Anda di halaman 1dari 19

Laporan Pendahuluan

Kebutuhan Kebersihan Dan Perawatan Diri

Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase keperawatan dasar

Di susun Oleh:

CITRA ARISTA

14420202166

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

1. Pengertian

Dalam sejarah Yunani, Hygiene berasal dari nama seorang Dewi


yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit). Arti lain dari Hygiene ada
beberapa yang intinya sama yaitu:
a) Ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan
kesehatan jasmani, rohani dan social untuk mencapai tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi.
b) Suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada
usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta
lingkungan tempat orang tersebut berada.
c) Keadaan dimana seseorang, makanan, tempat kerja atau
peralatan aman (sehat) dan bebas pencemaran yang
diakibatkan oleh bakteri, serangga, atau binatang lainnya.
d) Menurut Brownell, hygine adalah bagaimana caranya orang
memelihara dan melindungi kesehatan.
e) Menurut Gosh, hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang
mencakup seluruh factor yang membantu/mendorong
adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun
melalui masyarakat.
f) Menurut Prescott, hygiene menyangkut dua aspek yaitu:
Yang menyangkut individu (personal hygiene) Yang
menyangkut lingkungan (environment)
Jadi, Personal hygiene adalah upaya perawatan kebersihan diri
yang dilakukan oleh individu untuk mempertahankan kesehatannya
sehingga individu merasa nyaman dan aman. Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Ineke, 2020).
2. Macam – macam Personal Hygiene:

a) Perawatan kulit kepala & rambut


b) Perawatan mata

c) Perawatan hidung

d) Perawatan telinga

e) Perawatan kuku kaki dan tangan

f) Perawatan genetalia

g) Perawatan kulit seluruh tubuh

h) Perawatan tubuh secara keseluruhan (Reni, 2020)


3. Etiologi dari personal hygiene adalah:
a) Kelelahan fisik
b) Penurunan kesadaran
c) Biologis penyakit klien yang tidak mampu melakukan
perawatan diri.
4. Tanda dan gejala klinis personal hygiene
Adapun gejala klinis dari personal hygiene adalah sbb:
a) Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak acakan
b) Hidung kotor dan telinga juga kotor
c) Gigi kotor disertai mulut bau
d) Kulit kusam dan tidak terawat
e) Kuku panjang dan tidak terawat
f) Badan kotor, pakaian kotor
g) Penampilan tidak rapi
5. Tujuan perawatan Personal Hygiene:

a) meningkatkan derajat kesehatan seseorang

b) memelihara kebersihan diri seseorang

c) memperbaiki personal hygiene yang kurang

d) pencegahan penyakit

e) meningkatkan percaya diri seseorang


f) menciptakan keindahan

g) Menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel


kulit yang mati dan bakteri
h) Menghilangkan bau badan yang berlebihan

i) Memelihara integritas permukaan kulit

j) Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah

k) Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien

l) Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji


kondisi kulit klien.

m) Meningkatkan percaya diri seseorang

n) Menciptakan keindahan

o) Meningkatkan derajat kesehatan sesorang


6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene

a) Body image

gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi


kebersihan diri , misalnya karena adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b) Praktik social
pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene
c) Status sosioekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.

d) Pengetahuan

pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena


pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita Diabetes Melitus ia harus selalu menjaga
kebersihan kakinya.
e) Budaya
di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak
boleh dimandikan

f) Kebiasaan seseorang

ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu


dalam perawatan diri, seperti penggunaan sabun, sampo dan
lain-lain
g) Kondisi fisik
pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
7. Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hygiene :

a) Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak


terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan
fisik yang sering terjadi adalah gangguan intregritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga
dan gangguan fisik pada kuku
b) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi social.
B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN
1. Pengertian
Aspek legal etik keperawatan adalah aturan keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan termasuk hak
dan kewajibannya (Sofia, 2016).
Etik adalah kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan,
sistem nilai, standa perilaku individu dan atau kelompok tentang
penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah, mana yang
baik, mana yang buruk, apa yang merupakan kebajikan dan apa yang
merupakan kejahatan, apa yang di kehendaki dan apa yang di tolak.
2. Perbandingan legal dan etik

Etik Legal
 Mengkaji aksi moral dan  Peraturan dan regulasi
nilai yang dijadikan panduan
 Prinsip yang dibentuk formal dan bersifat
dari nilai perorangan atau mengikat
kelompok, sesuai dengan  Memberikan dasar
nilai personal individu peraturan yang mengikat
 Penting untuk mengkaji bagi suat profesi dalam
dan memahami nilai melakukan kewajibannya
personal masing masing  Harus dipahami dan di
supaya dapat memberikan aplikasikan dalam setiap
asuhan keperawatan yang situasi ketika memberikan
etis asuhan.
3. Prinsip etik keperawatan
a) Respect (hak untuk dihormati) perawat harus menghargai hak-hak
pasien/klien
b) Autonomy (hak pasien memilih) hak pasien untuk memilih
treatment terbaik untuk dirinya
c) Beneficience (bertindak untk keuntungan orang lain/pasien)
kewajiban untuk melakukan hal tidak membahakan pasien/oang
lain dan secara aktif bekontribusi bagi kesehatan da kesejahteraan
pasiennya.
d) Non maleficience ( Utamakan tidak mencederai orang lain)
kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan
kerugian atau cidera.
e) Confidentiality (hak kerahasiaan) mmenghargai kerahasiaan
terhadap semua informasi tentag pasien/klien perawat
f) Justice (keadilan) kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan
bertanggungjawab terhadap kesepakatan ang telah di ambil.
g) Veracity (truthfullness & honesty) Kewajiban untuk mengatakan
kebenaran.
4. Pemecahan masalah etik
a) Indentifikasi masalah etik
b) Kumpulkan fakta fakta
c) Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektif etik
d) Buat keputusan dan uji cobakan
e) Betindaklah, kemudian refleksikan pada keputusan tersebut.
5. Aspek legal dalam keperawatan tercantum dalam
a) UU No 23 tahun 1992 ttg kesehatan
b) PP no 32 tahun 1996 ttg tenaga kesehatan
c) Kepmenkes no 1239 tahn 2001 ttg registrasi dan praktik perawat.
6. Area overlapping (etik hukum)
a) Hak hak pasien
b) Hak untuk diinformasikan
c) Hak untuk didengarkan
d) Hak untuk memilih
e) Hak untuk diselamatkan
7. Informed-consent
Adalah dokumen yang legal dalam pemberian persetujuan
prosedur tindakan medik dan atau invasif, bertujuan untuk
perlindungan terhadap tenaga medik jika terjadi sesuatu yang tidak
diharapkan yang diakibatkan oleh tindakan tersebut. Selain itu dapat
melindungi pasien terhadap intervensi/tindakan yang akan dilakukan
kepadanya.
Dasar dasar informed consent UU no 23/1992 tentang kesehatan
pasal 53 ayat (2) dan peraturan menteri kesehatan RI no 585 tentang
persetujuan tindakan medik.
8. Akuntabilitas legal
Aturan legal yang mengatur praktik perawat pedoman untuk
menghindari malpraktik dan tuntutan malpraktik Hubungan perawat/k
eluarga/dokter/institusi pelayanan kesehatan.
9. Potensial Area Tuntutan
a) Malpraktik
Kelalaian bertindak yang dilakukan seseorang terkait
profesi/pekerjaannya yang membutuhkan ketrampilan profesional
dan tehnikal yang tinggi
b) Dokumentasi
Medical Record adalah dokumen legal dan dapat digunakan di
pengadilan sebagai bukti.
c) Informed consent
Persetujuan yang dibuat oleh klien untuk menerima serangkaian
prosedur sesudah diberikan informasi yang lengkap termasuk
resiko pengobatan dan fakta-fakta yang berkaitan dengan itu,
telah dijelaskan oleh dokter.
d) Accident and Incident report
incident Report laporan terjadinya suatu insiden atau kecelakaan
Perawat perlu menjamin kelengkapan dan keakuratan pelaporan
askep.
e) Wills
Pernyataan yang dibuat oleh seseorang mengenai bagaimana hak
milik seseorang dibuang sesudah kematiannya
f) DNRs (Do Not Rescucitate Orders)
Perintah dokter “Tanpa Kode” atau DNRs bagi klien dengan
penyakit terminal, penyakit kompleks, dan yang diharapkan untuk
mati.
g) Euthanasia
Tindakan tanpa rasa sakit dengan mematikan penderitaan
seseorang dari tekanan penyakit atau dari penyakit yang tidak dapat
disembuhkan Kematian dan isu yang berhubungan Sertifikat
kematian, otopsi, donor organ, dsb.
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
a) Riwayat keperawatan
 Kebiasaan personal hygiene (mandi, oral care, perawatan
kuku dan kaki, perawatan rambut, mata, hidung, telinga,
dan perineal care)
 Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
 Riwayat masalah membran mukosa, kulit, mulut, hidung,
telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal
 Pola kebersihan tubuh
 Perlengkapan personal hygiene yang dipakai
b) Pemeriksaan fisik
 Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa,
kulit, mulut, hidung, telinga, kuku, kaki, rambut dan
perineal akibat terapi
 Lakukan inspeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kodisi
lesi
 Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung,
telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal: warna, tekstur,
kekebalan, turgor dan hidrasi
 Kaji masalah-masalah membran mukosa, kulit, mata, mulut,
gigi, hidung, telinga, kuku kaki dan tangan, rambut dan
perineal.
c)Kemampuan melakukan self care
Kaji tingkat kemampuan klien
melakukan self care: 0 = mandiri
1 = membutuhkan bantuan alat
2 = membutuhkan bantuan orang lain
3 = membutuhkan bantuan alat
dan orang lain

4 = tergantung total
d). Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
 Gambaran diri
 Kebiasaan sosial
 Status sosial ekonomi
 Pengetahuan
 Budaya
 Kondisi fisik/status kesehatan
 Pilihan individu
 Praktek spiritual
 Tingkat perkembangan

2. Diagnosis keperawatan
a) Defisit perawatan diri
b) Gangguan integritas kulit
c) Gangguan citra tubuh (PPNI, 2016)
3. Intervensi dan rasional keperawatan

a) Defisit perawatan diri (mandi, makan, berpakaian, toileting)


NOC : Perawatan diri ADL
kriteria hasil, klien secara mandiri mampu:
 Makan.
 Berganti pakaian.
 Toileting.
 Mandi.
 Merawat diri.
 Menjaga kebersihan diri.
 Menjaga kebersihan mulut.

NIC: dukungan perawatan diri


1. Observasi
 Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
 R/ seiring perkembangan usia mempengaruhi tingkat
perawatan diri seseorang
 Monitor tingkat kemandirian
 R/ memberikan informasi kepada perawat untuk
mengetahui sejauh mana tingkat kemandirian pasien.
 Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan makan.
 R/ menunjang kebutuhan perawatan diri yang baik
2. Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang terapeutik
 R/ lingkungan yang nyaman akan memberikan respon
perasaan klien baik.
 Siapkan keperluan pribadi
 R/ menyiapkan keperluan pribadi demi perawatan diri yang
baik
 Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
 R/ adanya dukungan dan bantuan dari perawat membuat
klien merasa diperhatikan
 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan
perawatan diri
 R/ adanya dukungan dan bantuan dari perawat membuat
klien merasa diperhatikan
3. Edukasi
 Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai
kemampuan
 R/ menjelaskan kepada pasien pentingnya merawat diri dan
mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam merawat
diri.
b) Gangguan integritas kulit
NOC : Integritas kulit membran
mukosa dan kulit kriteria hasil :
 Memiliki temperatur kulit dalam batas normal
 Sensasi kulit dalam batas normal
 Elastisitas kulit dalam batas normal
 Hidrasi kulit dalam batas normal
 Pigmentasi kulit dalam batas normal
 Perspirasi kulit dalam batas normal
 Warna kulit dalam batas normal
 Tekstur kulit dalam batas normal
 Kulit terbebas dari lesi
 Perfusi kulit yang adekuat
 Memiliki kulit yang utuh
NIC: perawatan integritas kulit
1. Observasi
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
 R/ memberikan informasi dasar tentang penanganan kulit
2. Terapeutik
 Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
 R/ menghindari adanya luka dekubitus karna tirah baring
lama.
 Bersihkan perineal dengan air hangat
 R/ air hangat berfungsi merawat dan membersihkan,serta
melancarkan sirkulasi darah.
 Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada
kulit kering
 R/ untuk menghilangkan debridement
 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
 R/ menghindari terjadinya iritasi kulit
3. Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab
 R/ pelembab mempetahankan struktur dan fungsi kulit
dari berbagai faktor yang dapat menyebabkan iritasi pada
kulit
 Anjurkan minum air yang cukup
 R/ minum air yang cukup memberikan banyak manfaat
untuk kulit .
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi, sayur dan buah
 R/ sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral
yang sehat
 Anjurkan mandi dan gunakan sabun secukupnya.
 R/ mandi memperbaiki jaringan kulit, menjaga
kelembaban kulit dan membersihkan diri dari bakteri dan
kuman.
c) Gangguan citra tubuh
NIC: meningkat dan kriteria hasil:
 Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh
menurun
 Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
menurun
 Melihat bagian tubuh membaik
 Menyentuh bagian tubuh membaik
 Respon nonverbal pada perubahan tubuh membaik
 Hubungan sosial membaik
NOC:
1. Observasi
 Monitor apakah klien bisa melihat bagian tubuh yang
berubah.
 R/ Gangguan citra tubuh dapat juga menyertai dan
mempengaruhi pasien terhadap tubuhnya.
 Idenifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan
isolasi sosial
 R/ Perawat perlu mengetahui apa penyebab dari masalah
yang ada
2. Terapeutik
 Diskusi perubahan tubuh dan fungsinya
 R/ pentingnya merawat kebersihan tubuh sebagai rasa
syukur.
 Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga
diri
 R/ penampilan fisik yang baik akan memberikan
pengaruh baik dengan harga diri
 Diskusikan presepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh.
 R/ perawat perlu mengetahui sejauh mana
pemahamannya tentang perubahan citra tubuh
3. Edukasi
 Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan
citra tubuh
 R/ mengedukasi keluarga betapa pentingnya perawatan
diri demi mengembalikan citra tubuh baik.
 Latih peningkatan penampilan diri (PPNI, Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018).
 R/ dengan mendukung dan melatih usaha pasien
memberikan kesan seseorang terhadap dirinya sangat
berpengaruh dalam pengembalian kepercayaan diri.

4. Implementasi
Setelah melakukan intervensi maka tahap selanjutnya adalah
mengimplementasikan apa yang menjadi perencanaan tindakan
keperawatannya dengan mengkoordinasikan aktivitas pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lainnya untuk mengawasi dan
mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
5. evaluasi
Setelah tahap implementasi maka tahap selanjutnya adalah
evaluasi, dimana ditahap evaluasi ini melakukan tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Perawat memonitor kealpaan yang terjadi
selama tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan pelaksanaan
tindakan.
D. MIND MAPPING & PATHWAY
PATHWAY

PENURUNAN TINGKAT KESADARAN

KETERBATASAN UNTUK MENGGERAKAN TUBUH

KELEMAHAN SENDI DAN OTOT

GANGGUAN PEMENUHAN PERAWATAN DIRI


DAFTAR PUSTAKA

Ineke, P. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Yayasan Kita Menulis.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Persatuan Perawat


Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Reni, A. A. (2020). Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Deepublisher


Publisher.

Sofia, D. R. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepblisher


publisher.

Anda mungkin juga menyukai