Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nora Lidia Panjaitan

NIM : 20180311156
Sesi : KJ 02
Mata Kuliah : Etika dan Perundang-undangan Farmasi (Tugas 11)
Dosen Pengampu : Dra. Ayu Puspitalena RTR. MP.Apt

Contoh Kasus yang terjadi di Indonesia terkait dengan Industru Obat Tradisonal

1. Polisi dan BPOM Gerebek Industri Obat Tradisional di Madiun

 Siapa : Industri Obat Tradisional Nurusy Syifa Center


 Kapan : Selasa, 19 September 2017 pukul 11.68 WIB
 Dimana : Jalan Raya Madiun-Ponorogo No 11, Kelurahan Kertosari, Kecamatan
Geger, Kabupaten Madiun.
 Bagaimana : Kasus ini terungkap setelah Tim Satuan Reserse dan Narkoba Polres
Madiun beserta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Surabaya menggerebek
industri obat tradisional Nurusy Syifa Center. Polisi menyita ribuan butir obat tradisional
tak milik izin edar yang mana barang bukti sudah diamankan di Malporles Madiun.
Penggerebekan dilakukan setelah mendapatkan informasi bahwa pabrik tersebut
memproduksi obat tradisional tak berizin. Pabrik obat tradisional tersebut sudah
memproduksi selama delapan tahun terakhir, hanya saja pabrik mengakali untuk
pemasarannya.
 Pelangaran Hukum:
Pemilik industri obat-obatan ilegal dijerat Pasal 196 dan Pasal 197 Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
- Pasal 196 : Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau
persyaratan keamanan, khasiat dan kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) di pidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
- Pasal 197 : Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar di pidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

https://regional.kompas.com/read/2017/09/19/11583161/polisi-dan-bpom-gerebek-industri-
obat-tradisional-di-madiun

2. Gerebek Tempat Produksi Jamu Tradisional Berbahan Kimia di Demak


 Siapa : Agus Feri (46 tahun)
 Kapan : Senin, 22 Juli 2019 Pukul 19:54 WIB
 Dimana : Perumahan Permata Batusari Blok K4 No.8, Desa Batusari, Kecamatan
Mranggen, Kabupaten Demak.
 Bagaimana : Kasus ini terungkap setelah Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
(BBPOM) Semarang bersama Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polisi Daerah Jawa
Tengah (Ditreskrimsus Polda Jateng) melakukan penggerebekan di tempat produksi jamu
tradisional mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). Produk tersebut berkemasan obat
tradisisonal, namun setelah diselidiki ternyata mengandung obat kimia, dan bahan
campuran bahan tradisional tersebut hanya sebgai aroma tambahan. Obat tradisional
tersebut didominasi jenis obat asam Urat Flutula, Asam Urat Madu, Jinten Hitam, dan
obat penambah stamina. Dalam penemuan tersebut terdapat bahan baku untuk 17 jenis
bahan obat dan 3 produk yang siap untuk diedarkan. Modus dari operasi tersebut dengan
membeli obat tradisional di pasaran, kemudian jamu tersebut digiling menjadi bubuk, lalu
dalam prosesnya dicampurlah obat berbahan kimia untuk dikemas ulang dalam sebuah
kapsul dan dipasarkan. Produksi ini sudah dilakukan selama 2 tahun. Adapun bahan obat
tersebut seperti sidenatif, paracetamol, piroksikom, dexamethasol, asam mefenamat.
Menurut pengakuan bahan obat tersebut di dpatkan secara online.
 Pelangaran Hukum :
Dalam khasus ini tersangka dikenakan Pasal 196 dan Pasal 197 Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

- Pasal 196 : Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau
persyaratan keamanan, khasiat dan kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud
dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) di pidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
- Pasal 197 : Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan
sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar di pidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp
1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
https://m.tribunnews.com/amp/regional/2019/07/22/gerebek-tempat-produksi-jamu-
tradisional-berbahan-kimia-obat-di-demak?page=2

3. Polda Sumbar Sita Ribuan Jamu Kadaluarsa dari Tangan Empat Tersangka

 Siapa : Empat tersangka dengan inisial NH (55 tahun), P(68 tahun), K (59
tahun), dan I (43 tahun)
 Kapan : 21 Februari 2018 pukul 03:05 WIB
 Dimana : Sumatra Barat
 Bagaimana : Khasus ini terungkap setelah jajaran Polda Sumatra Barat meringkus
empat tersangka penjual jamu kadaluarsa. Dalam penangkapan ada 24.700 botol jamu
ilegal berbagai merek yang dikemas dalam 494 kardus, sebanyak 200 kardus diantaranya
diamankan saat akan didistribusikan dikawasan Gunung Tuleh, Kabupaten Pesaman
Barat. Sedangkan 294 kardus jamu lainnya diamankan digudangnya yang berada di
kawasan Jorong Pasir Baru, Nagari Pilubang, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten
Padang Pariaman. Merek jamu yan dipasarkan para tersangka yakni merek Madu Mnggis
dan Raja Tawon serta berbagai merek lainnya. Dalam pendistribusian jamu tersebut,
mereka mematok harga sebesar Rp 12.500/botol untuk ukuran besar (600 ml), sedangkan
ukuran kecil (150 ml) dijual seharga Rp 5.000/botol. Untuk menghindarai kecurigaan
pelaku mengemas ulang jamu-jamu yang sudah kadaluarsa dan tidak memiliki izin edar
untuuk dijual kembali. Pelaku hanya menempelkan label merek botol dari plastik
menggunakan pengering rambut lalu botol-botol jamu yang tanggal kadaluarsanya telah
diperbarui dimasukan ke dalam kardus untuk didistribusikan. Ini sudah beroprasi selama
dua bulan di Sumbar dengan keuntungan yakni mencapai 10juta/bulan. Jamu ini telah
dicampur bahna kimia dalam peneglolahannya dan juga mengandung Dexamethasone
dan Fenylbutazol. Setelah dilakukan pengembangan lebih jauh, jamu-jamu itu diketahui
berasal dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
 Pelangaran Hukum :
- Dalam khasus ini tersangka di jerat dengan Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan yaitu, Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak
memiliki izin edar di pidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
- Kemudian tersangka juga dijerat Pasal 62 Ayat (1) Pasal 8 ayat (1) huruf a dan
ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen yaitu, Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

https://www.google.com.sg/amp/s/www.jawapos.com/nasional/hukumkriminal/
21/02/2018/polda-sumbar-sita-ribuan-jamu-kadaluarsa-dari-tangan-empat-tersangka/
%3famp
Daftar Pustaka

Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Anda mungkin juga menyukai