesitas dipengaruhi berbagai faktor,
diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja faktor
utama adalah asupan energi yang tidak sesuai penggunaan.
Obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut anak yang
setiap menangis sejak bayi diberi susu botol, bayi yang terlalu dini
diperkenalkan dengan makanan padat, anak dari ibu yang terlalu
takut anaknya kekurangan gizi, anak yang selalu hadiah cookie
atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orang tua, anak
yang malas untuk beraktivitas fisik (Marimbi, 2010).
hasil olahan lainnya) serta sumber vitamin mineral dari sayur dan
buah di daerah setempat.
e. Makanan tambahan diberikan berkala biasanya selama 90 hari
berturut-turut.
f. Makanan tambahan berbasis makanan/makanan lokal terdapat 2 jenis
berupa: MP-ASI (untuk usia 6 – 23 bulan) dan makanan tambahan
untuk anak usia 24 – 59 bulan berupa makanan keluarga.
g. Pemberian makanan tambahan untuk balita berbasis makanan lokal
dapat diberikan berupa kudapan lainnya.
h. Bentuk makanan tambahan diberikan sesuai dengan pola makanan,
yang disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Pola Makanan Bayi dan Anak Balita
Usia ASI Bentuk Makanan
(Bulan) Makanan Makanan Makanan
Lumat Lembik Keluarga
0 – 6*
6–8
9 – 11
12 – 23
24 – 59
Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2011
Keterangan: 6* = 5 bulan 29 hari
5. Pelaksanaan
Penyelenggaraan PMT perlu didukung dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) oleh tenaga kesehatan dan kader kepada
keluarga sasaran. Berikut adalah beberapa alternatif cara penyelenggaraan
PMT yang dapat dipilih sesuai kondisi setempat:
a. Makanan tambahan disiapkan dan dimasak oleh kader bersama ibu
sasaran di rumah kader atau tempat lain sesuai kesepakatan.
b. Makanan tambahan dapat diberikan berupa makanan yang kering dan
mudah didapatkan seperti: telur, abon, peyek kacang, teri kering,
24
biscuit, susu UHT, dan lain-lain yang dapat dibawa pulang ke rumah
untuk dikonsumsi beberapa hari.
c. Pada waktu sasaran makan, kader memberikan penyuluhan tentang
makanan dan manfaatnya baik kepada sasaran dan ibu atau pun
pengasunya.
Menurut Kemenkes RI (2011), pelaksanaan PMT meliputi:
a. Pendistribusian
Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein
hewani maupun nabati serta sumber vitamin dan mineral yang
terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan. Pemberian
makanan tambahan dilakukan selama 90 hari berturut-turut kepada
balita usia 6-59 bulan yang menderita kekurangan gizi. Pemberian
makanan tambahan dapat dilakukan di puskesmas/PKD
b. Konseling
Konseling adalah kegiatan penyuluhan yang diarahkan agar ibu
balita pengasuh sadar akan masalah gizi buruk anaknya serta
membimbing dan berpartisipasi dalam pelaksanaaan PMT pemulihan.
Kegiatan konseling dapat dilakukan pada saat pemberian PMT
pemulihan atau pada kunjungan balita ke puskesmas atau dengan
mengunjungi rumah keluarga balita. Konseling dilakukan setiap bulan
yaitu pada saat selesai dilakukan pengukuran berat badan.
25
Daftar Pustaka