Anda di halaman 1dari 8

RESUME

UU NO.07 TAHUN 1963


TENTANG FARMASI
NAMA KELOMPOK
• NUR DIAN NADIVA KURDI (P27820320080)
• NURIL CHOFIFAH ARDWINA (P27820320081)
• NURIN AWALIA SETYANI (P27820320082)
• OLVI PUTRI KHARISMA D (P27820320083)
BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 2e Berbunyi :
Pekerjaan kefarmasian, adalah pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan
penyerahan obat atau bahan obat

Maksud Tujuan :
Pekerjaan kefarmasian, yang diperinci pada Pasal 2 E adalah pekerjaan yang dilakukan dipabrik-pabrik obat, apotik-apotik,
laboratoria dan sebaginya yakni berupa pembuatan, pengelohan,peracikan,pengubahan bentuk,pencampuran,penyimpanan dan
penyerahan obat atau bahan obat.

Kolaborasi Dengan Tenaga Kesehatan Sebagi Care Provider :


Dalam hal ini diperlukan kolaborasi dengan petugas kesehatan lain salah satunya dengan perawatdengan tujuan utamanya adalah
untuk menjaga keselamatan pasien dari hal yang tidak diinginkan. Dalam pemberian obat kepada pasien perawat dengan apoteker
merupakan hal yang sangat intim karena Keselamatan pasien dapat ditingkatkan melalui beberapa hal salah satunya adalah
pengawasan dalam pemberian obat, bagaimana pada dasarnya dalam masa perawatan pasien dalam mengatasi masalah yang dialami
oleh pasien obat merupakan hal yang sangat intim dengan pasien. Oleh karena itu, hubungan kolaborasi antara perawat dengan
apoteker sangatlah penting dalam perawatan pasien.
BAB III
USAHA – USAHA
Pasal 3 A dan B berbunyi :
Usaha-usaha untuk keperluan rakyat akan perbekalan kesehatan dibidang
farmasi, adalah sebagai berikut :

a. Usaha-usaha dalam bidang produksi, yang meliputi: penggalian kekayaan alam. Penanaman tumbuh-tumbuhan,
pemeliharaan dan pengembangan binatang yang berguna untuk farmasi,pembuatan bahan-bahan farmasi, pembuatan obat-obat
syntetis, pembuatan obatobat jadi,pembuatan alat-alat kesehatan dan alat-alat yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk alat
alat untuk laboratorium dan alat-alat untuk pembuatan obat-obat dan lain-lain.
b. Usaha-usaha dalam bidang distribusi yang dilakukan oleh Pemerintah dan Swasta yang meliputi: alat-alat distribusi,
apotek-apotek, rumah obat-rumah obat, toko-took penyalur obat dan lain-lain

Maksud dan Tujuan :


Peran dan tanggung jawab Farmasis adalah mendisign, memproduksi dan mendistribusikan obat. Untuk itu dibutuhkan Usaha untuk
menjalankannya usaha produksi yang telah dijelaskan dalam pasal 3 bagian A yakni berupa penggalian kekayaan alam. Penanaman
tumbuh-tumbuhan, pemeliharaan dan pengembangan binatang yang berguna untuk farmasi, pembuatan bahan-bahanfarmasi,
pembuatan obat-obat syntetis, pembuatan obatobat jadi, pembuatan alat-alat kesehatan dan alat-alat yang berhubungan dengan
kesehatan, termasuk alat alat untuk laboratorium dan alat-alat untuk pembuatan obat-obat dan lain – lain. Sedangkan Peran dan fungsi
yang diatur dalam Pasal 3 bagian B yakni mengenai Usaha Pendistribusian obat oleh pemerintah dan swasta meliputi alat-alat
distribusi, apotek-apotek, rumah obat-rumah obat, toko-toko penyalur obat dan lain-lain
BAB III
USAHA – USAHA
Pasal 4 ayat 1 dan 2 berbunyi :

(1) Dengan Peraturan Perundang-undangan ditetapkan peraturanperaturan mengenai produksi dan distribusi
dibidang farmasi.
(2) Menteri Kesehatan menetapkan peraturan-peraturan mengenai penyelidikan dan pengawasan konsumsi
dibidang farmasi, pekerjaan kefarmasian dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

Maksud dan Tujuan :


Peran dan tugas farmasi adalah memproduksi dan mendistribusikan obat. Dalam menjalankan peran dan tugasnya
farmasis telah diawasi oleh Menteri kesehatan dan diberikan hukum yang legal mengenai penyelidikan dan pengawasan
konsumsi dibidang farmasi, pekerjaan kefarmasian dan hal – hal yang dianggap perlu.
BAB V
OBAT ASLI INDONESIA
Bunyi Pasal 7 ayat 1 dan 2 :

(1) Pemerintah memberi bimbingan dalam perkembangan pengawasan terhadap usaha-usaha yang mempergunakan
obat asli Indonesia.
(2) Bimbingan dan pengawasan yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Perundang-
undangan.

Maksud dan Tujuan :


Dengan melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap usaha-usaha yang mempergunakan obat asli Indonesia, maka dapat
dijaga jangan sampai penggunaan obat asli Indonesia membahayakan. Kecuali dari pada itu kepribadian Indonesia didalam
bidang farmasi sebagai sebahagian dari pada kultur Indonesia umumnya dipelihara dan diperkembangkan sesuai dengan
ketentuan dalam pasal 11 ayat (4) Undang-undang Pokok Kesehatan. Jika sudah diadakan bimbingan serta pengawasan seorang
farmasis atau pabrik obat akan mendapatkan CPOB yakni sertifikat cara pembuatan obat yang baik dan setelah itu seorang
farmasis atau sebuah parik dapat mengedarkan obatnya dengan legal
BAB VI
USAHA SWASTA
Pasal 9 Berbunyi :
Sesuai dengan pasal 14 ayat (1), (2) dan (5) Undang-undang Pokok Kesehatan, badan-badan swasta diberi
kesempatan melakukan usahausaha dilapangan farmasi, terutama dibidang produksi.

Pasal 10 ayat 1 dan 2 Berbunyi :


(1) Untuk melakukan usaha swasta yang dimaksud dalam pasal 9, badan badan swasta harus mendapat izin dari Menteri
Kesehatan.
(2) Hal-hal mengenai izin yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Perundang-undangan.

Maksud dan Tujuan :


Prinsip bimbingan Pemerintah terhadap badan-badan dan oknum-oknum swasta dibidang kesehatan sebagaimana tercantum
dalam Undang-undang Pokok Kesehatan, ditegaskan disini bagi usaha farmasi swasta.Dalam pasal ini diharapkan agar badan
swasta berusaha terutama dilapangan produksi perbekalan kesehatan dibidang farmasi, sesuai dengan Keputusan M.P.R.S. Hal
ini dimaksudkan bahwasannya sebuah badan usaha swasta diberikan kesempatan melakukan usaha – usaha di lapangan farmasi
terutama di bidang produksi tetapi badan- badan swasta ini harus memiliki lisensi atau izin legal dari Menteri kesehatan
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai