Anda di halaman 1dari 72

PERANAN IAI DALAM

PEMBERANTASAN OBAT PALSU/ILEGAL


DI INDONESIA

Jakarta,5 Oktober 2017

Nurul Falah Eddy Pariang, Apt


Ketua Umum
Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
Outline
Pendahuluan
Peraturan Perundang undangan
Masalah yang terjadi saat ini
Peranan IAI
Penutup
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
Amanat dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
UUD 1945 sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Pasal 28H (1)

Negara mengembangkan sistem jaminan sosial


bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
martabat kemanusiaan. (Pasal 34 (1))

Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas


pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak. (Pasal 34(3))

3
UU Kesehatan No.36/2009

Pasal 4
Setiap orang berhak atas Kesehatan
Pasal 5
1.Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan
2.Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau.
UU Kesehatan No.36/2009

Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi
dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang
data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan
pengobatan yang telah maupun yang akan
diterimanya dari tenaga kesehatan.
THE MANY FACES OF PHARMACISTS
MANUFACTURING & DISTRIB REGULATIONS
GATEKEEPER LAW ENFORCER
Ensures the Formulates and implements
implementation of GMP & healthcare polices/regulations in
GDP Indonesia
ACADEMIC MARKETING
Lecture & Research MEDICATION MARKETER
Play a pivotal role in Introduces and educates
educating future healthcare providers on new
generations of pharmacies treatment options
Engaging in research HOSPITAL
activities PATIENT-CARE TEAM PLAYER
RESEARCH COMMUNITY Provides professional
CLINICAL RESARCHER PARTNER IN HEALTHCARE advice on best choice of
Find new cures for Manage minor ailments medicines for each patient
untreated illnesses or (cough, cold, gastric
medicines with less side discomfort and fungal
effects for the benefit of infections etc)
patients Fill your prescriptions
SUMPAH /JANJI APOTEKER
PERTAMA: SAYA AKAN MEMBAKTIKAN HIDUP SAYA GUNA KEPENTINGAN
PERIKEMANUSIAAN, TERUTAMA DALAM BIDANG KESEHATAN

KEDUA : SAYA AKAN MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YANG SAYA KETAHUI KARENA
PEKERJAAN SAYA DAN KEILMUAN SAYA SEBAGAI APOTEKER

KETIGA : SEKALIPUN DIANCAM SAYA TIDAK AKAN MEMPERGUNAKAN PENGETAHUAN SAYA


KEFARMASIAN SAYA UNTUKSESUATU YAN BERTENTANGAN DENGAN HUKUM
KEMANUSIAAN

KEEMPAT : SAYA AKAN MENJALANKAN TUGAS SAYA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA SESUAI


DENGAN MARTABAT DAN TRADISI LUHUR JABATAN KEFARMASIAN

KELIMA : DALAM MENUNAIKAN KEWAJIBAN SAYA, SAYA AKAN BERIKHTIAR DENGAN


SUNGGUH-SUNGGUH SUPAYA TIDAK TERPENGARUH OLEH PERTIMBANGAN KEAGAMAAN,
KEBANGSAAN, KESUKUAN, POLITIK, KEPARTAIAN, ATAU KEDUDUKAN SOSIAL

SAYA IKRARKAN SUMPAH/JANJI INI DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH DAN DENGAN


PENUH KEINSYAFAN
Kode Etik Apoteker Indonesia
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi
orang lain.

Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya.
Kode Etik Apoteker Indonesia
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang
farmasi pada khususnya.

BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA

Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktek kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi
penderita dan melindungi makhluk hidup insani.
Standar Kompetensi Apoteker
1. Praktik kefarmasian secara profesional dan etik
2. Komunikasi efektif
3. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
4. Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
5. Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
6. Formulasi dan produksi sediaan farmasi
7. Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
8. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
9. Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
10. Peningkatan kompetensi diri
Outline
Pendahuluan
Peraturan Perundang undangan
Masalah yang terjadi saat ini
Peranan IAI
Penutup
DEFINISI OBAT PALSU BERDASARKAN
PERMENKES NO.1010/MENKES/PER/XI/ 2008

Obat yang diproduksi oleh yang tidak


berhak berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
atau produksi obat dengan
penandaan yang meniru identitas
obat lain yang telah memiliki izin edar
UUNo. 36/2009 tentang Kesehatan

Pasal 108 Ayat (1)


Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian obat pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

13
Penjelasan Pasal 108 Ayat (1)
UU No.36/2009
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan dalam
ketentuan ini adalah tenaga kefarmasian sesuai dengan
keahlian* dan kewenangannya**. Dalam hal tidak ada
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat
melakukan praktik kefarmasian secara terbatas,
misalnya antara lain dokter dan/atau dokter gigi, bidan,
dan perawat, yang dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Amar Putusan MK : Atas Judicial Review Pasal 108
Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian;
Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063) sepanjang kalimat, ... harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang tidak dimaknai bahwa
tenaga kesehatan tersebut adalah tenaga kefarmasian, dan dalam hal tidak ada tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat melakukan praktik kefarmasian secara
terbatas, antara lain, dokter dan/atau dokter gigi, bidan, dan perawat yang melakukan
tugasnya dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan jiwa dan diperlukan
tindakan medis segera untuk menyelamatkan pasien;
Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063) sepanjang kalimat, ... harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan adalah tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai bahwa tenaga
kesehatan tersebut adalah tenaga kefarmasian dan dalam hal tidak ada tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat melakukan praktik kefarmasian
secara terbatas, antara lain, dokter dan/atau dokter gigi, bidan, dan perawat yang
melakukan tugasnya dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan jiwa
dan diperlukan tindakan medis segera untuk menyelamatkan pasien;
Penjelasan Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
Penjelasan Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
Menolak permohonan para Pemohon untuk selain dan selebihnya;
Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik
Indonesia sebagaimana mestinya;
UU 36 Th 2009 ttg Kesehatan Pasal 196
Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak
memenuhi standar dan/atau persyaratan
keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan
mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98
ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
UU 36 Th 2009 ttg Kesehatan Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak
memiliki izin edar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus
juta rupiah).
UU 36 Th 2009 ttg Kesehatan Pasal 198

Setiap orang yang tidak memiliki


keahlian dan kewenangan untuk
melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
108 dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Implementasi Quality Assurance sebagai wilayah
Praktek Kefarmasian Apoteker

National
Active
Regional
Ingredients
Wholesalers

Raw GMP Finished


GDP GPP
Hospitals
Materials Drug Patients
Pharmacies

Smaller
Inactive
Wholesalers
Ingredients
Distrbution of Pharmaceutical Product Indonesia
Manufacturer
206

2.810-Distributor
60% in Jawa bali
Only 30 Distributor have branches Distributor
in15 Prov PBF(2810)
5 PBF owned 85% Market share

Puskesmas Licensed
Hospitals Pharmacy
dan Klinik Drug store
(2200) (17.000)
(>10.000) (5200 ?)

End Customer (PATIENTS)


Sarana ilegal
Legitnya Bisnis Obat Ilegal Pasar ini..
PP51/2009 pasal 3

Pekerjaan kefarmasian dilakukan berdasarkan pada


nilai ilmiah,keadilan,kemanusiaan,keseimbangan dan
perlindungan serta keselamatan pasien atau
masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi
yang memenuhi standard dan persaratan
keamanan,mutu dan kemanfaatan.
Definisi pelayanan kefarmasian (PP 51)

Pelayanan langsung dan


bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu
kehidupan pasien

Pharmaceutical Care
berorientasi pada patient
safety
Permenkes 34 tahun 2014 ttg PBF

Pasal 20
PBF dan PBF cabang hanya melaksanakan
penyaluran obat berdasarkan surat pesanan yang
ditandatangani apoteker pengelola
Apotek,Penanggung jawab atau tenaga teknis
kefarmasian penanggung jawab untuk toko obat
dengan mencantumkan nomer SIPA,SIKA atau SIKTTK
Permenkes nomer 9 ahun 2014 tentang Klinik.

Permenkes 9/2014 tentang Klinik


Bagian Kefarmasian
Pasal 21
(1) Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan
pelayanan farmasi.
(2) Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian wajib memiliki apoteker
yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
sebagai penanggung jawab atau pendamping.
Permenkes 9/2014 tentang Klinik

Pasal 22
(1) Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi
yang diselenggarakan apoteker.
(2) Instalasi farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) melayani resep dari dokter Klinik yang
bersangkutan, serta dapat melayani resep dari
dokter praktik perorangan maupun Klinik lain.
Undang undang 44/2009 ttg Rumah sakit

Pasal 15 ayat 3
Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan
bahan habis pakai di Rumah Sakit harus dilakukan
oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu

Pasal 30 ayat 1 poin c


Melakukan kerjasama dengan pihak lain
dalam rangka mengembangkan pelayanan
Standar Pelayanan

Permenkes No.30 Th 2014 ttg Standar Pelayanan


Kefarmasian di PUSKESMAS
Permenkes No.35 Th 2014 ttg Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
Permenkes No.58 Th 2014 ttg Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
Standar Pelayanan

PP 51/2009 ttg Pekerjaan Kefarmasian :


Dalam menjalankan praktik kefarmasian pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus
menerapkan standar pelayanan kefarmasian
(Pasal .21)
CPOB
PP 51/2009 ttg Pekerjaan Kefarmasian :
Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi
Sediaan Farmasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 harus
memenuhi ketentuan Cara Pembuatan
obat yang Baik yang ditetapkan oleh
Menteri. (pasal 10)
CDOB
PP 51/2009 ttg Pekerjaan Kefarmasian :
Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas
Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 harus memenuhi ketentuan
Cara Distribusi yang Baik yang
ditetapkan oleh Menteri. (Pasal 15)
Permenkes 30/2014 ttg Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas meliputi


standar:
a. pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik :
1) pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat;
2) Pelayanan Informasi Obat (PIO);
3) konseling;
4) ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap);
5) pemantauan dan pelaporan efek samping Obat;
6) pemantauan terapi Obat; dan
7) evaluasi penggunaan Obat.
Permenkes 35/2014 ttg Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:


a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik :
a. pengkajian Resep;
b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
Permenkes 35/2014 . lanjutan

Pasal-3
(3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. pengkajian Resep;
b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy
care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
Permenkes 58/2014 ttg Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit

Standar Pelayanan Kefarmasian di RS meliputi standar:


a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.
a. pengkajian Resep;
b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
Permenkes No 99/2015 tentang Pelayanan
Kesehatan pada JKN
pasal 25

1) Untuk menjamin pemenuhan obat program rujuk


balik BPJS Kesehatan harus melakukan kerjasama
dengan apotek, ruang farmasi atau instalasi farmasi
di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang mudah
diakses oleh peserta JKN.
2) Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar
BPJS Kesehatan di luar biaya kapitasi.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan
obat program rujuk balik diatur dengan Peraturan
BPJS Kesehatan.
19. Ketentuan Lampiran huruf E Angka1
Pelayanan Obat
a. Prosedur pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
1) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau
tindakan medis di Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama
2) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan
indikasi medis.
3) Peserta membawa resep ke Ruang Farmasi/Instalasi
Farmasi di puskesmas, klinik dan apotek jejaring.
4) Apoteker di puskesmas melakukan pelayanan
kefarmasian sesuai standar.
19. Ketentuan Lampiran huruf E Angka1
Pelayanan Obat
b. Prosedur Pelayanan Obat paket INA-CBGs di
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
1) Prosedur pelayanan obat rawat jalan
a) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan
medis di Fasilitas Kesehatan.
b) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.
c) Peserta mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
atau apotek jejaring rumah sakit dengan membawa identitas
dan bukti pelayanan yang diperlukan.
d) Apoteker melakukan pelayanan kefarmasian sesuai standar.
19. Ketentuan Lampiran huruf E Angka1
Pelayanan Obat
2) Prosedur Pelayanan Obat rawat inap:
a) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau
tindakan medis di Fasilitas Kesehatan.
b) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi
medis.
c) Peserta mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit atau apotek jejaring rumah sakit dengan
membawa identitas dan bukti pelayanan yang
diperlukan.
d) Apoteker melakukan pelayanan kefarmasian sesuai
standar.
19. Ketentuan Lampiran huruf E Angka1
Pelayanan Obat
3) Prosedur pelayanan obat program rujuk balik
a) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau
tindakan medis di Fasilitas Kesehatan.
b) Dokter meresepkan obat program rujuk balik
sesuai dengan indikasi medis.
c) Peserta mengambil obat di Apotek dan/atau
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
d) Apoteker melakukan pelayanan kefarmasian
sesuai standar.
PP 51/2009 pasal 24

Dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada


fasilitas pelayanan kefarmasian,Apoteker dapat :
b.Mengganti obat merek dagang dengan obat generik
yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang
lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.
c.Menyerahkan obat keras,narkotika dan psikotropika
kepada masyarakat atas resep dari dokter sesuai
dengan ketentuan perundang undangan.
Outline
Pendahuluan
Peraturan Perundang undangan
Masalah yang terjadi saat ini
Peranan IAI
Penutup
PENEMUAN TRAMADOL
Pertama kali disintesis tahun 1962 oleh
Industri Grnenthal GmbH di Jerman sebagai
obat analgesik dengan merek Tramal (Chemie
Grnenthal GmbH, 1965).
Sintesis tramadol bertujuan untuk
memperoleh analgesik opioid baru yang lebih
poten dibanding kodein namun memiliki efek
ketergantungan yang lebih rendah dibanding
morfin.
Pada pasaran Indonesia terdapat sebanyak 44
merek obat jadi Tramadol tunggal maupun
kombinasi dalam bentuk sediaan oral
tablet/kapsul 50 dan 100 mg serta sediaan
ampul 50 mg/2mL dan 100 mg/2 mL.

Chemie Grnenthal GmbH (1965). British Patent No. 997,399. Chem Abst 63: 9871f
https://www.mims.com/indonesia/drug/search?q=tramadol&page=1

47
AFFINITAS TRAMADOL DAN M1
PADA RESEPTOR OPIOID

Tabel 1. Afinitas tramadol dan metabolit M1 pada beberapa reseptor opioid dan efek
penghambatan uptake monoamin

Afinitas ()-Tramadol berikatan pada reseptor opioid lebih rendah 4000-fold


kali disbanding morfin.
Bahkan afinitas tramadol pada reseptor opioid dan lebih rendah lagi.
Metabolit tramadol M1 memiliki afinitas 400-fold lebih tinggi dibandingkan
tramadol pada reseptor opioid , namun tetap lebih rendah dibanding morfin
(Raffa dkk., 1992 dan 1993; Gillen dkk., 2000)

Raffa RB, Buschmann H, Christoph T, Eichenbaum G, Englberger W, Flores CM, Hertrampf T, Kogel B,
Schiene K, Strassburger W, Terlinden R, Tzschentke TM., 2012, Mechanistic and functional
differentiation of tapentadol and tramadol, Expert Opin Pharmacother 13(10): 1437-1449

48
EFEK SAMPING TRAMADOL

https://medlineplus.gov/
druginfo/meds/a695011.
html

49
Status Tramadol di Indonesia
Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI Nomor 7 Tahun
2013 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obatan
Tertentu yang Sering Disalahgunakan, Tramadol
digolongkan sebagai obat-obatan yang bekerja di sistem
susunan syaraf pusat selain Narkotika dan Psikotropika,
yang pada penggunaan diatas dosis terapi dapat
menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku atau kemudian dikenal
sebagai golongan obat-obat tertentu.
Obat-obat tertentu hanya dapat digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau ilmu
pengetahun

50
PENEMUAN KARISOPRODOL

Karisoprodol pertama kali dirilis di


pasaran tahun 1959 dengan merek
SOMA (Wallace Laboratoris) dan
bertujuan untuk menggantikan obat
milltown (meprobamat) karena
dianggap memiliki efek muscle relaxer
yang lebih poten dan memiliki potensi
lebih rendah untuk disalahgunakan
(Berger, 1960).
Karisoprodol merupakan modifikasi dari
Karisoprodol
meprobamate (derivate benzodiazepine)
dengan penambahan gugus isopropyl
pada salah satu nitrogen karbamil
(Berger, 1959)
merprobama Karisoprodol dijual dalam bentuk
t sediaan tablet tunggal 250 mg dan
campuran dengan parasetamol dan
caffeine (PCC).
51
MEKANISME MOLEKULAR
KARISOPRODOL

Benzodiazepines act on GABA


receptor sites in your brain, and
force them to say open longer.
This approach affects the way
that your brain behaves, in
order to be able to better utilize
an already-existing supply of
GABA. GABA supplements, by
contrast, dont affect your
brains natural function and
simply provide it with more
GABA to balance out over-
excitement.

https://www.organicnewsroom.com/gaba-supplement/
Lydiard RB, 2003, The role of GABA in anxiety disorders, J Clin Psychiatry 64 Suppl 3:21-7

52
Beredarnya obat ilegal yang dikenal dengan tablet PCC di Kendari
yang telah mengakibatkan korban meninggal dunia menunjukkan
betapa bahayanya mengonsumsi obat ilegal, yaitu obat yang tidak
mendapatkan izin edar dari Badan POM.
Semua obat yang mengandung carisoprodol memberi efek
relaksasi otot, selain itu dapat juga menimbulkan efek samping
bersifat sedatif dan euforia. Pada dosis yang lebih tinggi juga dapat
menyebabkan kejang dan berhalusinasi, serta efek lainnya yang
membahayakan kesehatan hingga kematian.
Pada tahun 2013, semua obat yang mengandung carisoprodol
(Carnophen, Somadril, New Skelan, Carsipain, Rheumastop,
Carminofein, Etacarphen, Cazerol, Bimacarphen, Karnomed) yang
diberikan izin edar oleh Badan POM dicabut izin edarnya dan tidak
boleh lagi beredar di Indonesia.
Pemeriksaan Apotek oleh Polisi
OBAT PALSU/ILEGAL
SEHARUSNYA BUKAN
RANAH APOTEKER
Obat Illegal ranah penjahat

Apoteker melayankan obat dengan Penjahat melayankan obat


menjamin mutu dan khasiat sesuai standar dengan tidak bertanggung jawab
Obat illegal
Tenaga kesehatan terlibat ? Penegakan hukum
dan Penegakan etik dan disiplin Profesi
Outline
Pendahuluan
Peraturan Perundang undangan
Masalah yang terjadi saat ini
Peranan IAI
Penutup
Wahai sejawatku Para Apoteker

Meskipun besok mau Kiamat


APOTEKER HARUS TETAP PRAKTIK
BERTANGGUNGJAWAB
Praktik Secara Legal

Memiliki dokumen yang masih berlaku meliputi :


1. Sertifikat Kompetensi
2. Surat Tanda Registrasi Apoteker
(Setiap Tenaga Kesehatan yang dengan sengaja manjalankan praktik tanpa
memiliki STR sebagaimana dimaksud pasal 44 ayat (1) dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp.100.000.000,- / UU 36/2014 pasal 85 ayat 1))

3. Surat Ijin Praktik Apoteker


(Setiap Tenaga Kesehatan yang dengan sengaja manjalankan praktik tanpa
memiliki ijin sebagaimana dimaksud pasal 46 ayat (1) dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp.100.000.000,- / UU 36/2014 pasal 86 ayat 1)
Melaksanakan Praktik Sesuai Standar

Cara Pembuatan Obat Yang Baik (PerkaBPOM


No.HK.03.1.33.12.12.8195 Thn 2012)
Cara Distribusi Obat Yang Baik (PerkaBPOM No.
HK.03.1.34.11.12.7542 Thn 2012)
1. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (PMK 73/2016)
2. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (PMK 74/2016)
3. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (PMK
75/2016)
Apoteker Praktek Bertanggungjawab
Explain and
Discribe
Medicines
World Pharmacist Day :
Aksi Damai dan Bakti Sosial
Dalam rangka World Pharmacist
Day
SPANDUK 3
AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT
DAN KEAMANAN BAGI ANDA

INGATLAH...
DA GU SI BU
Kami Para Apoteker siap
membantu masyarakat
DAPATKAN GUNAKAN
OBAT OBAT
DENGAN DENGAN
BENAR BENAR

SIMPAN BUANG
OBAT OBAT
DENGAN DENGAN
BENAR BENAR
6 PENUTUP
Meningkatkan kerjasama Stake holder farmasi

Kementrian Kesehatan RI

BADAN POM RI Kementrian DIKBUD RI

Ikatan Apoteker
Indonesia APOTEKER Komite Farmasi Nasional
PRAKTIK
POLRI BERTANGGUNG
JAWAB
Dinas Kesehatan Kab/Kota
Lingkungan
RS/Apotek/Industri
OT/Kosmetik/ Farmasi

ASOSIASI PERGURUAN
Masyarakat Pasien / Pharmacy Patient
TINGGI FARMASI
Watch
Memperkuat dan tanggung jawab masing
masing stake holder
Kemkes membina dan menciptakan peraturan yang kondusif
untuk Apoteker Praktek
Perguruan tinggi melakukan perubahan sesuai naskah
akademik pendidikan apoteker
Ikatan Apoteker Indonesia meningkatkan kompetensi
apoteker dengan CPD dan penegakan etika dan disiplin
Apoteker
BPOM melakukan penegakan hukum atas pelanggaran
praktek kefarmasian di sarana legal
POLRI melakukan penegakan hokum sarana dan obat ilegal
Masyarakat perlu di edukasi terkait penting nya Obat sebagai
barang kesehatan
Nurul Falah Eddy Pariang
08121094448

nurul178@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai