Indeks Massa Tubuh atau yang singkat dengan IMT. Bagaimana cara menghitung IMT? Caranya
adalah dengan : berat badan (kilo gram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter).
Rumus IMT = Berat Badan : Tinggi Badan2
Ingat, satuan berat badan yang digunakan adalah kilogram (kg) dan satuan tinggi badan adalah
meter (m)
Lalu, setelah kita mendapatkan IMT, cocokkan hasilnya dengan kategori yang ada. Untuk orang
Asia dewasa, kategori IMT adalah sebagai berikut :
KLASIFIKASI
IMT (kg/m2)
BB kurang
< 18,5
BB normal
18,5 22,9
BB lebih
23
- Preobesitas
23 24,5
- Obesitas I
25 29,9
- Obesitas II
> 30
Artinya, jika Anda mendapatkan IMT 20,5 berarti Berat Badan Anda termasuk dalam kategori
normal.
IMT adalah rasio atau perbandingan antara berat dan tinggi badan dan lebih akurat untuk
menggambarkan simpanan lemak tubuh (Craven dkk., 2004). IMT merupakan suatu cara sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang untuk
dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang (Supariasa dkk., 2002).
batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan
untuk kategori gemuk tingkat berat. Di Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Akhirnya diambil
kesimpulan ambang batas IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
Kurus
Kategori
IMT
<17,0
17,1-18,5
Normal
18,6-25,0
25,1-27,0
>27,0
Penggunaan IMT
Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa di atas 18 tahun. IMT tidak dapat digunakan untuk
bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu IMT tidak dapat diterapkan pada
keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, asites dan hepatomegali (Irianto, 2007).
Rumus Penghitungan IMT
Rumus penghitungan IMT adalah berat badan (dalam kilogram) bagi kuadrat tinggi badan (dalam
meter)
(Irianto, 2007).
Macam macam risiko penyakit berdasarkan IMT
Berdasarkan IMT risiko penyakit adalah sebagai berikut:
1.
2.
IMT 18,1-20,0 berisiko masalah pencernaan, lemas, lelah menahun, stres, gelisah, disfungsi
ereksi.
3.
IMT 20,1-25,0 dapat mengendalikan stres, energi prima, tahan menghadapi penyakit, kondisi
fisik baik.
4.
IMT 25,1-27,0 berisiko lelah, masalah pencernaan, masalah sirkulasi darah, masalah pembuluh
darah.
5.
IMT 27,1-30,0 berisiko dabetes, jantung, hipertensi, gangguan pada sendi lutut, gangguan
pembekuan darah, stroke, gangguan pada tulang belakang.
6.
IMT 30,1-35,0 berisiko diabetes, kanker, angina pektoris, serangan jantung, radang pembuluh
darah, jantung koroner, stroke.
7.
IMT
> 35,0 merupakan risiko tertinggi dari diabetes, kanker, serangan jantung,
kematian(Irianto, 2007).
Pengukuran LILA bertujuan untuk mendapatkan gambaran status gizi klien. Pada pasien yang tidak
dapat diukur berat badannya (misalnya pada pasien bed rest on bed seperti stroke, dll), selain
pengukuran albumin, cara ini merupakan cara yang cepat dan praktis. Nilai ini nantinya akan
dibandingkan dengan nilai standar sesuai golongan usianya.
Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LILA merupakan deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK).
Bumil yang KEK berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR
berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak.
Sasaran : Wanita Usia Subur umur 1545 tahun dan ibu hamil.
Alat : pita LiLA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran kain.
PERSIAPAN :
1. Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek
2. Jika lengan responden > 33cm, gunakan meteran kain
3. Responden diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun serta otot
lengan tidak tegang
4. Baju pada lengan kiri disingsingkan keatas sampai pangkal bahu terlihat atau lengan bagian
atas tidak tertutup.
PENGUKU RAN:
Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada responden bahwa petugas akan
menyingsingkan baju lengan kiri responden sampai pangkal bahu. Bila responden keberatan, minta
izin pengukuran dilakukan di dalam ruangan yang tertutup.
1. Tentukan posisi pangkal bahu.
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke arah perut.
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan pita LiLA
4.
5.
6.
7.
8.
atau meteran (Lihat Gambar), dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan
sopan minta izin kepada responden). Bila menggunakan pita LiLA perhatikan titik nolnya.
Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan responden sesuai tanda (di
pertengahan antara pangkal bahu dan siku).
Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA.
Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.
Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah angka yang lebih
besar).
Tuliskan angka pembacaan
Keterangan:
Jika lengan kiri lumpuh, yang diukur adalah lengan kanan (beri keterangan pada kolom catatan
pengumpul data).
Simpan pita LiLA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat.
Simpan pita LiLA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat atau sobek.
gambar pengukuran LiLA
Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan meteran
Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LILA. Baca menurut tanda
panah
Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan pita LILA
sumber :
PEDOMAN PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN
RI JAKARTA
http://geasy.wordpress.com/2008/04/17/ini-bukan-mengukur-baju-ini-mengukur-lila/
7.
8.
9.
Gambar di atas adalah cara menentukan titik tengah untuk mengukur LILA (perhatikan tangan
harus ditekuk 90 derajat)
Gambar di atas adalah posisi tangan saat membaca nilai LILA (tangan diluruskan setelah tadi
ditekuk 90 derajat)
Hasil pengukuran LILA kemudian diubah dalam bentuk persentase dengan standar:
Laki-laki : 29,3 cm
Perempuan : 28,5 cm
Obesitas: >120%
Overweight : 110-120%
Normal : 90-110%
Underweight : < 90%
inci
kaki
pounds
Satuan Metric
centimeter
kilogram
Pinggang
inci
centimeter
Leher
inci
centimeter
Pinggul (Perempuan)
Jenis Kelamin
Tingkat
dari
Aktivitas
yang menetap kegiatan pasif:
pasif
Menonton TV, bekerja pada komputer,
membaca, mengemudi mobil
sedang kegiatan yang hidup:
moderat
Satu jam per hari berjalan kaki, berenang,
jogging, tenis
cegak aktif kegiatan:
aktif
memindahkan mebel dua jam atau lebih per
hari atau bermain olahraga
inci
Pria
centimeter
Wanita
Ini adalah kekurangan dari rumus IMT. Jika IMT anda adalah 25 atau lebih besar, dan
pinggang-ke-tinggi rasio Anda kurang dari 0,5 dan lemak bada persen berada di
"atlet" atau "kebugaran" kategori, Anda mungkin berotot dan tidak berlemak.
Berat badan kurang
Normal
Gemuk
Gemuk Banget
IMT=36.6
IMT=41.4
IMT tidak memperhitungkan berat badan distribusi.
Tipikal bentuk tubuh sesuai dengan IMT
Laki-laki
Penting lemak
10-12%
2-4%
Atlet
14-20%
6-13%
Kebugaran
21-24%
14-17%
Diterima
25-31%
18-25%
Gepuk
Berat badan bersandar - Ini berasal dari mengurangi nilai lemak tubuh dari total berat.
Bersandar Massa = Berat Badan (100 - %lemak tubuh)
Kalori per hari - Jumlah minimum kalori per hari dihitung berdasarkan jenis kelamin dan
ketinggian sesuai dengan panduan dari Institut Kedokteran. Bila Indeks Massa Tubuh (IMT)
adalah 25 atau lebih besar, minimum adalah jumlah kalori dikurangi dengan 15% untuk
mendapatkan makanan yang tidak terlalu parah dan dapat dipertahankan selama bertahuntahun tanpa efek yang merugikan oleh orang biasa dengan kesehatan. Jumlah kalori
mungkin perlu ditingkatkan tergantung pada tingkat aktivitas, tetapi mereka meningkat lebih
dari 15% mungkin tidak mengakibatkan hilangnya berat. Untuk menurunkan berat badan,
Anda harus mendapatkan karbohidrat yang kurang dari 60 gram per hari (tidak lebih dari
240 kalori) didistribusikan sepanjang hari.
Gram protein per hari - Nilai ini dihitung dari maksimum normal Indeks Massa Tubuh
(IMT), tinggi, dan tingkat aktivitas anda. Ia berkaitan dengan 0,8 gram protein per kilogram
untuk tingkat aktivitas rendah, 1,1 gram untuk aktivitas moderat, dan 1,4 gram untuk
kegiatan bertenaga. Komponen lain dari makanan, termasuk penting asam lemak dan
karbohidrat harus manis untuk menyediakan minimum kalori per hari. Untuk pria dan
wanita yang sama tinggi dengan persyaratan jumlah kadar kalori lebih rendah bagi
perempuan, tetapi protein persyaratan yang sama untuk laki-laki dan perempuan. Ini berarti
bahwa, pada umumnya, perempuan harus diet kaya dalam protein daripada laki-laki diets.
Setiap diet harus selalu menyertakan setidaknya minimum jumlah protein untuk mencegah
hilangnya jaringan otot ketika jumlah kadar kalori asupan berkurang. J khas diet protein
tinggi akan memperoleh 30% kalori dari protein, 30% dari lemak, dan 40% dari karbohidrat.
J rendah karbohidrat berat-kehilangan diet umumnya berasal 25% kalori dari protein, 65%
dari lemak, dan 10% dari karbohidrat. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa persentasi
menyediakan lebih dari minimum untuk kebutuhan protein 2000- dan 1800-kalori diet.
Protein tinggi diet
Protein
Kalori
2000
Gemuk
Karbohidrat
30%
30%
40%
600 Kal
600 Kal
800 Kal
150 g
67 g
200 g
1800
Karbohidrat
25%
65%
10%
500 Kal
1300 Kal
200 Kal
125 g
144 g
50 g
450 Kal
1170 Kal
180 Kal
113 g
130 g
45 g
15%
30%
55%
300 Kal
600 Kal
1100 Kal
75 g
67 g
275 g
Bibliografi:
1. Harvard School of Public Health - Nutrition Source. Sumber Gizi. Memberikan informasi
tentang gizi dan gizi
2. Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol,
Protein, and Amino Acids (Macronutrients) (2002). komprehensif penilaian kebutuhan gizi
dari Badan Makanan dan Gizi dan Institute of Medicine..
3. Michael R. Eades, M.D., and Mary Dan Eades, M.D., "Protein Power", Bantam Books,
1996. Describes a low carbohydrate diet that has had great clinical success in reducing
obesity and normalizing insulin levels. The book explains the biochemistry and metabolic
pathways that are the basis for the diet.
4. Barry Sears, Bill Lawren, "The Zone: A Dietary Road Map to Lose Weight Permanently",
ReganBook, 1995. Advocates a diet with 30% protein, 30% fat, and 40% carbohydrates.
5. S.D. Hsieh, H. Yoshinaga, T. Muto, Int. J. Obes. Relat. Metab. Disord., 2003
May;27(5):610-6. Waist-to-height ratio, a simple and practical index for assessing central fat
distribution and metabolic risk in Japanese men and women.
6. J. Hodgdon, and M. Beckett, "Prediction of percent body fat for U.S. Navy men and women
from body circumferences and height". Reports No. 84-29 and 84-11. Naval Health
Research Center, San Diego, Cal. 1984.