PENDAHULUAN
Ensefalitis adalah suatu peradangan akut dari jaringan parenkim otak yang
disebabkan oleh infeksi dari berbagai macam mikroorganisme dan ditandai
dengan gejala-gejala umum dan manifestasi neurologis. Penyakit ini dapat
ditegakkan secara pasti dengan pemeriksaan mikroskopik dari biopsi otak, tetapi
dalam prakteknya di klinik, diagnosis ini sering dibuat berdasarkan manifestasi
neurologi, dan temuan epidemiologi, tanpa pemeriksaan histopatologi.1
Tentunya keadaan seperti diatas tidak terjadi dengan begitu saja,tetapi hal
tersebut dapat terjadi apabila infeksi pada jaringan otak tersebut mengenai pusat-
pusat fungsi otak. Karena ensefalitis secara difus mengenai anatomi jaringan otak,
maka sukar untuk menentukan secara spesifik dari gejala klinik kira-kira bagian
otak mana saja yang terlibat proses peradangan itu.2
1
Angka kematian untuk ensefalitis masih relatif tinggi berkisar 35-50% dari
seluruh penderita.Sedangkan yang sembuh tanpa kelainan neurologis yang nyata
dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental dan
masalah tingkah laku.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFENISI
Ensefalitis adalah suatu inflamasi parenkim otak yang biasanya
disebabkan oleh virus. Ensefalitis berarti jaringan otak yang terinflamasi
sehingga menyebabkan masalah pada fungsi otak. Inflamasi tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi neurologis anak termasuk
konfusi mental dan kejang.1,2
Ensefalitis terdiri dari 2 tipe yaitu: ensefalitis primer (acute viral
ensefalitis) disebabkan oleh infeksi virus langsung ke otak dan medulla
spinalis. Dan ensefalitis sekunder (post infeksi ensefalitis) dapat merupakan
hasil dari komplikasi infeksi virus saat itu.3
3
ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya
bakteria, protozoa, cacing, jamur, dan virus. Penyebab yang terpenting dan
tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang
otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Berbagai jenis virus dapat menimbulkan ensefalitis, meskipun gejala
klinisnya sama. Sesuai dengan jenis virus, serta epidemiologinya, diketahui
berbagai macam ensefalitis virus.5
Klasifikasi yang diajukan oleh Robin ialah :6
a. Infeksi virus yang bersifat epidemik
Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus
ECHO.
Golongan virus ARBO : Western equine encephalitis, St. Louis
encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis,
Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simplex, Herpes
zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis dan jenis
lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c. Ensefalitis pasca infeksi : pasca morbili, pasca varisela, pasca rubela,
pasca vaksinia, pasca mononukleosis infeksious dan jenis-jenis yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
4
Faktor Risiko2,3,6
Beberapa faktor yang menyebabkan risiko lebih besar adalah:
Umur. Beberapa jenis ensefalitis lebih lazim atau lebih parah pada anak-
anak atau orang tua.
Sistem kekebalan tubuh semakin lemah. Jika memiliki defisiensi imun,
misalnya karena AIDS atau HIV, melalui terapi kanker atau transplantasi
organ, maka lebih rentan terhadap ensefalitis.
Geografis daerah. Mengunjungi atau tinggal di daerah di mana virus
nyamuk umum meningkatkan risiko epidemi ensefalitis.
Kegiatan luar. Jika memiliki pekerjaan outdoor atau mempunyai hobi,
seperti berkebun, joging, golf atau mengamati burung, harus berhati-hati
selama wabah ensefalitis.
Musim. Penyakit yang disebabkan nyamuk cenderung lebih menonjol di
akhir musim panas dan awal musim gugur di banyak wilayah Amerika
Serikat.
5
PATOFISIOLOGI 5
6
di likuor dan invasi ke dalam otak dapat terjadi melalui penerobosan dari pia
mater.
7
Kelainan neurologis pada ensefalitis disebabkan oleh:5
Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang
berkembang biak.
Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigen virus yang akan berakibat
kerusakan vaskular dan paravaskular. Sedangkan virusnya sendiri sudah
tidak ada dalam jaringan otak.
Reaksi aktivitas virus neurotopik yang bersifat laten.
Tingkat eliminasi yang mencolok pada pemeliharaan neuron dan aksonnya
terutama dianggap menggambarkan ensefalitis pascainfeksi atau alergi.
Korteks serebri terutama lobus temporalis, sering terkena oleh virus herpes
simpleks; arbovirus cenderung mengenai seluruh otak; rabies mempunyai
kecenderungan pada struktur basal.[7]
Seberapa berat kerusakan yang terjadi pada Sistem Saraf Pusat tergantung
dari virulensi virus, kekuatan teraupetik dari sistem imun dan agen-agen
tubuh yang dapat menghambat multiplikasi virus. Banyak virus yang
penyebarannya melalui manusia. Nyamuk atau kutu menginokulasi virus
Arbo, sedang virus rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Pada beberapa
virus seperti varisella-zoster dan citomegalo virus, pejamu dengan sistem
imun yang lemah, merupakan faktor resiko utama.8
Pada umumnya, virus bereplikasi diluar Sistem saraf pusat dan menyebar
baik melalui peredaran darah atau melalui sistem neural (virus herpes
simpleks, virus varisella zoster ). Patofisiologi infeksi virus lambat seperti
subakut skelosing panensefalitis (SSPE) sampai sekarang ini masih belum
jelas. Setelah melewati sawar darah otak,virus memasuki sel-sel neural yang
mengakibatkan fungsi-fungsi sel menjadi rusak, kongesti perivaskular, dan
respons inflamasi yang secara difus menyebabkan ketidakseimbangan
substansia abu-abu (nigra) dengan substansia putih (alba).9
8
Adanya patologi fokal disebabkan karena terdapat reseptor-reseptor
membran sel saraf yang hanya ditemukan pada bagian-bagian khusus otak.
Sebagai contoh, virus herpes simpleks mempunyai predileksi pada lobus
temporal medial dan inferior.10
Patogenesis dari ensefalitis herpes simpleks sampai sekarang masih belum
jelas dimengerti. Infeksi otak diperkirakan terjadi karena adanya transmisi
neural secara langsung dari perifer ke otak melaui saraf trigeminus atau
olfaktorius. Virus herpes simpleks tipe I ditransfer melalui jalan nafas dan
ludah.Infeksi primer biasanya terjadi pada anak-anak dan remaja.Biasanya
subklinis atau berupa somatitis, faringitis atau penyakit saluran
nafas.Kelainan neurologis merupakan komplikasi dari reaktivasi virus.Pada
infeksi primer, virus menjadi laten dalam ganglia trigeminal.Beberapa tahun
kemudian,rangsangan non spesifik menyebabkan reaktivasi yang biasanya
bermanifestasi sebagai herpes labialis.5
Plasmodium falsiparun menyebabkan eritrosit yang terifeksi menjadi
lengket.Sel-sel darah yang lengket satu sama lainnya dapast menyumbat
kapiler-kapiler dalam otak. Akibatnya timbul daerah-daerah mikro infark.
Gejala-gejala neurologist timbul karena kerusakan jaringan otak yang terjadi.
Pada malaria serebral ini, dapat timbul konvulsi dan koma.6
Pada toxoplasmosis kongenital, radang terjadi pada pia-arakhnoid dan
tersebar dalam jaringan otak terutama dalam jaringan korteks.7
Sangatlah sukar untuk menentukan etiologi dari ensefalitis, bahkan pada
postmortem.Kecuali pada kasus-kasus non viral seperti malaria falsifarum
dan ensefalitis fungal, dimana dapat ditemukan indentifikasi morfologik.
Pada kasus viral, gambaran khas dapat dijumpai pada rabies (badan negri)
atau virus herpes (badan inklusi intranuklear).6
9
MANIFESTASI KLINIS
10
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG 8
a. Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi adalah prosedur sering dilakukan di departemen gawat
darurat untuk mendapatkan informasi tentang cairan cerebrospinal (CSF).
Meskipun biasanya digunakan untuk tujuan diagnostik untuk
menyingkirkan potensi kondisi yang mengancam jiwa seperti meningitis
bakteri atau perdarahan subarachnoid, pungsi lumbal juga kadang-kadang
dilakukan untuk alasan terapeutik, seperti pengobatan pseudotumor
cerebri. Analisis cairan CSF juga dapat membantu dalam diagnosis
berbagai kondisi lain, seperti penyakit demielinasi dan meningitis.
b. MRI
MRI (magnetic resonance imaging) kepala dengan peningkatan
gadolinium merupakan pencitraan yang baik pada kecurigaan ensefalitis.
Temuan khas yaitu peningkatan sinyal T2-weighted pada substansia grisea
dan alba. Pada daerah yang terinfeksi dan meninges biasanya meningkat
dengan gadolinium. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
11
Gambaran ensefalitis pada MRI di dapatkan :
12
c. CT-Scan
13
Gambar 2. CT Scan otak pada seorang gadis dengan Rasmussens
encephalitis
d. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan darah lengkap, ditemukan jumlah leukosit meningkat.
Pemeriksaan cairan serobrospinal :cairan jemih, jumlah sel diatas normal,
hitung jenis didominasi oleh limfosit, protein dan glukosa normal atau
meningkat
Pemeriksaan lainnya : EEG didapatkan gambaran penurunan aktivitas atau
perlambatan
14
DIAGNOSIS BANDING10
- Meningitis TBC
Radang selaput otak. Ditemukan rangsang meningeal pada
pemeriksaan fisik.
- Abses otak
Radang bernanah pada jaringan otak. Dalam otak mula-mula terjadi
radang lokal disertai serbukan leukosit polimorfonuklear. Disekeliiling
daerah yang meradang, berproliferasi jaringan ikat dan astrosit, yang
membentuk kapsul. Jaringan yang rusak, mencair dan terbentuklah
abses. Abses otak disebabkan terutama oleh penyebaran infeksi telinga
tengah atau mastoiditis. Bisa soliter atau multipel.
Pada CT scan tampak area hipodens di daerah korteks atau
persambungan kortikomeduler yang bisa soliter atau multipel. Pada
pemberian media kontras tampak enhancemenet berbentuk cincin
sekeliling daerah hipodens. Di luar daerah yang enhancement tampak
edema perifokal.
15
Pada MRI : T1WI memperlihatkan gambaran lesi dengan daerah
sentral lesi yang hipointens yang dikelilingi oleh lingkaran tipis
iso/hiperintens. Sedangkan T2WI memperlihatkan daerah sentral lesi
yang hiperimtens yang dibatasi oleh kapsul yang hipointens serta
dikelilingi oleh edema yang hiperintens
PENATALAKSANAAN4,5,6
16
b. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S
(tergantung umur) dan pemberian oksigen.
c. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh
anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi
dalam 3 dosis.
d. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol
diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit.
Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam
e. Pengobatan kausatif.
Sebelum berhasil menyingkirkan etilogi bakteri, terutama abses otak
(ensefalitis bakterial), maka harus diberikan pengobatan antibiotik
parenteral. Pengobatan untuk ensefalitis karena infeksi virus herpes
simplek diberikan Acyclovir intravena, 10 mg/kgbb sampai 30 mg/kgbb
per hari selama 10 hari. Jika terjadi toleransi maka diberikan Adenine
arabinosa (vidarabin). Begitu juga ketika terjadi kekambuhan setelah
pengobatan dengan Acyclovir. Dengan pengecualian penggunaan Adenin
arabinosid kepada penderita ensefalitis oleh herpes simpleks, maka
pengobatan yang dilakukan bersifat non spesifik dan empiris yang
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan serta menopang setiap sistem
organ yang terserang. Efektivitas berbagai cara pengobatan yang
dianjurkan belum pernah dinilai secara objektif
f. Fisioterapi dan upaya rehabilitatif setelah penderita sembuh.
g. Makanan tinggi kalori protein sebagai terapi diet.
17
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
18
PENCEGAHAN12
19
BAB III
KESIMPULAN
Ensefalitis adalah suatu peradangan akut dari jaringan parenkim otak yang
disebabkan oleh infeksi dari berbagai macam mikroorganisme dan
ditandai dengan gejala-gejala umum dan manifestasi neurologis
Ensefalitis terdiri dari 2 tipe yaitu: ensefalitis primer (acute viral
ensefalitis) disebabkan oleh infeksi virus langsung ke otak dan medulla
spinalis. Dan ensefalitis sekunder (post infeksi ensefalitis) dapat
merupakan hasil dari komplikasi infeksi virus saat itu.
Mikroorganisme yang menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria,
protozoa, cacing, jamur, dan virus. Penyebab yang terpenting dan tersering
ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak
atau reaksi radang akut.
Gejala sistem saraf sentral biasanya dimulai dengan demam. pada anak,
manifestasi klinik dapat berupa sakit kepala dan hiperestesia, sedangkan
pada bayi dapat berupa iritabilitas dan letargi. Nyeri kepala paling sering
pada frontal atau menyeluruh, remaja sering menderita nyeri retrobulbar.
Biasanya terdapat gejala nausea dan muntah, nyeri di leher, punggung dan
kaki, dan fotofobia selain itu ada juga Gejala-gejala tersebut dapat berupa
gelisah, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, dan kejang.
Diagnosis dari ensefalitis dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi
klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik
didapatkan tandatanda menings sign dan pada emeriksaan penunjang biasa
dilakukan MRI, EEG dan CT-scan.
Tujuan Penanganan dari Ensefalitis adalah mempertahankan fungsi organ,
yang caranya hampir sama dengan perawatan pasien koma yaitu
20
mengusahakan jalan napas tetap terbuka, pemberian makanan secara
enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit,
koreksi terhadap gangguan asam basa darah.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
9. Jeffrey Hom, MD. Pediatric Meningitis and Encephalitis Workup. Richard G,
Bachur,MD. Updated on April 19th, 2011. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/802760-workup. Accessed January
4,2016
10. Jeffrey Hom, MD. Pediatric Meningitis and Encephalitis Differential
Diagnoses. Richard G, Bachur,MD. Updated on April 19th, 2011. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/802760-differential. Accessed
January 5,2016
11. Kate M, Cronan.MD. Encephalitis. Updated: January 2010. Available from
http://kidshealth.org/parent/infections/bacterial_viral/encephalitis.html.Acces
sed on January 4, 2016.
12. Todd, Mundy.MD. Encephalitis Prevention. Michael D, Burg MD. 2012.
Available from http://www.emedicinehealth.com/encephalitis/page9_em.htm.
Accessed on January 6, 2016.
23