Anda di halaman 1dari 39

1

LEMBAR PENGESAHAN
Pengukuran antropometri di posyandu melati pada tanggal

ELLA MONICA ELISKA KORNELIA M.GIFARI


PO,62.31.3.17. PO.62.31.3.17.399 PO,62.31.3.17.

FINA AYU.S PIONA LORENSA SINTYA W.A


PO,62.31.3.17. PO,62.31.3.17. PO,62.31.3.17.

RUSWANDI. W
PO. 62.31.3.17.

DOSEN PEMBIMBING

2
BAB I
3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Antropometri berasal dari kata antrophos dan metros. Antrophos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran. Jadi, antropometri artinya ukuran tubuh. Ditinjau dari sudut gizi, maka
antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Suparasia, dkk., 2001).
Antopometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain
berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA) dan lemak di bawah kulit.
Antropometi secara umum digunakan untuk meihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Suparasia, dkk., 2001).
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak
balita menggunakan metode antropometri,sebagai cara untuk menilai status gizi. Di samping itu
pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut.
Ukuran tubuh manusia bervariasi berdasarkan umur, jenis kelamin, suku bangsa, bahkan
kelompok pekerjaan. Interaksi antara ruang dengan manusia secara dimensional dapat
menimbulkan dampak antropometris, yaitu kesesuaian dimensi-dimensi ruang terhadap dimensi
tubuh manusia.
Pengukuran antropometri, khususnya bermanfaat bila ada ketidakseimbangan antara protein
dan energi. Dalam beberapa kasus, pengukuran antropometri dapat mendeteksi malnutrisi tingkat
sedang maupun parah, namun metode ini tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi status
kekurangan (defisiensi) gizi tertentu (Gibson, 2005).
Pengukuran antropometri memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan, yaitu mampu
menyediakan informasi mengenai riwayat gizi masa lalu, yang tidak dapat diperoleh dengan
bukti yang sama melalui metode pengukuran lainnya. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan
relatif cepat, mudah, dan reliable menggunakan peralatan-peralatan yang portable, tersedianya
metodemetode yang terstandardisasi, dan digunakannya peralatan yang terkaliberasi. Untuk
membantu dalam menginterpretasi data antropometrik, pengukuran umumnya dinyatakan
sebagai suatu indeks, seperti tinggi badan menurut umur (Gibson, 2005).

1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui status gizi anak di Posyandu Melati
2. Tujuan khusus
4
a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan umur
b. Mengidentifikasi status gizi berdasarkan indeks TB/U
c. Mengidentifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/TB
d. Mengidentifikasi status gizi berdasarkan indeks IMT/U
e. Mengidentifikasi status pertumbuhan bayi dan balita
f. Mengidentifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U

1.3 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB) pada anak.
2. Agar mahasiswa dapat menentukan status gizi anak.
3. Agar mahasiswa bisa menentukan status pertumbuhan anak.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Balita

5
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun(Muaris.H,
2006).Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum
bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita,
anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting,
seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan di masa itu menjadipenentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu
sering disebut golden age atau masa keemasan.

2.2 Penilaian Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang


dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi,penyimpanan,metabolisme dan pengeluaran zt-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan,pertumbuhan,dan fungsi normal dari organ-
organ,serta menghasilkan energy.

Menurut (Supariasa,2001),pada dasarnya penilaian status gizi dibagi


menjadi dua bagian yaitu:

1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian,yaitu: antropometri,klinis,biokimia,dan biofisik.
 Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi,maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dannkomposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.
6
Kegunaan dari antropometri yaitu untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energy,dilihat dari pola makanan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak,otot,dan jumlah air dalam tubuh.
 Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidak kecukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti
kulit,mata,rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Kegunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid
clinical survey). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping
itu digunakan untuk mengetahui tingkt status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit.

 Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah,urine, tinja, dan juga
beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Kegunaan metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik,maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

7
 Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.
Kegunaan ini umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemic (epidemic of night bblindnes). Cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap).

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survey
konsumsi makanan, statistic vital dan factor ekologi. Pengertian dan
penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut:
 Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Kegunaannya yaitu pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat,keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi.

 Statistic Vital
Pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan menganalisis dan
beberapa statistic kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,angka
kesakitan dan kematian akibat penyeban tertentu dan data lainnya yng
berhubungan dengan gizi.
Kegunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
 Factor Ekologi

8
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa factor fisik,biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi
seperti iklim,tanah,irigasi,dan lain-lain.
Kegunaan factor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melKUKn
program intervensi gizi (Schrimshaw,1964). Secara ringkas penilaian status
gizi dapat dilihat pada bagian 2-1.

Penilaian Status Gizi

Pengukuran Langsung Pengukuran Tidak Langsung

9
1. Antropometri 1. Survei Konsumsi
2. Biokimia 2. Statistik Vital
3. Klinis 3. Factor Etiologi
4. Biofisik

Bagan: Metode Penilaian Status Gizi (Sumber:Disarikan dari Jelliffe D.B. dan Jelliffe E.F
Patrice.1989. Community Nutrition Assesment, Oxford University Press)

2.3 Indikator Pertumbuhan

1. Indeks Antropometri
a. Berat Badan Menurut Umur ( BB/U )
Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi. Berat badan menurut umur tidak sensitif untuk
mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan gizi masa lalu atau
masa kini. Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu
maupun masa kini. (Anggraeni, 2012).

b. Tinggi Badan Menurut Umur ( TB/U )


Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan bengoa
( 1973 ) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran
statis gizi masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan status sosial
ekonomi. (Anggraeni, 2012)
10
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan ( BB/TB )
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jelliffe pada tahun
1966 telah memperkirakan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi.
Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat
ini (sekarang ). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen
terhadap umur. (Anggraeni, 2012).

d. Indeks Masa Tubuh/IMT Anak ( IMT/U )


IMT/U adalah indikator yang terutama bermanfaat untuk penapisan
kelebihan berat badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat
dengan bertabahnya umur seperti yang terjadi pada berat badan dan tinggi
badan, tetapi pada bayi peningkatan IMT naik secara tajam karena terjadi
peningkatan berat badan secara cepat relatif terhadap panjang badan pada 6
bulan pertama kehidupan. IMT menurun pada bayi setelah 6 bulan dan tetap
stabil pada umur 2-5 tahun. (Anggraeni, 2012)

Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika


melakukan interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu
mempertimbangkan berat badan orang tua. Jika seseorang anak mempunyai
orang tua yang obes akan meningkatkan resiko terjadinya kelebihan berat
badan pada anak. Anak yang mempunyai salah satu orang tua yang obesitas,
kemungkinan 40 % untuk menjadi kelebihan berat badan. Jika kedua orang
tuanya obes, kemudian meningkat sampai 70 %. Perlu diketahui bahwa anak
yang pendek pun dapat mengalami kelebihan berat badan atau
obesitas. (Anggraeni, 2012).

e. Z-score
Z-Score merupakan indeks antropometri yang digunakan secara
internasional untuk menentukan status gizi dan pertumbuhan, yang
diekspresikan sebagai satuan standar deviasi (SD) populasi rujukan. Untuk
pengukuran z-score pada populasi yang distribusinya normal. Umumnya
digunakan pada indicator panjang atau tinggi badan anak. Dengan rumus
sebagai berikut :
Untuk Populasi yang distribusinya tidak normal

11
Rumus diatas M, L, dan S adalah nilai dari populasi referensi.
Rumus ini juga disebut rumus LMS, biasanya untuk menghitung Z-score
BB/U, BB/PB, BB/TB, dan IMT/U
Keterangan :
M = Nilai angka median referensi yang diperoleh dari estimasi rata-rata
populasi.
L = Nilai angka yang diperlukan untuk menstransformasikan data
dalam rangkauntuk mengurangi kemencengan kurva.
S = Koefisien variansi

2.4 Klasifikasi Status Gizi

Untuk mengetahui klasifikasi status gizi diperlukan batasan-batasan


yang disebut ambang batas. Batasan setiap Negara relative berbeda, tergantung
dari kesepakatan ahli gizi di Negara tersebut, berdasarkan hasil penelitian
empiris dan keadaan klinis.

a. Klasifikasi menurut Depkes RI (1999)


Buku petunjuk teknis pemantauan status gizi (PSG) anak balita tahun
1999 status gizi dibagi menjadi lima yaitu,gizi lebih,gizi baik,gizi
kurang,gizi sedang,dan gizi buruk. Indeks yang digunakan adalah berat
badan menurut umur (BB/U) (Supariasa),dkk.2002.

Table 2.1 klasifikasi status gizi masyarakat Depkes RI

Katagori Cute of point ( Lk/Pr sama)


Gizi lebih > 120% median BB/Ubaku WHO-NCHS,1983
Gizi baik 80%-120% % median BB/Ubaku WHO-NCHS,1983
Gizi sedang 70%-79,9% median BB/Ubaku WHO-NCHS,1983
Gizi kurang 60%-69,9% median BB/Ubaku WHO-NCHS,1983
Gizi buruk <60% median BB/Ubaku WHO-NCHS,1983

12
b. Klasifikasi Cara WHO
Indeks yang digunakan adalah BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standar
yang digunakan adalah NCHS (National Centre For Health
Statistics,USA)(Supariasa,dkk.2002).

Table 2.2 Klasifikasi Menurut Cara WHO

BB/TB BB/U TB/U Status Gizi


Normal Rendah Rendah Baik,pernah kurang gizi
Normal Normal Normal Baik
Normal Tinggi Tinggi Tinggi,masih baik
Rendah Rendah Tinggi Buruk
Rendah Rendah Normal Buruk,kurang
Rendah Noemal Tinggi Kurang
Tinggi Tinggi Rendah Lebih,obesitas
Tinggi Tinggi Normal Lebih,tidak obesitas
Tinggi Normal Rendah Lebih,pernah kurang

2.5 Parameter Penilaian Status Gizi

13
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia,
antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar lengan
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak bawah kulit.

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Karena jika
salah menentukan umur, maka akan menyebabkan interpretasi status gizi
menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat,
menjadi tidak berarti jika penentuan umur tidak tepat.

Untuk melengkapi data umur dilakukan beberapa cara sebagai berikut:

o Meminta surat kelahiran, kartu keluarga atau catatan lain yang dibuat
oleh orang tuanya. Apabila tidak ada, jika memungkinkan cobalah
minta catatan kelahiran pada pamong desa
o Jika diketahui kalender lokal seperti bulan Arab atau bulan lokal
(Jawa, Sunda, dll) cocokan dengan kalender nasional.
o Jika tidak diketahui, catatan kelahiran anak berdasarkan daya ingat
orang tua atau berdasarkan kejadian-kejadian penting, seperti
lebaran, tahun baru, puasa, peristiwa nasional, kejadian bencana, dll.
Sebelum pengumpulan data buatlah daftar tentang tanggal, bulan,
dan tahun kejadian dari peristiwa-peristiwa penting di daerah
tersebut.
o Cara lain yaitu dapat dilakukan dengan membandingkan anak yang
diketahui umurnya dengan anak kerabat/tetangga yang diketahui
pasti tanggal lahirnya, misalnya: beberapa bulan lebih tua atau lebih
muda.

14
o Jika tanggal lahirnya tidak diketahui dengan tepat, sedangkan bulan
dan tahun diketahui, maka tanggal lahir anak tersebut ditentukan
tanggal 15 bulan yang bersangkutan.

2. Berat Badan (BB)

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan


paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah 2,5 kg).
Pada masa bayi – balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi., kecuali terdapat kelainan klinis
seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Berat badan
menggamabrkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang.

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan,


antara lain:

o Parameter paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu


singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan
kesehatan
o Memberikan gambaran status gizi sekarang dan jika dilakukan secara
periodic memberikan gambaran yang baik untuk pertumbuhan
o KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik
untuk pendidikan dan monitor kesehatan anak menggunakan berat
badan sebagai dasar pengisiannya.

Alat yang digunakan untuk menimbang berat badanpun beragam, yaitu:


dacin, detecto, timbangan elektik, dll.

15
3. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick), factor umur
dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang
sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa
(microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.

4. Lingkar Lengan Atas (LLA)

Lingkar lengan atas memang merupakan salah satu pilihan untuk


menentukan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-
alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah.

Lingkar lengan atas pada wanita usia subur menurut Depkes RI


(1994) pengukuran LLA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah
salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh
masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK). Wanita usia subur adalah wanita usia 15 – 45 tahun. Ambang
batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila
ukuran kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LLA, artinya wanita
tersebut memiliki resiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan bayi
BBLR.

16
5. Lingkar Kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak


secara praktis yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari
besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala terutama
dihubungkan denga ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak
meningkat secara cepat selama satu tahun pertama, akan tetapi besar lingkar
kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi.

Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup
berarti dan menentukan KEP pada anak.

6. Lingkar Dada

Biasanya dilakukan pada anak umur 2 – 3 tahun, karena rasio lingkar


kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur itu, tulang
tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur
antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan lingkar dada adalah
kurang dari satu. Hal ini akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan,
atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada dapat digunakan sebagai
indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.

7. Jaringan Lunak
Otot, hati, jantung, dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang
cukup besar dari berat badan, tetapi relatif tidak berubah beratnya pada anak
malnutrisi. Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi
ada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat dilakukan pada kedua
jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat.

17
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di Indonesia
ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan baku HARVARDyang
disesuaikan untuk Indonesia (100% baku Indonesia = 50 persentile baku
Harvard) dan untuk lingkar lengan atas (LLA) digunakan baku WOLANSKI.

Ambang Batas Baku Untuk Keadaan Gizi Berdasarkan


STATUS Indeks
GIZI BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Gizi Baik > 80% > 85% > 90% > 85 > 85%
Gizi Kurang 61-80% 71 -85% 81-90% 71-85% 76-85%
Gizi Buruk ≤ 60% ≤ 70% ≤ 80% ≤ 70% ≤ 75%
Tabel 2.3 Penggolongan Keadaan Gizi menurut Indeks Antropometri (Sumber: Puslitbang
Gizi.1980. Pedoman Ringkas Cara Pengukuran Antropometri dan Penentuan Gizi. Bogor)

BAB III

METODE PENILAIAN STATUS GIZI

18
3.1 Pengukuran Tinggi Badan (TB)

Untuk mengukur tinggi badan anak-anak yang ada di posyandu melati,


kami menggunakan alat ukur yaitu mikrotoa (mikrotoise).

Berikut
adalah cara melakukan
memasang
mikrotoise yang
benar:

1. Pilih bidang vertikal yang datar (misalnya tembok/ bidang pengukuran


lainnya) sebagai tempat untuk meletakkan
2. Pasang Microtoise pada bidang tersebut dengan kuat dengan cara
meletakkannya di dasar bidang / lantai), kemudian tarik ujung meteran
hingga 2 meter ke atas secara vertikal / lurus hingga Microtoise
menunjukkan angka nol.
3. Pasang penguat seperti paku dan lakban pada ujung Microtoise agar posisi
alat tidak bergeser (hanya berlaku pada Microtoise portable).

Cara mengukur dengan Microtoise:

1. Mintalah subjek yang akan diukur untuk melepaskan alas kaki (sepatu dan kaos
kaki) dan melonggarkan ikatan rambut (bila ada)
2. Persilahkan subjek untuk berdiri tepat di bawah Microtoise.
19
3. Pastikan subjek berdiri tegap, pandangan lurus ke depan, kedua lengan berada di
samping, posisi lutut tegak / tidak menekuk, dan telapak tangan menghadap ke paha
(posisi siap).
4. Setelah itu pastikan pula kepala, punggung, bokong, betis dan tumit menempel pada
bidang vertikal / tembok / dinding(bagi subjek yang normal) sedangkan untuk
subjek yang obes (gemuk) hal-hal yang perlu diperhatiakn adalah punggung,
bokong, dan betis harus menyentuh dinding/tembok dan subjek harus dalam
keadaan rileks.
5. Tumit rapat tetapi ibu jari kaki tidak rapat
6. Turunkan Microtoise hingga mengenai / menyentuh rambut subjek namun tidak
terlalu menekan (pas dengan kepala) dan posisi Microtoise tegak lurus.
7. Catat hasil pengukuran

Posisi Mengukur
tinggi badan yang benar

Cara membaca angka tinggi badan :

1. Pembacaan dilakukan setelah anak selesai diukur pada skala yang ditunjuk oleh
sudut segitiga siku-siku
2. Lihat skala panjang di bawah sudut siku

20
a. Baca angka dibawah sisi segitiga siku-siku tersebut yang menunjukkan
angka dalam cm.
b. Jumlah skala kecil diatas kala panjang menunjukkan milimeter (per 10 cm).
c. Sudut segitiga siku-siku tepat di skala panjang baca 109,3 cm.

3.2Pengukuran Berat Badan (BB)

Untuk mengetahui berat


badan anak- anak yang ada di posyandu melati,
kami menggunakan alat timbang elektrik, yaitu untuk mempermudah kami dalam
menimbang berat badan mereka serta untuk efisiensi waktu.

Prosedur penimbangan berat badan untuk orang dewasa dapat dilakukan dengan
cara berikut:

1. Pengukuran berat badan hendaknya dilakukan setelah sisa-sisa makanan diperut


kosong dan sebelum makan (waktu yang dianjurkan adalah di pagi hari).
2. Letakkan alat timbangan berat badan di tempat yang datar.
3. Sebelum melakukan penimbangan, hendaknya timbangan digital/jarum
dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan berat standar. Jika hasilnya sesuai
maka alat timbang dapat digunakan. Berat standar dapat menggunakan air
mineral dalam botol 1,5 L sebanyak 4 buah (Berat jenis air adalah 1 gram /ml)
sehingga hasil pengukuran yang dihasilkan akan menunjukkan nilai 6 kg

21
ataupun menggunakan benda lain yang memiliki berat standar seperti dumbbell
5 kg.
4. Setelah alat siap. Mintalah subjek untuk melepaskan alas kaki (sepatu dan kaos
kaki), asesoris yang digunakan (jam, cincin, gelang kalung, kacamata, dan lain-
lain yang memiliki berat maupun barang yang terbuat dari logam lainnya) dan
pakaian luar seperti jaket. Saat menimbang sebaikya subjek menggunakan
pakaian seringan mungkin untuk mengurangi bias / error saat pengukuran.
5. Setelah itu mintalah subjek untuk naik ke atas timbangan, kemudian berdiri
tegak pada bagian tengah timbangan dengan pandangan lurus ke depan.
6. Pastikan pula subjek dalam keadaan rileks / tidak bergerak-gerak.
7. Catat hasil pengukuran dalam satuan kilogram (Kg).

3.3 pengukuran panjang badan


Pengukuran panjang badan Pengukuran ini digunakan utuk mengukur
panjanng badan bagi anak yang berusia < 2 tahun dan panjang badan ≤ 50 cm serta
menggunakan alat ukur panjang badan. Menggunakan alat pegukur panjang badan
yang terbuat dari papan kayu yang dikenal dengan nama Length Board.

Prosedur penimbangan berat badan untuk orang dewasa dapat dilakukan dengan
cara berikut:
22
Cara pengukuran :

1. Letakan pengukur panjang badan pada meja atau tempat yang rata .Bila tidak ada
meja,alat dapat diletakkan di atas tempat yang datar (misalnya, lantai).

2. Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala di sebelah kiri dan panel penggeser
disebelah kanan pengukur. Panel kepala adalah bagian yang tidak bisa digeser.

3. Tarik geser bagian panel yang dapat digeser sampai diperkirakan cukup panjang untuk
menaruh bayi/anak.

4. Baringkan bayi/ anak dengan posisi terlentang, diantara kedua siku, dan kepala bayi/anak
menempel pada bagian panel yang tidak dapat digeser.

5. Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/ anak sampai lurus dan menempel pada
meja/tempat menaruh alat ukur. Tekan telapak kaki bayi/anak sampai membentuk siku,
kemudian geser bagian panel yang dapat digeser sampai persis menempel pada telapak
kaki bayi/ anak.

6. Bacalah panjang badan bayi/anak pada skala kearah angka yang lebih besar.
Misalkan:67,5 cm.Jangan lupa untuk mencatat hasil pengukuran.

7. Setelah pengukuran selesai, kemudian bayi/anak diangkat.

BAB IV

23
METODOLOGI PRAKTIKUM

4.1 Lokasi dan waktu pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan ,Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pada hari Rabu 14


november 2018. Pada jam 08.00 – 10.30 WIB.

4.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah:
- Mikrotoise (mikrotoa)
- Timbangan elektrik
- lengthboard
- Lakban
- Gunting
- Buku
- Pulpen

4.3 Sampel/Populasi
Sampel yang digunakan adalah anak-anak yang ada di posyandu melati pada
tanggal dilakukannya pengukuran, yaitu: Rabu,14 november 2018

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL

24
Tabel 5.1 Interpretasi IMT/U di Posyandu Melati

Klasifikasi Indeks Massa Jumlah


Tubuh
Sangat Gemuk (Obes) >3 SD 2
Gemuk (Overweight) >2 SD – 3 SD 2
Risiko Gemuk >1 SD – 2 SD 2
Normal -2 SD – 1 SD 15
Kurus (Wasted) -3 SD - < - 2 SD 0
Sangat Kurus (Severe Wasted) < - 3 SD 0

Tabel 5.2 Interpretasi BB/U di Posyandu Melati

Klasifikasi Indeks Massa Jumlah


Tubuh
BB sangat lebih >3 SD 1
BB lebih >2 SD – 3 SD 2
BB normal -2 SD – 2 SD 16
BB kurang (under-weight) < - 2SD – -3 SD 1
BB sangat kurang (severe underweight) < - 3 SD 1

Tabel 5.3 Interpretasi TB/U di Posyandu Melati

Klasifikasi Indeks Massa Jumlah


Tubuh
Normal ≥ -2 SD 19
Pendek < -2 SD s/d -3 SD 1
Sangat pendek < -3 SD 1

25
Tabel 5.4 Interpretasi BB/TB di Posyandu Melati

Klasifikasi Indeks Massa Jumlah


Tubuh
Sangat Gemuk (Obes) > 3 SD 3
Gemuk (Overweight) > 2 SD s/d 3 SD 2
Risiko Gemuk > 1 SD s/d 2 SD 2
Normal -2 SD s/d 1 SD 12
Kurus (Wasted) -3 SD s/d < -2 SD 2
Sangat Kurus (Severe Wasted) < -3 SD 0

 Populasi
Populasi yang ada di posyandu melati yaitu sebanyak 18 orang anak-anak.
 Sampel
Pada saat kami melakukan pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB) di
POSYANDU MELATI kami mendapatkan sampel sebanyak 18 orang anak-anak.
Sementara 28 orang lainnya tanpa keterangan.

 Data Primer
Data primer yaitu data yang kami dapatkan secara langsung. Dengan cara mengukur
langsung anak-anak yang ada disana, adapun parameter yang kami ukur yaitu tinggi
badan (TB), berat badan (BB), dan umur anak-anak di posyandu melati.

Data Primer Tinggi Badan (TB)


Untuk mengukur tinggi badan anak-anak yang ada disana, kami
menggunakan alat ukur antropometri yaitu Mikrotoa. Mikrotoa yang kami
gunakan adalah merk seca dengan kapasitas 250 cm. Dengan menggunakan alat

26
ukur mikrotoa kami dapat mengetahui berapa tinggi anak-anak yang ada di
Posyandu Melati
Data Primer Berat Badan (BB)
Untuk mengetahui BB anak-anak yang ada disana, kami menggunakan
timbangan elektrik dengan merk Camry EB9003 dengan kapasitas 150 kg..
Dengan menggunakan alat ukur timbangan digital kami dapat mengetahui
berapa berat badan anak-anak yang ada di Posyandu Melati
Data Primer Umur

Setelah mendapatkan hasil dari pengukuran TB dan BB anak-anak


tersebut, maka kami dapat mengetahui berapa umur anak-anak yang ada disana
pada saat kami melakukan pengukuran.

 Data Sekunder

Data sekunder di dapatkan dari hasil analisis data yang diperoleh dari
perhitungan data primer.

Tabel 5.5 Klasifikasi Penilaian Status Gizi Pada Balita

Indicator Status Gizi Z – Score


BB/U Gizi Buruk < - 3,0 SD
Gizi Kurang -3,0 SD s/d < - 2,0 SD
Gizi Baik -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gizi Lebih >2,0 SD

27
TB/U Sangat Pendek < - 3,0 SD
Pendek -3,0 SD s/d < - 2,0 SD
Normal ≥ - 2,0 SD
BB/TB Sangat Kurus < - 3,0 SD
Kurus -3,0 SD s/d < - 2,0 SD
Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gemuk >2,0 SD
Sumber: Kepmenkes No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri
penilaian status gizi anak

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan tinggi badan Anak di Posyandu Melati

tinggi (cm) Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi %


Relatif
80-85 1 0,125 125
86-70 1 0,125 125
71-75
76-80 2 0,25 25
81-85 1 0,125 125
86-90 1 0,125 125
91-95
96-100
101-105 3 0,375 375

28
Sampel tinggi badan : 8 orang

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Anak di Posyandu Melati

Berat Badan Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi %


Relatif
4-8 11 0,61 61
9-13 5 0,27 27
14-18 1 0,05 05
19 1 0,05 05

Sampel berat badan : 18 orang

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan panjang badan Anak di Posyandu Melati

Berat Badan Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi %


Relatif
57-60 1 0,09 09
61-63
64-66 1 0,09 09
67-70 4 0,36 36
71-73 1 0,09 09
74-76 4 0,36 36

Sampel panjang badan : 11 orang

29
Klasifikasi menurut umur anak

Tabel 5.10. Klasifikasi menurut Gomez

Kategori BB/U Klasifikasi


> 90% Normal
90 – 75% Malnutrisi Ringan (Grade 1)
75 – 61% Malnutrisi Sedang (Grade 2)
≤ 60% Malnutrisi Berat (Grade 3)

Table 5.11 Klasifikasi menurut Jelliffe

Kategori BB/U Klasifikasi


110 - 90% Normal
90 – 81% Malnutrisi Ringan (Grade 1)
80 – 61% Malnutrisi Sedang (Grade 2 dan 3)
≤ 60% Malnutrisi Berat (Grade 4)

30
3. Klasifikasi di Indonesia

Menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian kenaikan berat


badan dicatat pada KMS. Bila terdapat kenaikan tiap bulan adalah normal, bila tidak
terdapat kenaikan : risiko tinggi terjadinya gangguan pertumbuhan.

B. Tinggi badan terhadap umur

Table 5.12 Kanawati dan McLaren

Kategori TB/U Klasifikasi


≥ 90% Normal
95 - 90% Malnutrisi Ringan
70 – 85 % Malnutrisi Sedang
85 % Malnutrisi Berat

Table 5.13 CDC/WHO

Kategori TB/U Klasifikasi


≥ 90% Normal
< 90% Malnutrisi Kronis
31
C.Berat terhadap tinggi badan

Table 5.14 McLaren/Read

Kategori TB/U Klasifikasi


110 - 90% Normal
90 - 85% Malnutrisi Ringan
85 - 75 % Malnutrisi Sedang
< 75 % dengan/ tanpa edema Malnutrisi Berat

Table 5.15 Waterlow

Kategori TB/U Klasifikasi


110 - 90% Normal
90 - 80% Malnutrisi Ringan
80 - 70% Malnutrisi Sedang
< 70 % Malnutrisi Berat

Table 5.16 CDC/WHO

Kategori TB/U Klasifikasi


85 - 80% Malnutrisi Sedang
< 80% Malnutrisi Akut

32
Table 5.17 NCHS

Kategori TB/U Klasifikasi


Persentil ke 75 – 25 Normal
Persentil ke 10 – 5 Malnutrisi Sedang
Persentil ke 5 Malnutrisi Berat

5.2 Pembahasan

A. IMT

Seperti diketahui, indeks masa tubuh perempuan dan laki-laki bisa


dihitungberdasarkan BMI nya, yaitu perbandingan antara berat dan tingginya.
BMIadalah angka yang cukup dapat diandalkan sebagai indikator body fatnessuntuk
sebagian besar orang, meskipun BMI tidak mengukur secaralangsung kandungan
lemak tubuh. Namun, penelitian-penelitianterdahulu dapat menyimpulkan bahwa
BMI berkorelasi secara langsungdengan lemak tubuh.

B. Berat Badan (BB)

Berat badan adalah parameter pertumbuhan paling sederhana, mudah diukur,


pengukuran ulangnya juga mudah, dan bias sebagai indeks status nutrisi sesaat.
Beberapa keadaan sakit pada anak bisa mempengaruhi berat badan, contohnya jika
ada edema, organomegali, hidrosefalus, dan sebagainya. Jika terdapat keadaan
seperti itu, maka indeks antropometri dengan menggunakan berat badan tidak dapat
dipakai untuk menilai status nutrisi. Untuk evaluasi diperlukan data antropometri
lainnya yang tepat, jenis kelamin dan acuan standar. Hasil pengukuran berat badan
dipetakan pada kurva standar berat badan/umur (BB/U) dan berat badan/tinggi
badan (BB/TB).

33
Dari data table diatas didapatkan hasil bahwa berat badan menurut umur
siswa TK Tunas Rimba II rata-rata normal.

B. Tinggi Badan (TB)

Tinggi Badan harus diukur pada tiap kunjungan. Pengukuran tinggi badan
adalah sederhana, mudah, dan apanila dikaitkan dengan hasil pengukuran berat
badan akan memberikan informasi yang mempunyai makna tentang status nutrisi
dan pertumbuhan fisik anak.

Sama seperti pengukuran berat badan pengukuran tinggi badan juga membutuhkan
informasi mengenai umur yang tepat, jenis kelamin, dan baku yang diacu. Tinggi
badan dipetakan pada kurva tinggi badan atau dihitung berdasarkan standar baku
dan dinyatakan dalam persen.

Dari table diatas didapatkan hasil bahwa tinggi badan menurut umur TK
Tunas Rimba II rata-rata normal.

34
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan IMT/U, BB/U, TB/U dan BB/TB

 Status gizi balita merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena masa
balita merupakan periode perkembangan yang rentan dengan gizi. Pemenuhan gizi
pada anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan faktor yang perlu
diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita merupakan periode
perkembangan yang rentan gizi.
 Kasus kematian yang terjadi pada balita merupakan salah satu akibat dari gizi
buruk. Gizi buruk dimulai dari penurunan berat badan ideal seorang anak sampai
akhirnya terlihat sangat buruk [6]. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan seluruh
Indonesia terjadi penurunan kasus gizi buruk yaitu pada tahun 2005 tercatat 76.178
35
kasus kemudian turun menjadi 50.106 kasus pada tahun 2006 dan terjadi 39.080
kasus pada tahun 2007 [1]. Penurunan kasus gizi buruk dari tahun ke tahun ini
belum dapat dipastikan karena adanya kasus yang tidak terlaporkan.
 Ada beberapa hal indikator dalam penilaian status gizi yaitu indikator
pertumbuhan yang meliputi :
a. Berat Badan Menurut Umur ( BB/U )
b. Tinggi Badan Menurut Umur ( TB/U )
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan ( BB/TB
d. Indeks Masa Tubuh/IMT Anak ( IMT/U )
e. Z-Score : merupakan indeks antropometri yang digunakan secara
internasional untuk menentukan status gizi dan pertumbuhan, yang diekspresikan
sebagai satuan standar deviasi (SD) populasi rujukan.
 Parameter penilaian status gizi yaitu meliputi :
a). Umur
b). Berat Badan (BB)
c). Tinggi Badan (TB)
d). Jaringan lunak
e). Lingkar Lengan Atas (LLA)
d). Lingkar Kepala
e). Lingkar Dada
 Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian,yaitu:
antropometri,klinis,biokimia,dan biofisik.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survey konsumsi
makanan, statistic vital dan factor ekologi.

6.2 Saran

Demikian Laporan yang kami buat untuk memenuhi Tugas mata kuliah penilaian status
gizi , semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah pengetahuan serta lebih
memahami penilaian status gizi.

36
DAFTAR PUSTAKA

http://henymei43.blogspot.com/2014/02/laporan-praktikum-psg.html

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Sampel Posyandu Melati

NAMA L/P TL TB PB BB
(cm) (cm) (kg)
ABDUL SYAHIR L 04 – 08 - 2017 - - -
AHMAD SYAKIR L 17 – 07 - 2014 104. 5 - 17,8
AHMAD FAHREJARAHMAN L 05 – 12 - 2016 - - -
AHMAD ISA L 13 – 12 - 2015 - - -
AGUS HILMI L 08 – 08 - 2018 - 57,5 4,4
AL ZAHRAH P 06 – 11 – 2016 - - -
AINUN P 15 – 04 - 2015 - - -
ARSYMA ARAHMA P 03 – 01 - 2018 - 71,9 7,2
ASMIA P 06 – 02 - 2018 - 68,5 6,8
AZZURA P 02 – 10 - 2017 - - -
ARSILA RAFANDA P 20 – 08 - 2016 - - -
ELVAN SAHREZA L 01 – 01 - 2018 - - -
FAHRI FIRDAUN L 12 – 09 - 2014 104 - 19,1
FAJAR KURNIAWAN L 03 – 08 - 2016 - - -

37
HASBI AKBAR L 04 – 12 - 2017 - 74,5 8,1
M. NORHADI L 19 – 12 - 2015 86 - 9,8
M. ADAM PRATAMA L 01 – 10 - 2016 79,5 - 9,5
M. NAFI L 19 – 04 – 2017 - 76,3 8,9
M. BIM ARAQUNA SUBAGIO L 08 – 10 – 2015 - - -
M. RISKI L 18 – 07 – 2016 - - -
M. HILMI L 21 – 08 – 2017 - - -
M. NAFIS L 18 – 04 – 2017 - 75,6 9,4
M. RAFIQ NARDI L 21 – 06 – 2016 - - -
M. RAYHAN L 06 – 08 – 2016 86,5 - 10,3
M. HAKIM L 11 – 03 – 2018 - 70,4 7,7
M. ALORIDAUS L 17 – 01 – 2018 - - -
M. RAHIM A. L 26 – 05 – 2018 - - -
M. NABIL L 10 – 07 – 2018 - 66 6,7
M. RIDANI L 02 – 06 – 2018 - 69 7,5
M. HUSIN L 20 – 02 – 2017 - - -
MILKA HUMAIRA AMALIA P 16 – 11 – 2017 - - -
M. AKBAR L 06 – 07 – 2018 - - -
NABILA P 10 – 09 – 2015 - - -
NORAINI P 11 – 03 – 2018 - - -
NORALISA P 01 – 02 – 2018 - 68,2 7,0
PUTRI DWI AYU P 13 – 03 – 2015 79 - 8,2
PUTRI BELLA AYU P 21 – 08 – 2017 - - -
RAHEL RAMADANI P 02 – 07 – 2014 - - -
RAFI ALFAREZI L 02 – 03 – 2018 - 76,4 9,5
SALA P 16 – 06 – 2015 - - -
SITI NAILA P 28 – 01 – 2017 80,6 - 8,9
SITI SAFIRA P 10 – 08 – 2017 - - -
WIRDA SALSA BELLA P 04 – 05 – 2016 - - -
YASMIN P 19 – 06 – 2017 - - -
YUDI HAIRUL SALEH L 19 – 10 – 2015 - - -
ZAHRA AYU RAMADANI P 18 – 06 – 2017 - - -

38
39

Anda mungkin juga menyukai