Anda di halaman 1dari 12

Nama : Muhammad Febri Auliya

NPM : 2006623624
Prodi : Apoteker

HIRARKI PER-UU-AN PERSYARATAN DAN


PROSES PERIZINAN DISTRIBUSI OBAT DAN BAHAN BAKU OBAT

UU 36/2009
Tentang Kesehatan

PP 72/1998 PP 51/2009
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi tentang Pekerjaan Kefarmasian

PMK 26/2018
PMK 1148/2011 Jo 34/2014 Jo 30/2017 tentang Pedagang Besar Farmasi
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegritas secara Elektronik Sekotor Kesehatan
ASPEK UU NO 36 TAHUN 2009
JUDUL KESEHATAN
LATAR BELAKANG 1. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia;
2. Terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan
menimbulkan kerugian ekonomi yang besar;
3. Pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan
masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan tidak
berlaku lagi
DASAR HUKUM Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
KETENTUAN UMUM Definisi dari: Kesehatan, sumber daya di bidang kesehatan, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi, alkes, tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan
kesehatan, obat, OT, teknologi kesehatan, upaya kesehatan, pelayanan
kesehatan, pemerintah, dan Menteri.
TUJUAN 1. Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya,
2. Investasi bagi pembangunan SDM yang produktif secara sosial dan
ekonomis.
MATERI (1) Asas dan tujuan; (2) Hak dan kewajiban; (3) Tanggung jawab
MUATAN/ASPEK pemerintah; (4) Sumber daya di bidang Kesehatan; (5) Upaya
YANG DIATUR Kesehatan (17 upaya); (6) Kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, lanjut
usia, dan penyandang cacat; (7) Gizi; (8) Kesehatan jiwa; (9) Penyakit
menular dan tidak menular; (10) Kesehatan lingkungan; (11) kesehatan
kerja; (12) Pengelolaan kesehatan; (13) Informasi Kesehatan; (14)
Pembiayaan kesehatan; (15) Peran serta masyarakat; (16) Badan
pertimbangan kesehatan; (17) Pembinaan dan pengawasan;
(18)Penyidikan; (19) Ketentuan pidana.
MATERI FARMASI - Definisi: sediaan farmasi, alkes, nakes, faskes, obat, obat
tradisional
- Upaya Kesehatan (Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi
dan alkes), praktik kefarmasian
SANKSI Pidana denda dan penjara
Pasal 196: dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alkes yang tidak memenuhi standar dan/atau
persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 197: dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alkes yang tidak memiliki izin edar, dipidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
ATURAN 1. Peraturan ini ditetapkan paling lambat 1 tahun
PERALIHAN/PENUTUP 2. Saat UU ini mulai berlaku, UU No.23 Tahun 1992 dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

ASPEK PP No. 72 Tahun 1998


JUDUL Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
LATAR BELAKANG Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagai salah
satu upaya dalam pembangunan kesehatan yang memenuhi
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) UUD 1945
2. UU Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
3. UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Jo UU 36
Tahun 2009
KETENTUAN UMUM Definisi dari: Sediaan farmasi, alat kesehatan, produksi,
peredaran, pengangkutan, kemasan sediaan farmasi dan alkes,
dan Menteri.
TUJUAN Untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan
oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak
tepat serta yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan,
dan kemanfaatan.
MATERI 1. Persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
MUATAN/ASPEK 2. Produksi
YANG DIATUR 3. Peredaran
4. Pemasukan dan pengeluaran sediaan farmasi dan alat
kesehatan ke dalam dan dari wilayah Indonesia
5. Kemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6. Penandaan dan iklan
7. Pemeliharaan mutu
8. Pengujian dan penarikan kembali sediaan farmasi dan alat
kesehatan dari peredaran
9. Pemusnahan
10. Peran serta masyarakat
11. Pembinaan
12. Pengawasan
13. Ketentuan pidana

MATERI FARMASI 1. Pasal 9 ayat (1):


Sediaan farmasi dan alat Kesehatan hanya dapat diedarkan
setelah memperoleh izin edar dari Menteri.
2. Pasal 10
Ayat (1): Izin edar sediaan farmasi dan alat kesehatan
diberikan atas dasar permohonan secara tertulis kepada
Menteri.
Ayat (2): Permohonan secara tertulis disertai dengan
keterangan dan/atau data mengenai sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang dimohonkan untuk memperoleh izin edar
serta contoh sediaan farmasi dan alat kesehatan.
3. Pasal 11:
Sediaan farmasi dan alat Kesehatan yang dimohonkan untuk
memperoleh izin edar diuji dari segi mutu, keamanan, dan
kemanfaatan.
SANKSI Pidana denda dan penjara
Pasal 74(b): dengan sengaja memproduksi dan/atau
mengedarkan sediaan farmasi berupa obat atau bahan obat yang
tidak memenuhi persyaratan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pasal 77: dengan sengaja mengedarkan sediaan farmasi dan alat


kesehatan yang tidak mencantumkan penandaan dan informasi,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah)
ATURAN Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka semua
PERALIHAN/PENUTUP ketentuan peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah ada, tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

PP 51 TAHUN TAHUN 2009


JUDUL Pekerjaan Kefarmasian
LATAR BELAKANG Pasal 36 Uu 23/1992

DASAR HUKUM Pasal 5 Ayat (2) Uud 1945

KETENTUAN UMUM Definisi: Pekerjaan kefarmasian, sediaan farmasi, tenaga


kefarmasian, pelayanan kefarmasian, apoteker, tenaga teknis
kefarmasian, fasilitas kesehatan, fasilitas kefarmasian, fasilitas
produksi sediaan farmasi, fasilitas distribusi atau penyaluran
sediaan farmasi, fasilitas pelayanan kefarmasian, PBF, Apotek,
toko obat, standar profesi, standar prosedur operasional,
standar kefarmasian, asosiasi, organisasi profesi, STRA,
STRTTK, SIPA, SIK, rahasia kedokteran, rahasia kefarmasian,
menteri.
TUJUAN  Memberikan perlindungan kepada pasien dalam
memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa
kefarmasian
 Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan
pekerjaan kefarmasian sesuai denngan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundang-
undangan
Memberika kepastian hokum bagi pasien, masyarakat dan
tenaga kefarmasia
MATERI Penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian, tenaga
MUATAN/ASPEK YANG kefarmasian, disiplin tenaga kefarmasian, pembinaan dan
DIATUR pengawasan.

MATERI FARMASI Definisi: Pekerjaan kefarmasian, sediaan farmasi, tenaga


kefarmasian, pelayanan kefarmasian, apoteker, tenaga teknis
kefarmasian, fasilitas kesehatan, fasilitas kefarmasian, fasilitas
produksi sediaan farmasi, fasilitas distribusi atau penyaluran
sediaan farmasi, fasilitas pelayanan kefarmasian, PBF, Apotek,
toko obat, standar profesi, standar prosedur operasional,
standar kefarmasian, asosiasi, organisasi profesi, STRA,
STRTTK, SIPA, SIK, rahasia kedokteran, rahasia kefarmasian,
menteri.
SANKSI Sanksi Administrasi
ATURAN  Apoteker dan TTK yang telah memilliki izin tetap dapat
PERALIHAN/PENUTUP menjalankan pekerjaan kefarmasian dalam jangka waktu dua
(2) tahun dan wajib menyesuaikan dengan PP ini
 Apabila dalam jangka waktu 2 tahun belum memenuhi
persyaratan PP ini maka surat izin untuk menjalankan
pekerjaan kefarmasian batal
 PP 26/1965 Jo 22/1980, PP 41/1990 dicabut
Mulai berlaku sejak tanggal diundangkan

PP 26 TAHUN 2018
JUDUL Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Sektor Kesehatan
LATAR BELAKANG Percepatan dan peningkatan penanaman modal dan berusaha
sektor kesehatan, perlu menerapkan pelayanan Perizinan
Berusaha terintegrasi secara elektronik
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Terintegrasi Secara Elektronik
KETENTUAN UMUM Definisi: Perizinan Berusaha, Perizinan Berusaha Terintegritas
Secara Elektronik (OSS), Pelaku Usaha, Pendaftran, Izin
Komersial Atau Operasional, Komitmen, Lembaga Pengelola
dan Penyelenggara OSS, Nomor Induk Berusaha, NPWP,
Dokumen Elektronik, Tanda Tangan Elektronik, Industri
Farmasi, PBF, Industri Rumah Tangga Pangan, Sertifikat
Produksi Industri Farmasi, Sertifikat Produksi Industri Farmasi
Bahan Obat, Rencana Produksi Industri Farmasi atau Rencana
Produksi Industri Farmasi Bahan Obat, Sertifikat Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga, PBF Cabang, Sertifikat
Distribusi Farmasi, Sertifikat Distribusi Cabang Farmasi, Cara
Pembuatan Obat yang Baik, Cara Distribusi Obat yang Baik,
Obat Tradisional, Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik,
Industri Obat Tradisional, Industri Ekstrak Bahan Alam, Usaha
Kecil Obat Tradisional, Usaha Mikro Obat Tradisional,
Sertifikat Produksi Industri Obat Tradisional atau Sertifikat
Produksi Ekstrak Bahan Alam, Rencana Produksi IOT/IEBA,
Sertifikat Produksi UKOT dan Sertifikat Produksi UMOT,
Rencana Produksi UKOT, Kosmetika, Industri Kosmetika,
Sertifikat Produksi, Rencana Produksi Kosmetika, Sertifikat
Distribusi Farmasi, Sertifikat Distribusi Cabang Farmasi
Narkotika, Psikotropika, Prekursor Farmasi, Impor Narkotika,
Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi, Ekspor Narkotika,
Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi, Surat Persetujuan
Impor, Surat Persetujuan Ekspor Importir Produsen
Psikotropika, Importir Produsen Prekursor Farmasi, Importir
Terdaftar Psikotropika, Importir Terdaftar Prekursor Farmasi,
Eksportir Produsen Psikotropika, Eksportir Produsen Prekursor
Farmasi, Alat Kesehatan. Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro,
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Alat Kesehatan, Alat
Kesehatan Diagnostik In Vitro dan PKRT Inovasi, Alat
Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro dan PKRT
Pengembangan Baru, Izin Edar, Distributor Alat Kesehatan
dan Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro, Cabang Distributor
Alat Kesehatan dan Alat Kesehatan Diagnostik In
Vitro,Sertifikat Distribusi Alat Kesehatan, Izin Cabang
Distribusi Alat Kesehatan, Sertifikat Produksi Alat Kesehatan
dan PKRT, Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik yang
selanjutnya disebut CDAKB, Cara Pembuatan Alat Kesehatan
yang Baik, Cara Pembuatan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga yang Baik, Sertifikat Cara Pembuatan Alat Kesehatan
yang Baik atau Sertifikat Cara Pembuatan PKRT yang Baik,
Sertifikat Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik yang,
Toko Alat Kesehatan, Izin Toko Alat Kesehatan, Perusahaan
Rumah Tangga, Izin Perusahaan Rumah Tangga Alat
Kesehatan dan PKRT, Apotek, Toko Obat, Surat Tanda
Registrasi Apoteker, Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis
Kefarmasian, Surat Izin Apotek, Surat Izin Toko Obat, E-
Farmasi, Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi, Rumah
Sakit, Klinik, Laboratorium Klinik, Bank Jaringan dan/atau Sel
Punca, Laboratorium Pengolahan Sel Punca Untuk Aplikasi
Klinis, Institusi Pengujian Fasilitas Kesehatan, Hari,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Kementerian
Kesehatan, Menteri.
TUJUAN Menerapkan pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik pada sektor kesehatan

MATERI Jenis Perizinan Berusaha Sektor Kesehatan; Persyaratan;


MUATAN/ASPEK YANG Tata Cara Penerbitan Izin; Masa Berlaku Izin; dan
DIATUR Pengawasan Atas Pelaksanaan Perizinan Berusaha
MATERI FARMASI BAB I Ketentuan Umum
Definisi: Industri Farmasi, PBF, Sertifikat Produksi Industri
Farmasi, Sertifikat Produksi Industri Farmasi Bahan Obat,
Rencana Produksi Industri Farmasi atau Rencana Produksi
Industri Farmasi Bahan Obat, PBF Cabang, Sertifikat Distribusi
Farmasi, Sertifikat Distribusi Cabang Farmasi, Cara Pembuatan
Obat yang Baik, Cara Distribusi Obat yang Baik, Obat
Tradisional, Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik,
Industri Obat Tradisional, Industri Ekstrak Bahan Alam, Usaha
Kecil Obat Tradisional, Usaha Mikro Obat Tradisional,
Sertifikat Produksi Industri Obat Tradisional atau Sertifikat
Produksi Ekstrak Bahan Alam, Rencana Produksi IOT/IEBA,
Sertifikat Produksi UKOT dan Sertifikat Produksi UMOT,
Rencana Produksi UKOT, Kosmetika, Industri Kosmetika,
Rencana Produksi Kosmetika, Sertifikat Distribusi Farmasi,
Sertifikat Distribusi Cabang Farmasi Narkotika, Psikotropika,
Prekursor Farmasi, Impor Narkotika, Psikotropika dan/atau
Prekursor Farmasi, Ekspor Narkotika, Psikotropika dan/atau
Prekursor Farmasi, Surat Persetujuan Impor, Surat Persetujuan
Ekspor Importir Produsen Psikotropika, Importir Produsen
Prekursor Farmasi, Importir Terdaftar Psikotropika, Importir
Terdaftar Prekursor Farmasi, Eksportir Produsen Psikotropika,
Eksportir Produsen Prekursor Farmasi, Apotek, Toko Obat,
Surat Tanda Registrasi Apoteker, Surat Tanda Registrasi Tenaga
Teknis Kefarmasian, Surat Izin Apotek, Surat Izin Toko Obat,
E-Farmasi, Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi.
BAB II Jenis Perizinan Berusaha Sektor Kesehatan
BAB III Persyaratan
a. Izin Usaha Industri Farmasi dan Izin Usaha Industri Farmasi
b. Sertifikat Distribusi Farmasi
c. Sertifikat Distribusi Cabang Farmasi
d. Izin Usaha IOT/Izin Usaha IEBA
e. Izin Usaha Kecil dan Mikro Obat Tradisional
f. Sertifikat Produksi Kosmetika
g. Importir Terdaftar Psikotropika dan Prekursor Farmasi
h. Importir Produsen Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi
i. Ekportir Produsen Psikotropika dan Prekursor Farmasi
j. Persetujuan Impor Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi
k. Persetujuan Ekspor Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi
l. Pendaftaran Penyelenggara Sistem Elektronik Farmasi
m. Izin Apotek
n. Izin Toko Obat
BAB IV Tata Cara Penerbitan Izin
a. Penerbit Perizinan Berusaha
b. Prosedur
c. Pembayaran Biaya Perizinan Berusaha
BAB V Masa Berlaku Izin
BAB VI Pengawasan Atas Pelaksanaan Perizinan
Berusaha
SANKSI -
ATURAN a. Perizinan yang telah diajukan sebelum peraturan ini diproses
PERALIHAN/PENUTUP sesuai peraturan sebelumnya
b. Perizinan sebelumnya tetap berlaku sampai berakhirnya
masa berlaku perizinan
c. Berlaku mulai tanggal diundangkan

Judul PMK No. 1148 Tahun 2011


LATAR BELAKANG Pedagang Besar Farmasi
DASAR HUKUM  1. Masyarakat perlu dilindungi dari peredaran obat dan bahan
obat yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
khasiat/manfaat
PMK 918/1993, PMK 1191/2002, dan KMK 287/1976 sudah tidak
sesuai
KETENTUAN UMUM  1. Ordonansi Obat Keras (Staatsblad Nomor 419 Tahun 1949);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3671);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4727);
5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5062);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor
138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3781);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 tentang
Prekursor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5126);
11. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;
12. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara;
13. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar
Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang
Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 189/Menkes/
SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat Nasional;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/
Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan;
TUJUAN   Pedagang Besar Farmasi, PBF Cabang, Obat, Bahan Obat, Cara
Distribusi Obat yang Baik, Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat
dan Makanan, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makan, Direktur
Jenderal, dan Menteri
MATERI MUATAN/ASP Masyarakat perlu dilindungi dari peredaran obat dan bahan obat
EK YANG DIATUR  yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
khasiat/manfaat
MATERI FARMASI  Ketentuan Umum; Perizinan; Penyelenggaraan; Gudang PBF;
Pelaporan; Pembinaan dan Pengawasan; Ketentuan Peralihan;
Ketentuan Penutup
SANKSI  Perizinan PBF, Penyelenggaraan PBF, Gudang PBF, Pelaporan, -
Pembinaan dan Pengawasan
ATURAN PERALIHAN/ -  
PENUTUP 
Ketentuan Peralihan
(1) PBF dan PBF Cabang yang telah memiliki izin dan/atau
pengakuan sebelum Peraturan Menteri ini diundangkan, wajib
menyesuaikan perizinan dan penyelenggaraan usahanya paling lama
2 (dua) tahun sejak mulai berlakunya Peraturan Menteri ini.
(2) Permohonan Izin PBF dan PBF Cabang yang telah diajukan
sebelum mulai berlakunya Peraturan Menteri ini tetap diproses
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
918/Menkes/Per/X/1993 tentang Pedagang Besar Farmasi
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1191/Menkes/SK/IX/2002 atau Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 287/Menkes/SK/X/1976 tentang Pengimporan,
Penyimpanan, dan Penyaluran Bahan Baku Obat.

Ketentuan Penutup
PMK 918/1993, PMK 1191/2002, dan KMK 287/1976 dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku

Anda mungkin juga menyukai