DISUSUN OLEH :
Liu Su Na 20180311150
2019
Tgl Praktikum : 12 April 2019
I. TUJUAN
Nilai IMT diberikan atas lima kriteria yaitu: kurus berat (<17 kg/m2),
kurus ringan (17,0 –18,4 kg/m2),normal(18,5 - 25,0 kg/m2), gemuk ringan (25,1 –
27,0 kg/m2 ) dan gemuk berat ( > 27 kg/m2 ).
b. Berat badan
Penimbangan berat badan terbaik dilakukan pada pagi hari bangun
tidur sebelum makan pagi, sesudah 10-12 jam pengosongan lambung.
Timbangan badan perlu dikalibrasi pada angka nol sebagai permulaan dan
memiliki ketelitian 0,1kg. Berat badan dapat dijadikan sebagai ukuran yang
reliable dengan mengkombinasikan dan mempertimbangkannya terhadap
parameter lain seperti tinggi badan, dimensi kerangka tubuh, proporsi lemak,
otot, tulang dan komponen berat patologis (seperti edema dan splenomegali).
Berat badan ideal orang dewasa dapat diperoleh menggunakan formula
Lorentz:
Kategori Kg/m2
BB kurang <18.5
Obes II >30
Tabel 2. Tabel IMT berdasarkan usia dan jenis kelamin untuk anak-anak dan
remaja.
Kategori Jarak Persentil
VI. PEMBAHASAN
Pada kategori yang pertama yaitu kategori Underweight terdapat 1 orang yang
mengalami dimana rentang IMT <18,50. Underweight merupakan keadaan gizi
kurang yang terjadi akibat kurangnya asupan zat gizi. Menurut Depkes RI,
underweight adalah status gizi yang didasarkan pada indeks massa tubuh, yang
merupakan padanan istilah dari Gizi Kurang. Menurut WHO, underweight
merupakan status gizi yang menggambarkan gizi kurang yaitu saat IMT (Indeks
Massa Tubuh) kurang dari 18.5 kg/m2. Faktor penyebab underweight dapat
dibedakan berdasarkan dua faktor yakni faktor fisiologis dan psikologis.
1) Kurang asupan makanan
Kurangnya asupan makanan dapat disebabkan oleh berbagai keadaan seperti
keadaan sakit, stres, mengkonsumsi obat-obatan tertentu, serta aktivitas harian
yang tinggi. Kurangnya asupan makanan juga dapat disebabkan oleh diet atau
pola makan yang tidak benar.
2) Aktivitas fisik yang tinggi
Seseorang dengan aktivitas tinggi seperti atlet/olahragawan lebih berisiko
mengalami underweight dari pada individu dengan aktivitas rendah. Saat
melakukan aktivitas tinggi, tubuh akan membakar lebih banyak kalori
sehingga tidak banyak nutrisi yang dapat disimpan.
3) Penyerapan nutrisi tidak adekuat
Setiap tubuh memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Beberapa orang
memiliki kecenderungan metabolisme tubuh lebih cepat dibandingkan dengan
orang lain, disertai dengan proses absorbsi yang tidak maksimal. Hal ini
menyebabkan tubuh tidak mendapat nutrisi sesuai dengan yang kebutuhan dan
berujung pada terjadinya underweight.
4) Faktor Genetik
Faktor genetik yang diturunkan pada seseorang dapat membuat kadar
metabolisme yang tinggi ataupun sel lemak badan yang kurang.
5) Faktor Usia
Usia dapat berpengaruh terhadap terjadinya underweight. Saat usia bertambah
tua kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi akan berkurang.
Pada kategori yang kedua yaitu kategori Mild thinness terdapat 6 orang yang
mengalami dimana rentang IMT 17,00-18,49. Pada kondisi Mild thinness adalah
kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan berat badan tingkat ringan
dimana seseorang akan mengalami terjadi karena mengkonsumsi energi yang
lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh
dalam bentuk lemak akan digunakan. Kategori ini juga perlu diperhatikan gizi
dalam tubuhnya karena jika tidak dapat berisiko terkena penyakit infeksi, depresi,
anemia, diare, dan berbagai penyakit yang memungkinkan.
Pada kategori yang ketiga yaitu kategori Normal terdapat 12 orang yang
mengalami dimana rentang IMT 18,50 – 24,99. Pada kondisi normal adalah
kondisi di mana seseorang tidak mengalami kelebihan maupun kekurangan berat
badan sehingga tidak akan menimbulkan hal- hal yang beresiko terhadap penyakit
yang dapat membahayakan tubuh.
Pada kategori yang keempat yaitu kategori Pre-obesitas terdapat 4 orang yang
mengalami dimana rentang IMT 25,00-29,99. Pada kondisi Pre-obesitas harus
dicari lebih dulu adalah apakah terdapat komorbid yang dimiliki pasien tersebut.
Yang dimaksud dengan komorbid adalah adanya penyakit komplikasi dari
obesitas atau penyakit yang akan bertambah berat karena obesitas. Kondisi
tersebut diantaranya adalah: hipertensi, diabetes, dislipidemia, penyakit jantung
koroner, osteoarthritis, sleep apneu dan lain-lain. Hal yang dapat dilakukan berupa
perubahan pola hidup, pengaturan makan serta aktifitas fisik. Hal ini harus
dilakukan secara intensif yang bertujuan membuat berat badan menjadi normal
kembali atau paling kurang tidak membuat pasien bertambah gemuk lagi.
Pada kategori yang kelima yaitu kategori Obesitas klas III terdapat 1 orang yang
mengalami dimana rentang IMT >40,00. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam
tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar
organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya
(Misnadierly, 2007).
b. Jantung koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat
penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 % mendapat resiko terserang
penyakit jantung koroner. Meningkatnya factor resiko penyakit jantung
koroner sejalan (Purwati, 2010)
c. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi
tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih
dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita
kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang
abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin
menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan mengurangi konsumsi
bahan makanan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi makanan
tinggi serat (Purwati, 2001)
d. Gout
VI. Kesimpulan
Dari hasil pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan dapat di simpulkan:
1. Sebanyak 1 orang mengalami Underwight
2. Sebanyak 6 orang mengalami Mild thinness
3. Sebanyak 12 orang mengalami Normal
4. Sebanyak 4 orang mengalami Pre-obesitas
5. Sebanyak 1 orang mengalami Obesitas tingkat III
DAFTAR PUSTAKA
WHO. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Report of a WHO
consultation. Geneva, Switzerland: WHO; 2000
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI.Laporan Nasional
Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Balitbangkes Depkes RI; 2008
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Katalog dalam Terbitan Kementerian
Kesehatan RI Indonesia: Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2012,
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. 2nd. ed. Suryani, editor.
Jakarta: EGC; 2008.
Bisara, D. Supraptini, & Tin A. 2002. Status Gizi Wanita Usia Subur (WUS) dan
Balita di Indonesia Menurut Data SKRT 2001. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Purwanti, S. Rahayu, Salimar. Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan.
Jakarta: Penebar Swadaya; 2001
Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. 2nd. ed. Suryani, editor.
Jakarta: EGC; 2008.
Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd. ed. Novrianti A, Dany F,
Resmisari T, Rachman LY, Muttaqin H, Nugroho AW, et al editors. Jakarta:
EGC; 2008
Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), Jakarta: 2003