Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ABIYYA SHAFA NABILAH

NPM : 22344107
MATA KULIAH : UU DAN ETIKA
TUGAS : MINGGU I (HIRARKI)

UUD 1945

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
A. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

ASPEK UU Nomor 36 Tahun 2009


JUDUL KESEHATAN
LATAR BELAKANG Bahwa :
1. Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan
kualitas pelayanan Kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar
masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakal
melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang menyeluruh
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat secara terarah,
terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta aman,
berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat;
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral
yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus
harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, sertihkasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan,
pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan
memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan;
4. Untuk memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap individu dan
masyarakat, untuk memeratakan pelayanan kesehatan kepada seluruh
masyarakat, dan untuk memberikan pelindungan serta kepastian
hukum kepada tenaga kesehatan dan masyarakat penerima upaya
pelayanan kesehatan, perlu pengaturan mengenai tenaga kesehatan
terkait dengan perencanaan kebutuhan, pengadaan, pendayagunaan,
pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan;
5. Ketentuan mengenai tenaga kesehatan masih tersebar dalam berbagai
peraturan perundangundangan dan belum menampung kebutuhan
hukum masyarakat sehingga perlu dibentuk undang-undang tersendiri
yang mengatur tenaga kesehatan secara komprehensif;
6. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu membentuk Undang-
Undang tentang Tenaga Kesehatan;
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 2O, Pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
KETENTUAN UMUM Definisi: Tenaga Kesehatan, Asisten Tenaga Kesehatan, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Upaya Kesehatan, Kompetensi, Uji Kompetensi,
Sertifikat Kompetensi, Sertifikat Profesi, Registrasi, Surat Tanda
Registrasi, Surat Izin Praktik, Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi,
Standar Prosedur Operasional, Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia,
Organisasi Profesi, Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan,
Penerima Pelayanan Kesehatan, Pemerintah Pusat yang selanjutnya
disebut Pemerintah, Pemerintah Daerah, Menteri.
TUJUAN 1. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan Tenaga Kesehatan;
2. Mendayagunakan Tenaga Kesehatan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat;
3. Memberikan pelindungan kepada masyarakat dalam menerima
penyelenggaraan Upaya Kesehatan;
4. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Upaya
Kesehatan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan; dan
5. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan Tenaga
Kesehatan
MATERI Kualifikasi dan Pengelompokkan Tenaga Kesehatan, Perencanaan,
MUATAN/ASPEK YANG Pengadaan dan Pendayagunaan, Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia,
DIATUR Registrasi dan Perizinan Tenaga Kesehatan, Organisasi Profesi, Tenaga
Kesehatan Warga Negara Indonesia Lulusan Luar Negeri dan Tenaga
Kesehatan Warga Negara Asing, Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan,
Penyelenggaran Keprofesian, Penyelesaian Perselisihan, Pembinaan dan
Pengawasan, Sanksi Administratif, Ketentuan Pidana
MATERI FARMASI Sediaan farmasi, Tenaga Kesehatan, Asisten Tenaga Kesehatan, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Majelis Tenaga Kesehatan, Komite Farmasi
Nasional, Pekerjaan Kefarmasiaan, Uji Kompetensi, Registrasi, Organisasi
Farmasi
SANKSI Pidana denda dan penjara
ATURAN Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang
PERALIHAN/PENU undangan yang mengatur mengenai Tenaga Kesehatan dinyatakan masih
TUP tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini.
B. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

ASPEK PP Nomor 51 Tahun 2009


JUDUL PEKERJAAN KEFARMASIAN
LATAR BELAKANG Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63, Undang-Undang
Nomor. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Pekerjaan Kefarmasian.
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) UUD RI 1945
2. UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
KETENTUAN UMUM Definisi: Pekerjaan Kefarmasian, Sediaan Farmasi, Tenaga
Kefarmasian, Pelayanan Kefarmasian, Apoteker, TTK, Fasilitas
Kesehatan, Fasilitas Kefarmasian, Fasilitas Prod.Sed. Farmasi, Fasilitas
Distribusi/Penyaluran Sed. Farmasi, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Pedagang Besar Farmasi, Apotek, Toko Obat, Standar Profesi, Standar
Prosedur Operasional, Standar Kefarmasian, Asosiasi, Organisasi
Profesi, STRA, STRTTK, SIP Apoteker, SIK, Rahasia Kedokteran,
Rahasia Kefarmasian, Menteri.
TUJUAN 1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam
memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa
kefarmasian; mempertahankan dan meningkatkan mutu
penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
2. Teknologi serta peraturan perundangan-undangan; dan
3. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan Tenaga
Kefarmasian.
MATERI Tenaga Kefarmasiaan, Disiplin Tenaga Kefarmasiaan, Pembinaan dan
MUATAN/ASPEK Pengawasan
YANG DIATUR
MATERI FARMASI Tenaga Kefarmasiaan, Disiplin Tenaga Kefarmasiaan, Pembinaan dan
Pengawasan
SANKSI Tidak terdapat sanksi

ATURAN PERALIHAN/ Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan
PENUTUP Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2752), sebagaimana diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang
Apotik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 40,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3169) dan Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti Dan Izin Kerja Apoteker
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 55,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3422), dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku
C. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek

ASPEK PMK Nomor 73 Tahun 2016


JUDUL STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
LATAR BELAKANG Bahwa :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 35 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek masih
belum memenuhi kebutuhan hukum di masyarakat
sehingga perlu dilakukan perubahan;
2. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek;
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
4. UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika;
8. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen, sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan;
KETENTUAN UMUM Definisi: Apotek, Standar Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan
Kefarmasian, Resep, Sediaan Farmasi, Obat, Alat Kesehatan,
Bahan Medis Habis Pakai, Apoteker, Tenaga Teknis
Kefarmasian, Direktur Jenderal, Kepala badan Pengawas Obat,
Menteri
TUJUAN 1. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety).
MATERI Pendahuluan, Pengelolaan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis
MUATAN/ASPEK Habis Pakai, Pelayanan Farmasi Klinik, Sumber daya
YANG DIATUR Kefarmasiaan, Evaluasi Mutu Peayanan Kefarmasiaan
ATURAN Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ditetapkan sebagai
PERALIHAN/ acuan pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Untuk
PENUTUP keberhasilan pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek diperlukan komitmen dan kerjasama semua pemangku
kepentingan. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan
Kefarmasian di Apotek semakin optimal dan dapat dirasakan
manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang pada akhirnya
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai