Anda di halaman 1dari 3

 Judul kasus : Kondisi Pasien Apotek Kusuma Nata Memprihatinkan

 Isi kasus :
Diketahui Apotek KN beberapa bulan yang lalu kedapatan menjual obat-obatan
psikotropika secara bebas sehingga dilakukan penutupan paksa oleh dinas-dinas / lembaga
yang berwenang. Kasat Narkoba Polresta Kompol Dodo Hendro mengatakan pasien di Apotek
KN, Yogyakarta yang diserahkan ke Satnarkoba Polresta Yogyakarta kondisinya
memprihatinkan. Itu dapat dilihat salama pemeriksaan terlihat jelas para pasien masih
ketergantungan psikotropika. Berdasarkan pemilahannya, mereka adalah korban psikotropika yang
harus disembuhkan, penderita suatu penyakit yang disarankan dokter melalui resep untuk
mengonsumsi dua jenis psikotropika itu, misal karena insomnia dan depresi, dan juga karena
efek kecelakaan sehingga terkena sarafnya dan harus tergantung obat tersebut.
Dengan resep dokter, mereka datang ke apotek untuk menebusnya. Calmlet kerap diberikan
dokter sebagai obat penenang, sedangkan Riklona untuk menambah stamina fisik agar
lebih giat. Mengingat adanya resep itu,maka tidak termasuk penyalahgunaan. Dia mengacu pada
UU No 5 tahun 1997 tentang psikotropika, bahwa ketentuan pidana adalah penyalahgunaan.
Sementara, para pasien itu hanya sebagai orang yang mau menebus obat berdasarkan resep
dokter (Tribunjogja.com, Agustus 2012).

 Saran/Masukan/Tanggapan :
Dalam kasus tersebut yang dilakukan oleh apotek merupakan pelanggaran karena
bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, yang dalam hal ini diatur dalam
Undang-undang sebagai berikut :
1. UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Bagian Kelima Belas “Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan”
- Pasal 102 Ayat (1) : Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan
psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan
dilarang untuk disalahgunakan. Ayat (2) : Ketentuan mengenai narkotika dan
psikotropika diatur dengan undang-undang.
- Pasal 103 Ayat (1) : Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengedarkan, dan
menggunakan narkotika dan psikotropika wajib memenuhi standart dan atau persyaratan
tertentu. Ayat (2) : Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaran, serta
penggunaan narkotika dan psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
undang-undang.

2. Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.


- Pasal 8 ayat 1c Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang
dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
- Pasal 8 ayat 4 Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan info secara
lengkap dan benar.

3. UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.


- Pasal 8 ayat 1 : “Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan.
- Pasal 39 ayat 1 : “Narkotika hanya dapat disalurkan oleh industri farmasi, pedagang
besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang ini.
- Pasal 36 ayat 1 : “Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah
mendapat izin edar dari menteri“.
- Pasal 43 ayat 3 : “Rumah sakit, apotek, puskesmas dan balai pengobatan hanya dapat
menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.“
- Pasal 45 ayat 1 dan 3 : (1) Industri farmasi wajib mencantumkan label pada kemasan
narkotika baik dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku narkotika (3) Setiap
keterangan yang dicantumkan dalam label narkotika harus lengkap dan tidak
menyesatkan.
Sanksi Hukum:
1. Undang-undang No. 5 tahun 1997
Pasal 60 ayat 1c Barangsiapa memproduksi atau mengedarkan psikotropika yang berupa
obat yang tidak terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
2. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
- Pasal 196 Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standart dan/atau persyaratan
keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98
ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
- Pasal 197 Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
3. Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 62 ayat 1 Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal
8, pasal 9, pasal 10, pasal 13 ayat 2, pasal 15, pasal 17 ayat 1 huruf a, huruf b, huruf c, huruf
e, ayat 2 dan pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

 Referensi
https://jogja.tribunnews.com/2012/08/31/kondisi-pasien-apotek-kusuma-nata-memprihatinkan

 Penulis
- Nama : Novellia Eka Artanti
- NRP : 244016006
- No. Hp : 089685458151

Anda mungkin juga menyukai