TINJAUAN PUSTAKA
1
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter.
Parameter adalah ukuran fisik dari tubuh individuyang dapat berupa umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa,
Bakri, & Fajar, Penilaian Status Gizi, 2013). Selain itu parameter antropometri dapat digolongkan menurut
tipe ukuran pertumbuhan tubuh dan komposisi tubuh. Parameter penilaian status gizi pada balita dijelaskan
sebagai berikut:
a. Umur
Parameter umur dalam penilaian status gizi sangat berperan penting. Kesalahan penentuan umur dapat
menyebabkan kesalahan interpretasi status gizi pada individu meskipun hasil penimbangan berat badan
dan tinggi badan telah dilakukan dengan akurat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan
adalah 30 hari. Perhitungan umur pada anak usia 0-2 tahun adalah dalam bulan usia penuh (Complete
Month), yang artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Supariasa, Bakri, & Fajar, Penilaian
Status Gizi, 2013)
b. Berat badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak
baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun, dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu. (Abunain, 1990).
2
c. Tinggi badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan
kecil pendek. (Sirajuddin, 2011)Tinggi badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan masa
lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. (Supariasa, 2001).
d. Lila
Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi. Pengukuran LLA tidak
dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek, memberikan gambaran
tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. (Sirajuddin, 2011). Lila mencerminkan
cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan status KEP pada balita sehingga sensitif untuk
golongan prasekolah, dan kurang sensitif untuk golongan dewasa. (Gibson & Rosalind, Principles of
Nutritional Assesment, 2005).
e. Lingkar kepala
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak
meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan
keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak
dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. (Supariasa, Penilaian Status Gizi, 2001)
f. Lingkar dada
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio
lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio
3
lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan
dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai
indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.
3. Indeks Antropometri
Indeks antropometri dapat diperoleh melalui mengkaitankan ukuran fisik individu dapat
menghasilkan indeks yang dapat menggambarkan kondisi status gizi seperti BB/U, TB/U, BB/TB dan
IMT/U. (PERSAGI, 2013) (Atmarita, 2009)
a. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Indeks antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi dengan memperhitungkan
berat badan menurut umurnya. (Atmarita, 2009). Klasifikasi dapat dilihat pada tabel 1
b. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Indeks antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi dengan memperhitungkan
tinggi badan menurut umurnya. (Atmarita, 2009). Klasifikasi dapat dilihat pada tabel 1
c. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Indeks antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi pada anak umur 24 bulan
atau lebih dengan memperhitungkan berat badan menurut tinggi badannya. (Atmarita, 2009).
Klasifikasi dapat dilihat pada tabel 1
d. IMT/U
4
Indeks antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi dengan memperhitungkan
Indeks Masa Tubuh menurut umurnya. (Atmarita, 2009).
5
Antropometri yaitu penilaian status gizi melalui ukuran tubuh. Antropometri berhubungan
dengan pengukuran berbagai macam dimensi tubuh dan berbagai komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Hasil pengukuran antropometri dapat digunakan untuk identifikasi
kekurangan protein dan energy (Faudiyah & Fikriyah, 2009).
Parameter ukuran yang digunakan antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkaran
lengan atas, linkar kepala, lapisan lemak bawah kulit, tinggi duduk, lingkaran perut, lingkaran
pinggul, lingkar lutut dan jaringan lemak (Supariasa, Bakri, & Fajar, Penilaian Status Gizi, 2013).
Ambang batasnya dapat disajikan dalam bentuk persen terhadap media, Z-score dan persentil
(Faudiyah & Fikriyah, 2009). Indeks yang digunakan yaitu berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi
badan terhadap umur (TB/U), berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan IMT terhadap umur
(IMT/U) (Atmarita, 2009).
2) Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia dilakukan dengan cara pemeriksaan yang diuji secara
laboratorik dan dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain : darah, urine, tinja , juga hati dan otot. Penentuan kimia faali dapat menolong untuk
menentukan kekurangan gizi secara spesifik (Supariasa, Bakri, & Fajar, Penilaian Status Gizi, 2013).
3) Klinis
6
Pemeriksaan klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi, dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut dan mukusa oral atau organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid (Supariasa, Bakri, & Fajar, Penilaian Status Gizi, 2013).Penggunaan metode klinis dilakukan
untuk survei secara cepat untuk mendeteksi gejala-gejala klinis secara umum akibat kekurangan
salah satu macam zat gizi (Faudiyah & Fikriyah, 2009).
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisikmerupakan metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fisik (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan
(Supariasa, Bakri, & Fajar, Penilaian Status Gizi, 2002).
b. Tidak Langsung
1) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa, Bakri, & Fajar,
Penilaian Status Gizi, 2002). Survei konsumsi makanan dapat menggambarkan konsumsi berbagai
zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan
zat gizi (Faudiyah & Fikriyah, 2009).
7
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital yaitu dengan menganalisis data beberapa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, Bakri, & Fajar,
Penilaian Status Gizi, 2013).
3) Faktor Ekologi
8
Menurut (Kemenkes, 2011) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori Z-Score
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
9
1) Gizi Buruk ( Sangat Kurus) : <-3 SD
2) Gizi Kurang (Kurus) :-3SDs/d<-2SD
3) Gizi Baik (Normal) :-2SDs/d+2SD
4) Gizi Lebih (Gemuk) :>+2SD
2.2.4. Mengukur status gizi dengan indeks massa tubuh (IMT) pada Balita
Pengukuran IMT yang dilakukan pada anak-anak sangat terkait dengan umurnya, karena dengan
perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Karena itu, pada anak-anak
digunakan indikator IMT menurut umur, biasa disimbolkan dengan IMT/U. (Atmarita, 2009)
Rumus menghitung IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat
dalam satuan meter.
Untuk menentukan status gizi anak balita (usia 0-60 bulan), nilai hasil pengukuran IMT dibandingkan
dengan nilai IMT standar (WHO, WHO Child Growth Standart, 2006).
Saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah dengan Z-skor atau
persentil.
a. Z-Score
10
Z-score paling sering digunakan. Deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi dibagi
dengan simpangan baku populasi referensi. Secara teoritis, Z-score dapat dihitung dengan cara berikut :
Klasifikasi status gizi pada IMT yang dihitung dengan menggunakan Z-skor menurut WHO dan
Kemenkes, 2011 dapat dilihat pada
Tabel Klasifikasi IMT menurut WHO (WHO, WHO Child Growth Standart, 2006) dan (Kemenkes, 2011
)
b. Persentil
11
Tingkatan posisi seseorang pada distribusi referensi (WHO/NCHS), yang dijelaskan dengan nilai
seseorang sama atau lebih besar daripada nilai persentase kelompok populasi.
Sumber : (Bardosono)
12
13