Anda di halaman 1dari 4

Mosi 1 (Regulasi Khusus Apotek Online)

Pengertian:

1. Regulasi : Teori regulasi disampaikan oleh George Stigler (1971) yang mengatakan bahwa aktivitas seputar peraturan
menggambarkan persaudaraan diantara kekuatan politik dari kelompok berkepentingan (eksekutif/industri) sebagai sisi
permintaan/demand dan legislatif sebagai supply. Teori ini berpendapat bahwa dibutuhkan aturan-aturan atau ketentuan dalam
akuntansi. Pemerintah dibutuhkan peranannya untuk mengatur ketentuan-ketentuan terhadap apa yang harus dilakukan
perusahaan untuk menentukan informasi. Ketentuan diperlukan agar semuanya baik pemakai maupun penyaji mendapatkan
informasi yang sama dan seimbang.
2. Khusus : Menurut KBBI, Arti khusus adalah khas; istimewa; tidak umum
3. Apotek online : Pengertian Apotek Online menurut Bapak Wimbuh Dumadi, S.Si., M.H., Apt selaku ketua Pimpinan Daerah
IAI Propinsi DIY adalah suatu inovasi baru dalam dunia kefarmasian dalam hal penjualan obat yang memanfaatkan jaringan
internet.

PRO

NO Argumen Regulasi/ UU
Landasan Pancasila dan Pembukaan Undang-
- Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus Undang Dasar Negara Republik
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Indonesia memiliki tujuan Nasional Indonesia Tahun 1945 (UUD
yang haruslah dicapai, Tujuan nasional tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia 1945).
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi serta keadilan sosial. Dalam Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 menyatakan
bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Sejalan dengan tujuan negara dan Pasal 28H ayat (1) UUD 1945, Pemerintah
memiliki kewajiban di bidang kesehatan yaitu memberikan pelindungan dan jaminan kepada
masyarakat terhadap peredaran obat. Dalam mengimplementasikan yang diamanatkan
dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, Pemerintah wajib melakukan
pengawasan terhadap peredaran obat yang bertujuan melindungi masyarakat dari
penggunaan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan; mencegah penggunaan yang
salah; mencegah penyalahgunaan obat; dan memberikan kepastian hukum serta menciptakan
iklim usaha yang sehat dalam rangka peredaran obat.
1. Wujud perlindungan pemerintah kepada masyarakat dari penyalahgunaan obat yang tidak memenuhi Pasal 28H ayat (1) UUD 1945
standar dan persyaratan. yaitu Pemerintah memiliki
Obat yang tidak memenuhi standard dan persyaratan adalah kewajiban di bidang kesehatan
- Contoh kasus: yaitu memberikan pelindungan dan
1. Pada tahun 2016 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dibantu Kementerian jaminan kepada masyarakat
Komunikasi dan Informatika RI, telah menginvestigasi dan menemukan 214 situs yang terhadap peredaran obat
digunakan dalam penjualan dan peredaran obat. Dari 214 situs, BPOM menemukan 129 Implementasi yang diamanatkan
situs yang menjual obat ilegal dan palsu. Kerugian negara atas penjualan obat palsu dan dalam pembukaan dan batang
obat ilegal tersebut mencapai Rp 5.593.200.000, selain itu menyita 312 barang farmasi tubuh UUD 1945,
ilegal, termasuk yang palsu dengan nilai ekonomi lebih dari 56 miliar rupiah. 129 situs PERMENKES Nomor 30 Tahun
yang menjual obat palsu dan obat ilegal sudah diblokir16 tetapi kemudian muncul 2017 Tentang Perubahan Kedua
kembali dengan nama yang berbeda. Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1148/Menkes/Per/Vi/2011
2. Pada tahun 2017 BPOM telah melaporkan 118 situs penjual obat-obatan melalui media Tentang Pedagang Besar Farmasi
online. Situs tersebut berpotensi digunakan untuk penjualan obat keras dan terlarang. menyatakan masyarakat perlu
- Dampak : Akibat bebasnya penjualan obat melalui media online, maka setiap orang dengan dilindungi dari peredaran obat dan
mudah mendapatkan berbagai jenis obat, yaitu obat keras, obat narkotika dan obat bahan obat yang tidak memenuhi
psikotropika tanpa resep dokter. Penggunaan obat keras tanpa anjuran dari dokter bisa persyaratan mutu, keamanan dan
menyebabkan efek samping yang membahayakan kesehatan. Belum lagi pengobatan khasiat/manfaat
swamedikasi tanpa keilmuan kedokteran yang tepat bisa memperburuk kondisi penyakit
seseorang. Keadaan demikian
Mencegah adanya penyalahgunaan obat yang dilakukan oleh oknum masyarakat yang tidak
bertanggung jawab dan Menciptakan iklim usaha yang sehat dalam rangka peredaran obat.
- Dengan adanya regulasi, maka oknum-oknum yang pelakukan penyalahgunaan akan
mendapatkan efek jera dengan hukuman yang ada. Pada dasarnya, hukuman yang mereka
dapatkan tidak hanya dari pemerintah saja, tidak hanya hukuman fisik yang mereka dapatkan
namun juga hukuman moral.
KONTRA

NO Argumen Regulasi
1. Kesiapan para apoteker dan apotek dengan adanya regulasi apotek online yang berlaku Contoh Pasal 106 ayat [1] dan
- Sifat regulasi yang tidak bisa di buat main-main Pasal 1 ayat [4] UU No. 36 Tahun
Contoh pelanggar UU tentang kesehatan: 2009 tentang Kesehatan) yang
Pada tanggal 1 bulan september 2019 di Kota Waringin Timur. Diamankan 40.000 butir obat menyebutkan bahwa setiap orang
dengan berbagai merek dan jenis tanpa izin edar dan ribuan bungkus jamu tanpa ijin edar. yang dengan sengaja memproduksi
Kemudian tersangka (pemilik) jamu tersebut diancam dengan pasal 197 atau pasal 196, UU atau mengedarkan sediaan farmasi
RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun dan/atau alat kesehatan yang tidak
penjara serta denda maksimal 1 miliar memiliki izin edar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah).
2. Jaminan keselarasan pelayanan apotek online yang diberikan dengan regulasi yang akan diterapkan
- Siapa yang akan menjamin keselarasan antara barang yang dijual dengan ketentuan yang
diberlakukan pada regulasi yang dibuat. Mulai dari kejelasan system yang dipakai sampai
keamaan yang berlakukan pada system, bahkan juga system konseling yang dilakukan pada
apotek online entah hanya sekedar chatting ataupun lewat video call
- Mampukah pemerintah menjamin bahwa apotek online merupakan sarana yang lebih baik
daripada membeli langsung di apotek, walaupun regulasi tentang apotek online tersebut
sudah jadi, apakah benar tidak akan ada lagi yang menyalahgunakan apotek online

3. SDM kefarmasian yang belum merata


- Bagaimana bisa regulasi ditetapkan, namun pada praktek kefarmasian sendiri kepengawasan
peredaran obat masih kurang. Pengawasan peredaran obat dari apotek yang di online
seharusnya dilakukan oleh seorang apoteker. Namun pada kenyataannya saat ini, yang lebih
banyak bekerja atau mejadi pengawas bukanlah seorang apoteker melainkan tenaga
kefarmasian lain yang belum tentu memiliki pengetahuan mumpuni seperti apoteker. Atau
bahkan bisa saja tenaga kefarmasian tersebut bahkan bukanlah seorang yang berasal dari
bidang kefarmasian
Solusi yang diberikan adalah: Daripada kita membuang-buang waktu hanya untuk membuat regulasi yang belum tau
bagaimana wujudnya, dan harus mengoptimalkan system yang ada, mengapa tidak memaksimalkan kinerja yang ada pada
sebuah apotek, baik pengawasan langsung dari apotekernya maupun tenaga kefarmasian yang memang ada pada bidangnya.
Bisa saja apotek memberikan jasa antar obat namun dengan pengawasan tepat dari mulai pemesanan, pengantaran, bahkan
sampai penggunaan obat.

Anda mungkin juga menyukai