Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MANAJEMEN FARMASI DAN AKUNTANSI

Martiara Azista Dosen Pengampu:


2131.0025.007 apt. Masneli Masri, S.Farm.,
M.Farm
01
SOAL STUDI
KASUS (1)
SOAL STUDI KASUS (1)

SOAL STUDI KASUS (1)


Dikota Jakarta terdapat Apotik A yang merupakan Kerjasama antara Apoteker Pengelola
Apotik (APA) dengan Pemilik Sarana Apotik (PSA) Apotik membeli obat dari jalur yang tidak
resmi.
Bagaimana pendapat anda atas kasus tersebut? Beri penjelasan dan apa sanksi hukum yang
diterima menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dan PP No. 72 Tahun 1998?
JAWABAN SOAL STUDI
KASUS (1)

Wanprestasi yang seringkali terjadi dalam perjanjian jual beli obat yaitu pengambilan obat
yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku, kelalaian pembacaan resep, dan kesalahan
peracikan obat yang dilakukan oleh Apoteker. Dalam hal ini pemerintah berperan dalam
melakukan pengawasan penjualan obat - obatan dalam menjual obat kepada konsumen agar
tidak boleh sembarangan karena apotek bertanggung jawab melaporkan setiap penjualan
obat kepada pemerintah yang mana tugas tersebut dilakukan oleh Dinas Kesehatan.
JAWABAN SOAL STUDI
KASUS (1)

Perjanjian kerja antara Apoteker Pengelola Apotek dengan Pemilik Sarana Apotek dapat
berupa hubungan perburuhan dan hubungan kerjasama yang sederajat. Mengingat ternyata
Apotik adalah satu-satunya bisnis yang menyediakan obat-obatan serta alat kesehatan untuk
masyarakat, maka dari itu pemerintah selalu mengawal upaya usaha bisnis Apotek karena
merupakan salah satu perusahaan yang mendistribusikan obat kepada masyarakat.
JAWABAN SOAL STUDI
KASUS (1)

Pengertian Apotik dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Apotik, dimana
pengertian Apotik dalam Pasal 1 ayat (1) berbunyi bahwa Apotik adalah suatu tempat tertentu,
tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat.
JAWABAN SOAL STUDI
KASUS (1)

Pasal 197 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 berbunyi :
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
JAWABAN STUDI KASUS (1)

Pasal 74 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun


1998 Berbunyi :
Barangsiapa dengan sengaja memproduksi dan/atau mengedarkan
sediaan farmasi berupa obat atau bahan obat yang tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)
huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah) sesuai dengan ketentuan dalam dalam Pasal 80 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
02
SOAL STUDI KASUS
(2)
SOAL STUDI KASUS
(2)

SOAL STUDI KASUS (2)


Suatu pabrik kosmetik di kota Bekasi diduga menambahkan Rhodamin B
kedalam produknya dan produk tersebut sudah beredar dipasaran.
Bagaimana pendapat saudara dan apa yang saudara lakukan jika
menemukan hal tersebut dan dikaitkan dengan UU No. 36 th 2009 dan PP
No. 72 th 1998?
JAWABAN STUDI KASUS (2)

Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna
tekstil. rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya
dalam produk-produk pangan salah satunya pada saos tomat. Rhodamin B dapat
menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada
saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati. Oleh karena itu sebaiknya
masyarakat menghindari kosmetik yang mengandung Rhodamin B karena efek yang
di timbulkan sangatlah berbahaya bagi kesehatan.
JAWABAN STUDI KASUS (2)

Pasal 98 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 berbunyi :


(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu,
dan terjangkau.
(2) Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan,
menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang
berkhasiat obat.
(3) Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi,
pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu
pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan, dan mengawasi
pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengedaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).
JAWABAN STUDI KASUS (2)

Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998


Berbunyi :
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diproduksi dan/atau diedarkan harus memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
(2) Persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
untuk :
a. Sediaan farmasi yang berupa bahan obat dan obat sesuai dengan persyaratan dalam buku
farmakope atau buku standar lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
b. Sediaan farmasi yang berupa obat tradisional sesuai dengan persyaratan dalam buku Materia
Medika Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri.
c. Sediaan farmasi yang berupa kosmetika sesuai dengan peryaratan dalam buku Kodeks
Kosmetika Indonesia yang ditetapkan oleh Menteri.
d. Alat kesehatan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri.
JAWABAN STUDI KASUS (2)

Pasal 74 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun


1998 Berbunyi :
Barangsiapa dengan sengaja memproduksi dan/atau mengedarkan
sediaan farmasi berupa obat atau bahan obat yang tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)
huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah) sesuai dengan ketentuan dalam dalam Pasal 80 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
JAWABAN SOAL STUDI
KASUS (2)

Pasal 197 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 berbunyi :
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai