DiSusun Oleh:
NUR ALIAH
(NH0117098)
A. Pengertian IMT
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah suatu pengukuran yang membandingkan berat
badan seseorang yang dibagi dengan kuadrat dari tinggi badannya. Metode ini bisa
memperkirakan lemah tubuh, tetapi tidak dapat diartikan sebagai persentase yang pasti
dari lemak tubuh. Metode ini sangat berguna untuk memperkirakan berat badan seseorang
yang ideal dari hasil perbandingan dari berat badan dan tinggi badannya. Selain itu,
Indeks massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi
remaja dan dewasa. Karena kemudahannya dalam pengukuran serta perhitungannya,
maka metode ini telah digunakan secara luas sebagai alat untuk mengidentifikasi masalah
berat badan dikalangan masyarakat seperti malnutrisi yang terjadi dimasyarakat.
Keterangan:
IMT: Indeks Massa Tubuh
BB: Berat Badan
TB: Tinggi Badan dalam meter
Contoh:
Misalkan berat badan anda 70 kilogram dan tinggi badan anda 175 cm, maka:
IMT= 70 / (1,75x1,75)=22,86
Namun jika cara menghitung indeks massa tubuh ini menggunakan kalkulator,
mungkin akan kesulitan. Namun hal tersebut bisa diakali dengan cara hitung sebagai
berikut:
70/ 1,75/1,75=22,86
Nilai yang dihasilkan adalah dalam kg/m2. Dalam beberapa kasus nilai tersebut bisa
diabaikan.
C. Kategori Indeks Massa Tubuh
Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi
menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur
bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik
mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009).
Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obes. Standar baru untuk IMT
telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI di bawah 18,5 sebagai
sangat kurus atau underweight, IMT melebihi 23 sebagai berat badan lebih atau
overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. IMT yang ideal bagi orang
dewasa adalah diantara 18,5 sehingga 22,9. Obesitas dikategorikan pada tiga tingkat:
tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), dan tingkat III (>40) (CDC, 2002).
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada
akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai
berikut:
IMT KATEGORI
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 – 22,9 Berat badan normal
≥ 23,0 Kelebihan berat badan
23,0 – 24,9 Beresiko menjadi obes
25,0 – 29.9 Obes I
≥ 30,0 Obes II
Meskipun IMT pada umumnya dapat digunakan pada pria dan wanita, namun ada
pengecualian:
Penyakit jantung
Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Kolesterol LDL tinggi (kolesterol "jahat")
Kolesterol HDL rendah (kolesterol "baik")
Trigliserida tinggi
Diabetes (glukosa darah tinggi)
Untuk orang-orang yang gemuk (BMI 25-29,9) dan obesitas (IMT lebih besar atau
sama dengan 30) memiliki dua atau lebih faktor risiko diatas, sangat disarankan
untuk menurunkan berat badan. Penurunan berat badan 5 hingga 10% dari berat
badan Anda saat ini (gemuk/obesitas) akan sangat membantu menurunkan risiko
terkena penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui apakah Anda berada dalam risiko
tersebut atau apakah Anda harus segera menurunkan berat badan. Dokter akan
mengevaluasi IMT Anda, lingkar pinggang dan faktor risiko lain.
BAB II
ZAT GIZI MAKRO DAN MIKRO
a. Asupan Karbohidrat
Karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Jenis
monosakarida dan disakarida digolongkan kedalam karbohidrat sederhana, sedangkan
poli sakarida seperti glikogen, starch dan serat digolongkan kedalam karbohidrat
kompleks. Karbohidrat sederhana atau disebut juga dengan gula sederhana mudah
dicerna untuk menghasilakn energi yang dapat langsung dipergunakan oleh tubuh.
Sedangkan karbohidrat komplek seperti glikogen dan starch merupakan cadangan
energi yang mudah di cerna ketika diperlukan sewaktu-waktu oleh tubuh. Karbohidrat
komplek berperan dalam mengendalikan kadar gula darah tubuh.
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi sel-sel tubuh, terutama
sel-sel tubuh, terutama sel-sel otak dan sistem saraf pusat yang membutuhkan asupan
glukosa darah. Setiap 1 (satu) gram karbohidrat menyediakan energi sebesar 4 kalori.
Selain itu karbohidrat juga berperan dalam fungsi jaringan tubuh, membantu regulasi
metanolisme protein, mempengaruhi metabolisme lemak, dan glikogen merupakan
cadangan energi yang berguna untuk melindungi sel-sel, terutama sel-sel otak dari
tekanan fungsi metabolisme dan cidera.
b. Asupan Lemak
Lemak merupakan gizi makro kedua yang menghasilkan energi setelah
karbohidrat. Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan trigliserida. Asam lemak
berdasarkan ikatan rangkap dibedakan menjadi asam lemak jenuh atau saturated fatty
acid (SFA) yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap dan asam lemak
tidak jenuh atau unsaturated fatty acid (UFA) yaitu asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap . UFA dibedakan menjadi mono unsaturated fatty acid (MUFA) yaitu
memiliki 1 (satu) ikatan rangkap dan polly unsaturated fatty acid (PUFA) yaitu
memiliki 2 (dua) atau lebih ikatan rankap. Sedangkan trigselarida dibentuk menjadi 3
asam lemak dan satu gliserol. Trigliserida merupakan cadangan asam lemak yang
terdapat dalam tubuh.
Lemak mempunyai beberapa fungsi khusus bagi tubuh. Lemak yang berasal dari
makanan berfungsi untuk absorbsi vitain larut lemak, menyediakan asam lemak
esendial dan menyediakan energi bagi tubuh. Energi yang diperoleh dari lemak
makanan sebesar 9 kalori setiap 1 (satu) gram lemak. Disamping lemak yang berasal
dari makanan, lemak yang terdapat dalam tubuh manusia juga memiliki fungsi
sebagai alat pelindungan organ-organ tubuh yang penting, menjaga suhu tubuh,
transmisi implus-implus saraf, struktur membran sel dan prekursor fungsi
metabolisme.
c. Asupan Protein
Protein dibentuk dari asam-asam maino yang bergabung menjadi beberapa rantai
peptida. Dari 20 asam amino yang membentuk protein, 9 diantaranya tidak dapat
disintesis oelh tubuh dan harus diperoleh dari asupan makanan atau dikenal dengan
asam amino esensial. Asam amino esensial meliputi histidine, isoleucine, leucine,
lysine, methionine, phenylalanine, theronine, trypthophan,dan valine. Beberapa jenis
protein diantaranya yaitu myosin, kolagen, hemoglobin, albumin dan bentuk protein
lainnya dengan fungsi khusus. Myosin merupakan protein otot yang berperan pada
saat kontraksi otot, kolagen berperan dalam memperkuat jaringan tulang, tulang
rawan dan kulit untuk memperthankan bentuk tubuh. Hemoglobin berperan dalam
menganggkut oksigen keseluruh tubuh dan albumin merupakan plasma protein yang
berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh.
Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membantu dan mempertahankan
jaringan tubuh, menghasilakn neurotransminator bagi otak dan fungsi saraf, hormon,
mempertahankan fungsi imunitas tubuh, mempertahankan keseimbangan cairan dan
sebagai sumber energi. 1 (satu) gram protein menghasilak energi sebesar 4 kalori.
A. Kurang Gizi
Secara umum pokok persoalan ini berkaitan dengan kecepatan berat yang hilang.
Kecepatan (=rate) berat yang hilang adalah proporsional dengan energi yang hilang.
Kecepatan hilan/terlepasnya berat lebih cepat daripada yang diberikan oleh energi yang
berasal dari makanan di bawah kebutuhan hidup pokok. Penelitian menunjukkan bahwa
penurunan berat tubuh melibatkan hilangnya Lean Body Mass dan fat. Kontribusi
masing-masing komponen pada jumlah total yang hilanh tergantung pada dua faktor
berikut.
a. Faktor awal adalah berat kandungan lemak dan besarnya energi yang berkurang.
Sebagai contoh, pada keadaaan kurus seseorang, maka akan terjadi pengurangan
jumlah lemak dengan kecepatan 2 kali lebih besar daripada jumlah nitrogen per
kilogram berat yang hilang. Demikian juga yang terjadi pada orang yang kegemukan,
dengan catatan bahwa orang menjadi cepat kurus bila diet yang dikonsumsi memiliki
energi sebesar 1400 – 1900 kkal yang lebih besat daripada besar relatif LBM yang
hilang per unit berat yang hilang dibanding yang terjadi pada individu obese.
b. Faktor kedua adalah keseimbangan penting untuk semua kategori kandungan lemak
(fat) awal yang telah di pelajari terdahulu. perbandingan ΔLBM: ΔW langsung
berhubungan dengan besarnya energi yang hilang. Perbandingan (ratio) ini menjadi
sangat tinggi pada orang yang memiliki penurunan yang drastis (cepat dan progresif),
misalnya kelebihan lean akan disimpan, sebanding dengan makanan yang dikonsumsi
berlebih. Menurut penelitian Callowy dan Spektor (1954, distasi dari present
knowledge), disimpukan bahwa tendensi hilangnya berat dan lemak tergantung pada
waktu dan kecepatan hilangnya penurunan berat.
c. Pada penderita obese yang mengalami operasi by pass usus atau gastric stapling juga
menderita kehilangan LBM disertai hilangnya berat. Penelitian menunjukkan adanya
variasi LBM berkisar 15-40 persen dari total berat yang hilang.
B. Kelebihan Energi
Pada keadaan kekurangan energi, terjadi induksi pada pertambahan berat karena
kedua peningkatan komponen, baik pada LBM ataupun lemat (fat). Menurut hasil
penelitian rata-rata pertambahn berat (=ΔW). Sepertiganya berisi LBM. Hal ini terjadi
tanpa memerhatikan kecukupan protein dan esensi lainnya. Jika terjadi pada diet-induksi
berat yang hilang serta pertambahan berat secara hitungan, terbukti bahwa LBM dan
lemak merupakan penjumlahan. Jika terjadi perubahan pada salah satunya, maka salah
satunya juga berubah, tetapi proporsinya tidak selalu sama.
Kebutuhan Energi, Protein dan Vitamin Larut Lemak pada Ibu Hamil
Sayuran 3
Buah 4
Susu, yogurt, keju 2
Gula 2
Lemak, minyak
Menurut Karjadi (2011), banyak para peneliti ang menaruh perhatian terhadap
perkembangan otak dimana sangat erat hubunganya dengan perkembangan mental
dan kemapuan berpikir. Jaringan otak anak yang tumbuh normal akan mencapai 80%
berat otak orang dewasa sebelimm berumur 3 tahun, sehinggan denga demikian
apabila pada masa ini terjadi gangguan gizi kurang dapat menimbulkan kelainan-
kelainan fisisk maupun mental. Gizi buruk mengakibatkan terjadinya gangguan
terhadap produksi antibodi dalam tubuh. Penurunan produksi antibodi tertentu akan
mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk kedalam tubuh seperi dinding usus.
Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan juga dapat menganggu produksi
berbagai enzim untuk pencernaan makanan. Makanan tidak dapat di cerna dengan
baik dan ini akan menyebabkan terganggunya penyerapan zat gizi sehingga dapat
memperburuk keadaan gizi.
2. Kebutuhan Protein
Secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram per
kg berat badan. Pada lansia, massa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan
tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa,
karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah
berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Bebrapa
penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya di
tingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik
diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
3. Kebutuhan Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30 % atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi
energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (pemnyumbatan pembukuh
darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam
lemak tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan
sumber asam lemah tidak jenuh yang baik.
4. Kebutuhan Vitamin dan Mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengonsumsi
vitamin A, B1, B2, B6,niasin, asam fosfat, vitamin C,D, dan E umumnya kekurangan
ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran, serta kemampuan fisik yang menurun. Kekurangan mineral yang paling
banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan
tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemis. Kebutuhan vitamin dan
mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang
lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin
dan mineral dan serat. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur
sebagai vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro.
Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbukan pendarahan dan memicu terjadinya anemia.
Sering menggunakan obat-obatan atau alkoho, hal ini dapat menurunkan nafsu
makan yang menyebabkan kekurangna gizi dan hepatitis atau kanker hati. Gangguan
kemampuan motorik, kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis),
akibatnya nafsu makan menurun dan menjadi kurang gizi. Pendapatan menurun
(pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun dan akibatnya menjadi kurang gizi.
Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi
BAB V
PENILAIAN STATUS GIZI INDIVIDU
Penilaian yang berkaitan dengan pemeriksaan nadi adalah ada atau tidaknya
takikardi sinus, yang ditandai dengan adanya variasi 10-15 denyutan dari menit ke
menit. Takikardi supraventikuler paroksisimal yang ditandai dengan nadi sulit
dihitung karena frekuensinya sangat tinggi (lebih dari 200 kali permenit) dan
kecepatan nadi konstan sepanjang serangan. Di samping takikardi, terdapat istilah
bradikardi, yaitu frekuensi denyut jantung yang kurang dari normal atau denyut
jantung lambat. Dalam penilaian bradikardi, terdapat bradikardi sinus dan bradikardi
relatif apabila denyutan nadi lebih sedikit dibandingkan takikardi.
Bahan makanan ini hanya sekedar contoh, bisa diganti dan disesuaikan dengan
kebisaan makanan setempat, dari contoh bahan makanan diatas dapatlah kita lihat nilai
gizi yang terkandung sebagai berikut :
Bahan makanan tersebut diatas dapat diolah dan menjadi makanan yang akan
diberikan kepada pasien terdiri dari tiga kali makanan utama ( pagi, siang, malam) dan
satu kali kudapan pada pukul 10.00 WIB. Contoh menunya misalnya makan pagi dengan
nasi, telur dadar, ketimun & tomat irir, bubur kacang hijau pada pukul 10.00, dilanjutkan
makan siang dengan nasi, ikan bumbu acar, tempe bacem, sayur asam dan buah papaya,
makan malam dengan nasi, daging semur, tahu goring, sup sayuran, dan buah pisang.
Dari semua makanan yang ada, makanan yang tidak dianjurkan untuk diet makanan
biasa ini adalah makanan yang merangsang, seperti makanan yang merlemak tinggi, yang
terlalu manis, terlalu berbumbu, dan minuman yang mengandung alcohol. Cara
memesan diet : diet MB berikutnya kita pelajari tentang makanan lunak.
C. Makanan Saring(MS)
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih halus dari
pada makanan lunak sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Menurut keadaan
penyakit, makanan saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau merupakan
perpindahan dari Makanan Cair Kental ke Makanan Lunak. Contoh pasien yang
mendapatkan jenis makanan lunak misalnya : pasiean dengan gangguan menelan dan
gangguan pencernaan atau post dipuasakan ( post ileus paralitik ) post oprasi saluran
pencernaan, tifus, pasien struk dengan himiparese pada syaraf asialis.
Tujuan diet ini adalah memberikan makanan dalam bentuk semi padat dengan
jumlah yang mendekati kebutuhan gizi pasien dalam waktu jangka pendek
sebagai proses adaptasi terhadap bentuk makanan yang lebih padat.
Syarat diet makanan saring adalah : 1) hanya diberikan untuk jangka waktu
singkat selama 1 – 3 hari, karena kurang memenuhi kebutuhan gizi, terutama
energy dan tiamin, 2) rendah serat, diberikan dalam bentuk saring atau dibelender
3) diberikan dalam porsi kecil dan sering yaitu 6-8 kli sehari.
Indikasi pemberian makanan saring adalah pada pasien sesudah mengalami
oprasi tertentu, pada pasien infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna, serta
kepada pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan atau sebagai
perpindahan dari Makanan Cair Kental ke Makanan Lunak. Karena makanan ini
kurang serat dan vitamin c maka sebaiknya diberikan jangka waktu 1- 3 hari
saja.
Contoh menu makanan saring pagi, pasien diberi bubur sumsum ½ masak susu dan
jus tomat, pukul 10.00 diberikan selingan bubur kacang hijau halus, siang pasien
diberikan bubur tepung beras, semur daging, tim tahu, jus papaya, dilanjutkan pudding
maizena pada pukul 16.00. Makan malam diberikan bubur tepung beras, gadon daging,
semur tahu halus, sari jeruk, dan seringan terakhir pukul 20.00 diberikan susu. Cara
memesan diet cukup menuliskan Makanan Saring (MS).
D. Makanan Cair (MC)
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental.
Makanan ini diberikan pada pasien yang mengalami gangguan mengunyah, menelan, dan
mencerna makanan yang disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi, mual dan
muntah, pasca pendarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah. Makanan dapat
diberikan secara oral atau parenteral. Menurut konsistensi makanan, Makanan Cair terdiri
atas tiga jenis, yaitu makanan cair jernih, makanan cair penuh, dan makanan cair kental.
Kita mulai dari makanan cair jernih. Contoh pasien yang mendapatkan jenis makanan
lunak misalnya : pasien stroke dengan hemiparese pada syaraf fasialis, pasien dengan
penurunan kesadaran yang menggunakan naso gastrik tube (NGT).
Sedangkan nilai gizinya seperti Energi 1700 kkal, Lemak 21 g, Protein 38 g, dan
Karbohidrat 340 g. Berikut table jadwal sehari-hari diet kolonoskopi :
Selingan makanan enternal komersial yaitu 3 kali setiap kalinya diberikan 300-350
ml (1ml = 1 kkal), air gula/sirup 4 kali, setiap pemberian 200 ml, air putih 2-3 liter,
makanan lain tidak diperbolehkan. Kedua bila pasien susah buang air besar, malam dapat
diberikan Laxasin 2 sdm/Dulcolaz 2 tablet/Laxoberon 20 tetes. Ketiga, Malam Sebelum
hari pemeriksaan Pukul 19.00 diberikan bubur sumsum (terakhir), pukul 20.00 diberikan
makanan enternal komersial Obat urus-urus 30-40g garam inggris/30-40 ml Cator Oil.
Sesudah pukul 20.00: Puasa, tapi boleh minum air putih atau air manis bila tidak
menderita Diabetes Melitus; tidak boleh minum susu. Hari Kolonoskopi, pada pukul
05.00-06.00 dilakukan Klisma 1-2x sampai bersih atau berikan Dulcolax Supp atau YAL.
Pada pukul 08.00 pasien diantar ke Ruang Prosedur Endoskopi
DAFTAR PUSTAKA
Agakston, Arthur, 2003. South Beach Diet. Jakarta : PT. Gramedia Utama.
Alhamda, Syukra dan Yustina Sriani, 2014. Ilmu Kesehatan Mayarakat. Jakarta : Deepublish.
Graha, Chairinnisa K, 2010. 100 Question and Answer Kolestrol. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Hidayat, Aziz. A. Azimul, 2008. Pengantar Ilmu Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.
Leomitro, Andreas, 2009. Khasiat Whole Grain. Jakarta : PT. Gramedia Utama.
Wirakusumah, Emma Pandi, 2010. Sehat Cara Al-Qur’an dan Hadis. Jakarta : Hikmah.
Mardalena, Ida. 2016. Ilmu Gizi Keperawatan Komprehensif. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.