Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi
dilakukan dengan interpretasi informasi dari hasil beberapa metode penilaian
status gizi yaitu: penilaian konsumsi makanan, antropometri,
laboratorium/biokimia dan klinis1. Diantara beberapa metode tersebut,
pengukuran antropometri adalah relatif paling sederhana dan banyak
dilakukan. Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran
yaitu pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB), dan lingkar lengan atas
(LILA). Dari beberapa pengukuran tersebut BB, TB, dan LILA sesuai dengan
umur adalah yang paling sering digunakan untuk survey sedangkan untuk
perorangan, keluarga, pengukuran BB dan TB atau panjang badan (PB) adalah
yang paling dikenal.2

Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan


apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Untuk hal
tersebut maka berat badan dan tinggi badan hasil pengukuran dibandingkan
dengan suatu standar internasional yang dikeluarkan oleh WHO. Status gizi
tidak hanya diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur
secara sendiri-sendiri, tetapi juga merupakan kombinasi antara ketiganya.
Masing-masing indikator mempunyai makna sendiri-sendiri.1

Pengukuran antropometri merupakan pengukuran tubuh, seperti


tinggi dan berat badan serta pengukuran bagian tubuh lain, merupakan alat
yang penting dalam menentukan dan mengevaluasi status nutrisi seseorang
atau sekelompok masyarakat. Pengukuran cara antropometri ini juga paling
cocok dilakukan karena mudah dilakukan dan tidak memakan cukup banyak
dana.1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Antropometri


Kata antropometri berasal dari Yunani, dimana Anthropo yang
berarti manusia, dan metri yang berarti mengukur. Secara literal antropometri
berarti pengukuran manusia. Sedangkan secara umum Antropometri artinya
ukuran tubuh manusia.
Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh
dan kompisisi tubuh. Antropometri adalah pengukuran yang paling sering
digunakan sebagai metode penilaian status gizi secara langsung untuk menilai
dua masalah utama gizi, yaitu: (1) Kurang Energi Protein (KEP), khususnya
pada anak-anak dan ibu hamil, (2) obesitas pada semua kelompok umur.
Penilaian status gizi dengan menggunakan antropemetri ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. 1

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Antopometri


Keunggulan antropometri:2
1. Prosedur sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
cukup besar
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat
4. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
6. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik karena
sudah ada ambang batas yang jelas
7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau
dari satu generasi ke generasi berikutnya
8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi

2
Kelemahan antropometri:2
1. Tidak sensitif: tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat,
tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu, misal Fe dan Zn
2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan
energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran
antropometri
3. Error yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran
4. Kesalahan terjadi karena: pengukuran, perubahan hasil pengukuran
(fisik dan komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang keliru
5. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan: latihan petugas yang
tidak cukup, kesalahan alat, kesulitan pengukuran.

2.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Antopometri


1. Faktor internal (genetika)
Modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan
Melalui genetik dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan,
yang ditandai dengan:
1. Intensitas dan kecepatan pembelahan
2. Derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan
3. Umur pubertas
4. Berhentinya pertumbuhan tulang
Yang termasuk faktor internal: faktor bawaan normal dan patologis,
jenis kelamin, obstetrik dan ras (suku bangsa).
2. Faktor eksternal (lingkungan)
Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang
optimal.
Kondisi lingkungan yang buruk >> kondisi genetik optimal tidak dapat
tercapai
Yang termasuk faktor lingkungan adalah bio-fisik-psikososial

3
Faktor ini mempengaruhi setiap individu sejak masa konsepsi sampai
akhir hayat
Faktor lingkungan dibagi 2: (1)faktor prenatal dan (2) pascanatal
(1) Lingkungan Prenatal
- Mempengaruhi pertumbuhan janin sejak konsepsi hingga lahir
- Meliputi gizi ibu saat hamil, mekanis, toksin/zat kimia,
endokrin, radiasi, infeksi, stress, anoksia embrio
(2) Lingkungan Pascanatal
- Dipengaruhi oleh lingkungan
- Meliputi lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor
psikososial, keluarga dan adat-istiadat.

2.4 Ukuran Antropometri


Macam-macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk
melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut:
a. Massa Tubuh
Berat badan adalah pengukuran antropometri yang paling sering
digunakan meskipun sering terjadi kesalahan dalam pengukuran.
1. Berat badan
Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air dan massa
mineral tulang. Pada orang dewasa terdapat peningkatan jumlah lemak
sehubungan dengan umur dan terjadi penurunan protein otot. Berat
badan sewaktu lahir dapat digunakan sebagai indicator status gizi bayi
dengan cut off point: <2.500 gram dikatakan sebagai bayi dengan
BBRL (Berat Badan Lahir Rendah). Untuk menilai status gizi biasanya
berat badan dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan
tinggi badan.3
b. Pengukuran Linear (panjang)
Dasar pengukuran linear adalah tinggi (panjang) atau stature dan
merefleksikan pertumbuhan skeletal. Pengukuran linear lainnya seperti

4
tulang biasa digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panjang lengan
atas atau kaki.
1. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan seseorang pada prinsipnya adalah
mengukur jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, panggul,
tulang belakang, dan tulang tengkorak. Penilaian status gizi pada
umumnya hanya mengukur total tinggi (atau panjang) yang diukur
secara rutin.3
Tinggi badan yang dihubungkan dengan umur dapat digunakan
sebagai indikator status gizi masa lalu.
2. Panjang Badan
Panjang badan dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua
tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu
pengumpulan data tinggi badan.4
3. Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak
yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus
(ukuran kepala besar) atau microcephaly (ukuran kepala kecil). Untuk
melihat pertumbuhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaus. 4
4. Lingkar Dada
Pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur 3 tahun
sehingga biasa digunakan pada anak berusia 2-3 tahun. Rasio lingkar
dada dan kepala dapat digunakan sebagai indicator KEP pada balita.
Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini
lingkar kepala tumbuh lebih lambat daripada lingkar dada. Pada anak
yang KEP terjadi pertumbuhan dada yang lambat sehingga rasio
lingkar dada dan kepala <1. 3
5. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi, sehingga
dapat mencerminkan :3
a. Status KEP pada balita

5
b. KEK pada ibu hamil: resiko bayi BBLR
Lingkar lengan atas menggunakan alat: pita pengukur dari
fiber glass atau sejenis kertas tertentu berlapis plastik.

Ambang batas (Cut of Points):3


a. LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia <23.5 cm
b. Pada bayi 0-30 hari : 9.5 cm
c. Balita dengan KEP <12.5 cm

Tabel 2. Lingkar Lengan Atas untuk Anak Remaja dan Orang


Dewasa (cm)3

6. Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan sehingga data
tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri
atau manula. Pada manula digunakan tinggi lutut karena pada manula
telah terjadi penurunan massa tulang yang menyebabkan bungkuk
sehingga sukar untuk mendapatkan data tinggi badan yang akurat.
Untuk mendapatkan data tinggi badan dari berat badan dapat
menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang berusia lebih
dari 59 tahun. Untuk mendapatkan data tinggi badan dari berat badan
dapat menggunakan formula berikut ini: 4
Pria : (2,02 x tinggi lutut (cm)) - (0,04 x umur (tahun)) + 64,19

6
Wanita : (1,83 x tinggi lutut (cm)) - (0,24 x umur (tahun)) + 84,88
Cara mengukur tinggi lutut: ukur jarak vertical dari ujung kaki
hingga lutut ketika kaki di tekuk 90
7. Panjang/Rentang Depa
Panjang depa merupakan salah satu prediktor tinggi badan lansia
dan dianggap sebagai pengganti ukuran tinggi badan (TB) lansia
karena usia berkaitan dengan penurunan TB. Panjang depa relative
kurang dipengaruhi oleh pertambahan usia. Akan tetapi, nilai panjang
depa pada kelompok lansia cenderung lebih rendah daripada kelompok
dewasa muda. Pada kelompok lansia terlihat adanya penurunan nilai
panjang depa yang lebih lambat dibandingkan dengan penurunan TB,
sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang depa cenderung tidak
banyak berubah seiring pertambahan usia. Panjang depa
direkomendasikan sebagai parameter prediksi tinggi badan, tetapi tidak
seluruh populasi memiliki hubungan 1:1 antara panjang depa dan
tinggi badan. Pengukuran panjang depa tidaklah mahal dan teknik
prosedurnya sederhana sehingga mudah dilakukan di lapangan. 4
c. Komposisi Tubuh
Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang bervariasi pada
penderita KEP. Antropometri pada jaringan dapat dilakukan pada jaringan
tersebut untuk menilai status gizi di masyarakat.
Metode yang digunakan untuk menilai komposisi tubuh (jumlah dan
distribusi lemak sub-kutan):
1. Ultrasonik
2. Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer atau
underwater weighting)
3. Teknik Isotop Dilution
4. Metoda Radiological
5. Total Electrical Body Conduction (TOBEC)
6. Antropometri (pengukuran berbagai tebal lemak menggunakan
kaliper: skin-fold calipers).

7
Metode yang paling sering dan praktis digunakan di lapangan:
Antropometri fisik. Standar atau jangkauan jepitan 20-40 mm2 ,ketelitian
0.1 mm, tekanan konstan 10 g/ mm2. Jenis alat yang sering digunakan
Harpenden Calipers, alat ini memungkinkan jarum diputar ke titik nol
apabila terlihat penyimpangan.

Massa Bebas-Lemak tubuh


Lemak tubuh sering ditentukan dengan antropometri yaitu dengan
mengukur :5
Tebal lipatan kulit
Rasio lingkar pinggang (lingkar pinggang dibagi lingkar panggul)
untuk menentukan lemak yang ada di bagian panggul dan bokong.
Lingkar pinggang untuk menentukan kandungan lemak abdominal
yang diukur dengan komputer tomografi
Perhitungan total lemak tubuh dari berat badan dan persentase lemak
tubuh.
Lemak tubuh total (kg) = berat badan (kg) % lemak tubuh
100
Massa bebas lemak (kg) = berat badan (kg) - lemak tubuh (kg)

Massa bebas-lemak merupakan campuran dari air, mineral, dan


protein yang sebagian besar disimpan di otot. Analisis massa otot akan
menunjukkan indeks protein yang disimpan dalam tubuh. Pengukuran ini
umumnya meliputi : 5
Lingkar lengan atas (mid-upper-arm circumference, MUAC)
Penurunan MUAC merefleksikan penyusutan massa otot atau
jaringan subkutan atau keduanya
Lingkar otot lengan (mid arm muscccle circumference, MAMC)
Lingkar otot lengan digunakan sebagai indeks dari kehilangan otot
pada lansia. Triceps, subskapular dan pengukuran ketebalan lipatan
kulit lainnya dapat digunakan untuk memperkirakan jaringan adiposa.

8
2.5 Indeks Antropometri
Pengertian indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa
parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran
terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur.
Beberapa indeks antropometri adalah sebagai berikut:4
1. BB/U (Berat Badan terhadap Umur)
Indikator status gizi kurang saat sekarang
Sensitive terhadap perubahan kecil
Kadang umur secara akurat sulit didapat
Growth monitoring
Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena
infeksi atau KEP
2. TB/U (Tinggi Badan terhadap Umur)
Indikator status gizi masa lalu
Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
Kadang umur secara akurat sulit didapatBB/TB
Mengetahui proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
Indikator status gizi saat ini (current nutrition status)
Umur tidak perlu diketahui
3. LILA/U (Lingkar Lengan Atas terhadap Umur)
Dapat mengidentifikasi KEP pada balita
Tidak memerlukan data umur yang kadang sulit
Dapat digunakan pada saat emergency
Membutuhkan alat ukur yang murah
Pengukuran cepat

2.6 Analisa Hasil Pengukuran Antropometri


Ada 3 cara yang biasa digunakan: 5
- Nilai Skor-Z atau SD

9
Ukuran antropometrik (BB-U, TB-U dan BB-TB) disajikan sebagai
nilai SD atau skor-Z di bawah atau di atas nilai mean atau median
rujukan
Normal bila antara -2SD sampai +2SD
Kurang bila <-2SD
Lebih bila >+2SD
- Nilai Persentil
Ukran antropometrik (BB-U, TB-U dan BB-TB) disajikan sebagai
posisi individu dalam sebaran populasi rujukan
Normal bila antara persentil 5 dan 95
Kurang bila kurang persentil 5
Lebih bila lebih persentil 95
- Nilai % terhadap median
Ukuran antropometrik (BB-U, TB-U dan BB-TB) disajikan sebagai %
dari nilai median tujukan
90% median TB-U mendekati nilai -2SD
80% median BB-TB mendekati nilai -2SD
80% median BB-U mendekati nilai -2SD

Tabel 3. Analisa hasil pengukuran antropometri


Indikator Interpretasi hasil Interpretasi proses Keterangan
ukur
TB-U Pendek - Deskriptif
rendah
(<-2SD) Stunted Stunting = TB Masalah gizi dan
tidak sesuai usia kesehatan jangka
panjang
BB-TB Kurus - Deskriptif
rendah
( <-2SD) Wasted Wasting = BB Kehilangan BB
tidak sesuai TB berlebihan jangka
atau kehilangan pendek atau
BB berlanjut

10
BB-TB Gemuk - Deskriptif
lebih
(>2SD) Overweight BB berlebih Kelebihan BB
terhadap TB atau berlebihan jangka
TB kurang pendek atau
terhadap BB berlanjut
BB-U Kurang berat - Deskriptif
rendah (<-2
SD) Underweight BB tidak sesuai Stunting dan/atau
usia atau wasting
kehilangan BB
BB-U lebih Gemuk - Deskriptif
(>2SD)
Overweight BB lebih terhadap Kelebihan BB
umur karena obesitas
Interpretasi Hasil
Kombinasi dari 3 indikator:5
- BB terhadap usia (kurang berat, normal, BB lebih)
- TB terhadap usia (pendek, normal, tinggi)
- BB terhadap TB (kurus, normal, gemuk)
Kategorisasi status gizi: 5
- Normal (antara -2SD sampai +2 SD)
- Diatas normal atau lebih (lebih dari 2SD diatas median)
- Di bawah normal atau kurang (lebih dari 2SD dibawah median)
Kurva pertumbuhan WHO
Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan sebuah kurva pertumbuhan
standar yang menggambarkan pertumbuhan anak umur 0-59 bulan di
lingkungan yang diyakini dapat mendukung pertumbuhan optimal anak.
Untuk membuat kurva pertumbuhan ini, WHO melakukan penelitian
multisenter pada tahun 1997 sampai 2003 dengan tujuan untuk
menggambarkan pertumbuhan anak yang hidup di lingkungan yang tidak
memiliki faktor penghambat pertumbuhan. Data dikumpulkan dari 6
negara yaitu Brazil, Ghana, India, Norwegia, Oman dan Amerika.
Penelitian ini terdiri atas dua bagian; pertama adalah penelitian
longitudinal (subyek diikuti dari lahir sampai usia 2 tahun); dan kedua
adalah penelitian cross-sectional (pada anak usia 1,5 sampai 5 tahun).

11
Panjang badan diukur pada posisi tidur telentang untuk anak usia 0-2
tahun dan setelah usia 2 tahun tinggi badan diukur sebagai tinggi berdiri.
Cara Menginterpretasikan Kurva Pertumbuhan WHO
1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau
rata-rata
2. Garis yang lain dinamakan garis Z-score. Pada kurva pertumbuhan
WHO garis ini diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3).
Titik temu yang berada jauh dari garis median menggambarkan
masalah pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada antara garis Z-score -2 dan -3 diartikan di
bawah -2.
4. Titik temu yang berada antara garis Z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2.
5. Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan

WHO dapat menggunakan tabel berikut ini.

Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih
normal. Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.

12
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih
baik jika diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap
panjang/tinggi atau IMT terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika
makin mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki
gizi lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI
(Integrated Management of Childhood Illness in-service training. WHO,
Geneva, 1997)

13
14
CDC 2000 sebagai pengganti kurva NCHS

15
Berat badan/Umur
Paling sederhana
Menggambarkan status gizi saat ini
Secara luas digunakan untuk menentukan MEP
Kerugiannya : tidak dapat menentukan adanya wasting
Interpretasi
BB/U diplot pada kurva (CDC 2000)
BB/U < persentil 10 (P10) : Defisit
BB/U > persentil 90 (P90) : Kelebihan
BB/U dibandingkan standar (P50) yang diacu (%):
80 120 % : Gizi baik
60 80 % : Gizi kurang
< 60 % : Gizi buruk
Tinggi Badan/Panjang Badan (TB atau BP)
Parameter sederhana
Mudah diukur dan diulang
Dikombinasikan dengan BB, memberikan informasi yang lebih
bermakna menggambarkan defisiensi gizi kronis
Cara mengukur TB/PB to measure
1. Bayi dan anak < 2tahun
Posisi berbaring
Menggunakan papan pengukur
Panjang badan paralel dengan panjang papan
Bahu harus menempel permukaan papan
Sepatu atau alas kaki dilepas

16
2. Anak 2 tahun dewasa
Berdiri tegak dan mata menatap lurus ke depan
Punggung menempel pada alat pengukur tinggi
Badan pada tembok
Kedua lengan disisi badan
Kedua tungkai menghadap kedepan
Tidak menggunakan alas kaki

17
Interpretasi :
TB/U < persentil 5 : Defisiensi berat
TB/U antara persentil 5 dan 10: Evaluasi laju pertumbuhan untuk
membedakan perawakan pendek yg disebabkan:
Defisiensi gizi kronis
Faktor konstitusional atau genetik
TB/U dibandingkan dengan standar baku P50 (%) :
90 110% : Tinggi baik
70 90 % : Tinggi kurang
< 70 % : Tinggi sangat kurang
BB menurut TB (BB/TB)
Rasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat :
Mencerminkan proporsi tubuh
Dapat membedakan wasting dan stunting (perawakan pendek)
Indeks ini digunakan :
Perempuan sd TB 138 cm
Laki-laki sd TB 145
Keuntungan : tidak memerlukan umur
BB/TB : menentukan status nutrisi
Interpretasi BB/TB (Klasifikasi Waterlow):
> 90 110% : Gizi baik
70 90 % : Gizi kurang
< 70 % : Gizi buruk
> 110 120% : Gizi lebih/overweight
> 120% : Obes

18
19
20
2.7 Pemeriksaan Antropometri atau Menentukan Obesitas
Cara yang objektif untuk mengukur kelebihan berat badan adalah
dengan menghitung BMI (Body Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan rumus :6
IMT = Berat badan (kg)
Tinggi badan2 (m2)
IMT > 20 = BB kurang
IMT 20-24 = Normal atau sehat
IMT 25-29 = Gemuk atau kelebihan BB
IMT > 30 = Sangat gemuk atau obesitas

Tabel 5. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia6


Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 - 18,5
Normal >18,7 - 25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat berat >25,0 - 27,0
Kelebihan BB tingkat ringan >27,0

21
22
23
Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi.
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Penilaian tinggi badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standar
baku NCHS yaitu menggunakan persentase dari median sebagai berikut
lebih dari atau sama dengan 90% dikatakannormal, sedangkan kurang dari
90% dikatakan malnutrisi kronis (abnormal).7
Error Pengukuran
- Kesalahan pengukuran
- Kesalahan alat
- Kesalahan tenaga yang mengukur
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesalahan pengukuran:
- Memilih alat ukur yang sesuai
- Membuat aturan pelaksanaan pengukuran
- Pelatihan petugas
- Peneraan alat ukur secara berkala
Pengukuran silang antar observer dan pengawasan (uji petik)

Lingkar kepala (LK)


Dipengaruhi oleh status gizi anak sd umur 36 bulan
Pengukuran rutin mendeteksi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Menggunakan pita pengukur yang tidak melar
Tepat di atas supra orbita melingkar melalui oksiput

24
Interpretasi :
LK < 5th centiles atau < -2SD
Kemungkinan malnutrisi kronik masa intrauterin atau pada masa bayi/anak
Gangguan perkembangan otak

Lingkar lengan atas (LLA)


Bermanfaat bila :
Tidak ada data BB atau TB
BB dan TB tidak dapat diukur dengan tepat misalnya pada pasien dengan :
organomegali
edema
hidrosefalus
Anak umur 1-5 tahun LLA saja sudah dapat menentukan status gizi
Pengukuran :
Lengan kiri, pertengahan akromion dan olekranon
Menggunakan non elastic band (WHO/CARE) terbagi atas 3 warna :
hijau, kuning, merah
Interpretasi :
<11.5 cm : Malnutrisi berat (merah)
11.5-12.5 cm : Mild-mod (kuning)

25
>12.5 cm : Normal (hijau)

LLA/U :
85-100% : Normal
70-85% : Mild-mod malnutrition
< 70% : Malnutrisi berat

26
BAB III

KESIMPULAN

Untuk menentukan status gizi seseorang atau kelompok populasi


dilakukan dengan interpretasi informasi dari hasil beberapa metode penilaian
status gizi yaitu: penilaian konsumsi makanan, antropometri,
laboratorium/biokimia dan klinis1. Diantara beberapa metode tersebut,
pengukuran antropometri adalah relatif paling sederhana dan banyak dilakukan.
Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu
pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LILA).
Dari beberapa pengukuran tersebut BB, TB dan LILA sesuai dengan umur adalah
yang paling sering digunakan untuk survey sedangkan untuk perorangan,
keluarga, pengukuran BB dan TB atau panjang badan (PB) adalah yang paling
dikenal2.
Kata antropometri berasal dari Yunani, dimana Anthropo yang berarti
manusia, dan metric yang berarti mengukur. Secara literal antropometri berarti
pengukuran manusia. Sedangkan secara umum Antropometri artinya ukuran tubuh
manusia
Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan
kompisisi tubuh. Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan
sebagai metode penilaian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah
utama gizi, yaitu: (1) Kurang Energi Protein (KEP), khususnya pada anak-anak
dan ibu hamil, (2) Obesitas pada semua kelompok umur. Penilaian status gizi
dengan menggunakan antropemetri ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P. Buku ajar
keperawatan pediatric. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008. hal 166-84.
2. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi kesehatan
masyarakat. Jakarta: EGC; 2005. hal 94.
3. Asmadi. Teknik procedural konsep & aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta : Salemba Medika; 2008. hal 83-4.
4. Devi N. Nutrition and food gizi untuk keluarga. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas; 2010. hal 41-43.
5. Hartriyanti Y, Triyanti. Gizi dan kesehatan masyarakat. Edisi 1. Jakarta:
Grafindo Persada; 2008. hal 278-84.
6. Fatmah. Gizi usia lanjut. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2010. hal 44-6.
7. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009. hal 260-4.
8. Barasi ME. At glance ilmu gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2009. hal11-8.

28

Anda mungkin juga menyukai