Anda di halaman 1dari 28

Scanned with CamScanner

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas diselesaikannya


penyusunan Pedoman Hak Pasien dan Keluarga RSU KMC Luragung yang dijadikan
sebagai acuan dalam memberikan pelayanan berupa perlindungan terhadap hak
pasien dan keluarga selama pasien tersebut terdaftar sebagai penerima pelayanan
kesehatan di RSU KMC Luragung.

Pedoman Hak Pasien dan Keluarga ini diharapkan dapat menjadi acuan
untuk menjabarkan lebih lanjut proses pemberian perlindungan hak pasien dan
keluarga kedalam bentuk yang lebih rinci, seperti pembuatan panduan dan Standar
prosedur Operasional (SPO). Landasan utama dibuatnya Pedoman Hak Pasien dan
Keluarga ini adalah Undang – undang nomor 44 Tahun 2009 Pasal 32 yang menuat
18 hak pasien dan keluarga serta disesuaikan dengan sistem akreditasi Rumah Sakit
yang mengacu pada Joint Comission International (JCI).

Kami menyadari bahwa pedoman Hak Pasien dan Keluarga ini masih belum
sempurna dan kami mengharapkan adanya masukan bagi penyempurnaan di
kemudian hari. Tersusunnya Pedoman Hak Pasien dan Keluarga ini tidak lepas dari
adanya dukungan berbagai pihak. Untuk itu tim penyusun mengucapkan terima kasih
dan harapan agar Pedoman Hak Pasien dan Keluarga ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Kuningan,

Tim Akreditasi Pokja HPK


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cita – cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan


Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan melalui
berbagai upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional.

Sejalan dengan amanat pasal 28 H ayat (1) Undang – undang dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak
memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam pasal 34 ayat (3) dinyatakan
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitasn pelayanan umum yang layak.

Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan


bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit mempunyai karakteristik dan Organisasi yang sangat komleks. Berbagai jenis
tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing – masing berinteraksi satu
sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang dengan
sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian
pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan di dalam
Rumah Sakit.

Pada hakekatnya Rumah sakit berfungsi sebagai tempat pemyembuhan


penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna tanggung
jawab yang syogyanya merupaka tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan
taraf kesejahteraan masyarakat.
Undang – undang no.4 tahun 2009 tentang Rumah Sakit khusus pasal 31 dan
32 tentang kewajiban dan hak pasien, yaitu :

1. Mememperoleh informasi dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit


2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur tanpa diskriminasi
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional
5. Memperoleh layana yang efektif sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapat
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data
– data medisnya.
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi
yang mungkin akan terjadi dan prognosis terhadap tindakan medis yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritisnya
13. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lain.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit.
15. Mengusulkan usul, saran, perbaikan atas perlakukan Rumah Sakit terhadap
dirinya.
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan / atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar, baik perdata
maupun pidana, dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan Standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik, sesuai dengan ketentuan
perundang – undangan.

Rumah Sakit adalah Intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sejalan dengan Undang – undang no. 8
tahun 1999 tentang pelindungan konsumen Rumah Sakit merupakan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang melayani masyarakat dengan sebaik – baiknya.

Berdasarkan latar belakan tersebut, maka RSU KMC Luragung menganggap


perlu untuk menyusun buku Pedoman Hak Pasien dan Keluarga sehingga pasien dan
tenaga kesehatan yang ada di RSU KMC Luragung dapat lebih memahami hak pasien
dan keluarga. Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi semua petugas di RSU KMC
Luragung.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan perlindungan terhadap hak pasien dan kelurga di Rumah


sakit.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari hak pasien dan keluarga di RSU KMC Luragung adalah
:

1. Mengidentifikasi, melindungi dan meningkatkan hak pasien


2. Memberitahukan pasien tentang hak mereka
3. Melibatkan keluarga pasien, bila mungkin dalam keputusan tentang
pelayanan pasien
4. Mendapatakan persetujuan tindakan ( Informed Consent )
5. Mendidik staf tentang hak pasien
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup hak pasien dan keluarga di Rumah Sakit terdiri dari 12 sasaran
berdasakan buku pedoman standar akreditasi Rumah sakit Tentang Hak pasien yaitu
:
1. Perlindungan hak pasien dan keluarga terhadap kebutuhan privasi
2. Perlindungan kekerasan fisik
3. Hak memperoleh tanggapan atas keluhan
4. Hak pelayanan kerohanian pasien
5. Hak menolak resusitasi
6. Hak mendapatkan informasi yang berhubungan dengan pelayanan yang akan
diperoleh
7. Perlindungan harta milik pasien
8. Hak memperoleh second opinion didalam atau diluar rumah sakit
9. Hak memperoleh bantuan hidup dasar
10. Persetujuan tindakan ( Informed Consent )

D. Landasan Hukum
1. Undang – undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan (lembaran negara
Republik Indonesia tahun 1992 no. 100)
2. Undang – undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ( lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 165 )
3. Undang – unang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 116 )
4. Undang _ undang no.11 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan
Internasional Hak – hak Ekonomi Sosial dan Budaya ( Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2005 no. 118 )
5. Undang – undang no. 12 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan
Internasional Hak – hak Sipil dan Politik ( Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2005 no. 119 )
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Presiden No. 56 Tahun 1995 tentang Majelis Disiplin Tenaga
Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 312/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin
Praktik dan pelaksanaan Praktik Kedokteran.
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 290 tahun 2008 Tentang persetujuan
Tindakan Kedokteran
10. PERMENKES No. 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tinakan
Medis
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.269/
Menkes/Per/III/2008 Tentang rekam Medik
12. Undang -undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
13. Undang – undang Nomor 44 tahun 2009 pasal 32 Tentang hak – hak pasien
di Rumah Sakit
14. Undang – undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan yang terlibat dalam pelaksanaan perlindungan Hak Pasien dan


Keluarga mengikutsertakan peran serta dari jajaran manjemen teratas di Rumah
Sakit sampai dengan pelaksana di lini terbawah, tenaga yang terlibat antara lain :

A. Jenis ketenagaan yang Terlibat


1. Direksi
Jajaran direksi yang dimaksud adalah Direktur, Wakil Direktur Pelayanan dan
Wakil Direktur Umum dan Keuangan.
2. Pejabat Struktural
Adalah Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian/Kepala Seksi yang
terlibat dalam pembuatan peraturan terkait dalam pelaksanaan hak pasien
dan keluarga di RSU KMC Luragung
3. Pejabat Non Struktural
Meliputi Ketua Komite, Kepala Instalasi, Kepala Ruangan.
4. Tenaga Fungsional
Meliputi Dokter, Perawat, Bidan, Analis, Radiografer, Rekam Medis, Gizi,
Farmasi, dan tenaga funsional kesehatan lainnya yang ada di RSU KMC
Luragung

B. Peran dan Tanggung Jawab


1. Direksi
a. Membuat kebijakan – kebijakan terkait pelaksanaan perlindungan hak
pasien dan keluarga di RSU KMC Luragung
b. Menyediakan fasilitas yang menunjang pelaksanaan hak pasien dan keluarga
c. Menginstruksikan pelaksanaan hak pasien dan keluarga.
d. Melakukan monitoring pelaksanaan HPK di RSU KMC Luragung
e. Mengevaluasi kebijakan yang telah dibuat berdasarkan proses pelaksanaan
hak pasien dan keluarga
2. Pejabat Struktural dan Non Struktural
a. Merencanakan kebutuhan yang mendukung pelaksanaan HPK
b. Mensosialisasikan kebijakan yang telah dibuat oleh Direksi
c. Melaksanakan kebijakan HPK yang telah diberlakukan
d. Memonitoring pelaksanaan kebijakan HPK
e. Evaluasi pelaksanaan kebijakan HPK
3. Tenaga Fungsional dan Tenaga Lainnya
a. Memahami hak pasien dan keluarga
b. Melaksanakan kebijakan HPK yang telah disosialisasikan dengan pelayanan
dengan sebaik-baiknya yang mengutamakan keselamatan pasien
c. Melaporkan permasalahan yang muncul seputar pelaksanaan HPK pada
atasan langsung
STRUKTUR ORGANISASI RSU. KMC LURAGUNG

DIREKTUR UTAMA
PT. PILAR MANDIRI KUNINGAN
H. DEVI MUHARNA, SE

DIREKTUR
dr. SYARIF HIDAYAT, MARS

KOMITE MEDIK KOMITE KEPERAWATAN KOMITE MEDIS LAINNYA


SATUAN PENGAWASAN INTERNAL
SYARIPUDIN dr. TOTO TAUFIKURROHMAN KOSIM

SUB KOMITE KREDENSIAL SUB KOMITE KREDENSIAL SUB KOMITE KREDENSIAL - TIM REKAM MEDIS
- TIM SASARAN
KESELAMATAN
SUB KOMITE MUTU SUB KOMITE MUTU SUB KOMITE MUTU PASIEN
- TIM K3RS
- TIM PPI
SUB KOMITE ETIKA SUB KOMITE ETIKA SUB KOMITE ETIKA

PJS. KABID PELAYANAN KABID KEPERAWATAN KABAG RUMAH TANGGA KABAG UMUM KABAG KEUANGAN
dr. YOGA KARSENDA SANTY W, S.Kep.,Ners IMAM ROJA’I UUNG SAMHURI, S.H. ERICK RISMANTO, S.E

KASIE ETIKA KEPERAWATAN KASUBBAG PEMELIHARAAN KASUBBAG LOGISTIK KASUBBAG PENGELUARAN


KASIE PELAYANAN MEDIS
LILIS LISNAWATI, A.Md. Keb IWAN HERNAWAN ANDRIANA, A.Md. DIAH HERMANIAWATI, A.Md
dr. RAKA ADITYA
dr. YOGA KARSENDA dr. YOGA KARSENDA
KASIE ASUHAN KEPERAWATAN KASUBBAG TU & KPGWAIAN
KASIE SIMRS
ANDHITA Y.P, S.S.
AGUS SHU’UDY, ARM. BENDAHARA
KOORD. SUPIR
KUSNADI INA KUSTINAH, S.So
KARU IGD
KASIE PELAYANAN MEDIS LAINNYA
dr. RIKA ZAHARA TU & SEKRETARIS KASUBBAG PENDAPATA
KARU ICU LIA MUTIASARI, S,E. MIRA TRIANA, S.Pd.
BAB III

STANDAR FASILITAS

Standar fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan HPK mencakup denah


Ruangan dan fasilitas – fasilitas yang diperlukan oleh pasien sejak pasien mulai
mendaftar baik dirawat jalan maupun dirawat inap sampai pasien keluar dari Rumah
Sakit. Setiap pasien yang mendapat pelayanan di rumah sakit KMC akan dilayani oleh
petugas mulai dari penerimaan baik arwat jalan maupun rawat inap. Informasi
tentang hak dan kewajiban pasien , fasilitas pelayanan rumah sakit KMC sudah
didapatkan di bagian penerimaan, informasi lain mengenai proses pemeriksaan,
pelayanan medis maupun non medis akan didapat di unit- unit terkait. Dimasing –
masing unit juga disediakan loker khusus untuk penyimpanan barang berharga milik
pasien . adanya CCTV tiap unit terutama yang berada ditempat terpencil atau
terisolasi, detektor asap dan alarm kebakaran dimasing-masing unit. Sedangkan
peralatan yang tersedia adalah formulir serah terima barang pasien, lembar
persetujuan dan penolakan tindakan kedokteran, informasi hak dan kewajiban
pasien, buku tarif rumah sakit, formulir pelayanan kerohanian
A. Denah Rumah Sakit
Rumah Sakit menyediakan denah lokasi pelayanan yang tersedia dan semua
fasilitas umum yang diperlukan oleh pengunjung seperti pusat informasi, saran unit
pengaduan, saran publik (mushola, toilet umum, penunjuk arah, area parkir), ruang
perawatan poliklinik, pelayanan administrasi, ruang tunggu, laboratorium, radiologi,
farmasi, pos keamanan , jalur evakuasi dan titik kumpul bencana, Diklat, ambulance,
dll.
Denah rumah sakit dapat mudah dibaca dan dipahami oleh setiap pengunjung
dan diletakkan pada posisi yang banyak dilalui pengunjung. Denah ruangan dapat
dibaca berupa petunjuk arah lokasi yang dibutuhkan. Yang diletakkan disepanjang
koridor dan lokasi – lokasi yang letaknya jauh dari gedung yang dituju.
B. Standar Fasilitas Ruangan
Standar ruangan yang diberlakukan di rawat inap dilengkapi dengan bel pasien,
kamar ruang rawat dan kamar mandi pasien yang terdapat di dalam ruang
perawatan, terdapat pembatas/sekat pada saat dilakukan pemeriksaan.
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelaksanaan perlindungan Hak Pasien dan Keluarga dilaksanakan oleh semua


petugas terkait, pelayanan yang diberikan secara berkesinambungan, disesuaikan
dengan kebutuhan pasien. Perlindungan HPK dimulai sejak pasien mendaftar
menjadi pasien di RSU KMC Luragung sesuai dengan standar akreditasi Rumah Sakit
yang tidak bertentangan dengan undang – undang no. 44 tahun 2009 yaitu :

A. Pelindungan Hak Pasien dan Keluarga terhadap Kebutuhan Privasi Pasien


Privasi merupakan tingkatan interkasi dan keterbukaan yang dikehendaki
seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang
dikehendaki itu menyakut keterbukaan dan ketertutupan, adanya keinginan untuk
berinteraksi dengan orang lain. Privasi adalah proses pengontrolan yang selektif
terhadap akses pada diri sendiri dan akses pada orang lain.
Privasi pasien berupa privasi dari staff lain, dari pasien yang lain bahkan dari
keluarganya. Mungkin mereka juga tidak bersedia di foto direkam atau berpartisipasi
dalam wawancara survei akreditasi. Ketika staf memberikan pelayanan kepada
pasien mereka perlu menanyakan kebutuhan dan harapan pasien terhadap privasi
dalam kaitan dengan asuhan dan pelayanan. Komunikasi antara staff dan pasien
membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dan tidak perlu didokumentasi.
Tujuan privasi adalah :
 Pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal artinya mengatur sejauh man
hubungan dengan orang lain diinginkan, kapan waktunya menyendiri, kapan
waktunya bersama – sam dengan orang orang lain.
 Agar pasien merasa nyaman dan orang lain tidak mengetahui aktifitas apa
yang dilakukannya.

Perlindungan hak pasien dan keluarga terhadap kebutuhan privasi terbagi


menjadi :

 Perlindungan privasi pada saat wawancara klinis dan pemerksaan fisik


 Perlindungan privasi pada saat prosedur tindakan
 Perlindungan privasi pada saat pengobatan
 Perlindungan privasi pada saat transportasi
 Perlindungan privasi terhadap informasi dan kerahasiaan tentang penyakit
 Perlindungan privasi terhadap penolakan survei akreditasi.
B. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga Terhadap Harta Milik Pasiem

Rumah sakit mengkomunikasikan tanggung jawab kepada pasien dan


keluarganya terhadap barang – barang milik pasien.pasien memperoleh informasi
tentang tanggung jawab rumah sakit dalam melindungi barang pribadi pasien yang
dibawa ke Rumah Sakit, ada proses mencatat nilai barang tersebut, dan memastikan
barang tersebut tidak hilang atau dicuri. Barang pasien dilindungi apabila Rumah
Sakit mengambil alih tanggung jawab atau apabila pasien tidak dapat melaksanakan
tanggung jawabnya. Proses ini berlaku bagi barang milik pasien emergency.

C. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga Terhadap Kekerasan Fisik.


Kekerasan fisik merupakan sebuah ekspresi yang dilakukan secara fisik yang
mencerminkan suatu tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau
martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang.
Rumah Sakit melindungi semua pasien yang sedang dirawat dan berobat di RSU KMC
Luragung dengan cara memberikan perlindungan yang tersu menerus dan
berkelanjutan sejak dari pasien masuk Rumah Sakit sampai pasien keluar dari Rumah
Sakit.
Perlindungan terhadap kekerasan fisik diatur oleh Rumah sakit yang termasuk
dalam semua alur pelayanan yang diberikan kepada pasien, semuanya diidentifikasi
terhadap adanya korban kekerasan fisik, diidentifikasi mulai dilaksanakan dari pintu
masuk yaitu ketika pasien terdaftar sebagai penerima layanan di Rumah sakit. Semua
petugas tidak terkecuali berkewajiban memberikan perlindungan ini dengan
mengkoordinasikannya ke bagian terkait. Adapun hal – hal penting yang harus
dilakukan dalam rangka perlindungan terhadap kekerasan fisik pada pasien ini
meliputi :
 Identifikasi pengunjung
 Penggunaan kartu jaga
 Penertiban lingkungan Rumah sakit
 Identifikasi ancaman di dalam Rumah Sakit.
 Fast Track kelompok beresiko.

D. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga terhadap Pasien Beresiko

Rumah sakit mengidentifikasi kelompok pasien yang lemah dan yang beresiko
dan menetapkan proses untuk melindungi hak dari kelompok pasien tersebut.
Kelompok pasien yang lemah dan tanggung jawab Rumah Sakit dapat tercantum
dalam Undang – undang atau peraturan. Saf Rumah Sakit memahami tanggung
jawabnya dalam proses ini. Sekurang – kurangnya anak – anak pasien yang cacat,
lanjut usia, dan populasi pasien lain yang beresiko juga dilindungi.pasien koma dan
mereka dengan gangguan mental atau emosional, bila ada di Rumah sakit juga akan
dilindungi. Selain dari kekerasan fisik , perlindungan juga diperluas juga untuk
masalah keamanan yang lain. Seperti perlindungan dari penyiksaan, kelalaian
pengasuhan, tidak dilaksanakannya pelayanan atau bantuan dalam kejadian
kebakaran.

Rumah sakit wajib membangun suatu sistem dalam melindungi pasien yang
menjadi korban kekerasan fisik. Bekerjasama dengan bagian keamanan tanpa
mengabaikan koordinasi yang baik dengan pihak berwaib. Rumah sakit melindungi
sampai batas waktu tertentu terhadap tanggung jawab keamanan pasien korban
kekerasan fisik selama pasien dirawat.

Kelompok beresiko adalah bayi, lansia, dan individu cacat. Usia yang termasuk
dalam kelompok yang beresiko adalan lansia berusia lebih dari 65 tahun, bayi berusia
kurang dari 28 hari dan individu cacat fisik. Identifikasi kelompok beresiko ini di
lakukan sejak pasien mendaftar di bagian pendaftaran,sehingga kelompok ini akan di
berikan jalur cepat atau Fasty Track.

E. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga terhadap Informasi Medis Pasien

Informasi medis dan kesehatan lainnya yang bila didokumentasikan dan dan
dikumpulkan merupakan hal penting untuk dipahami pasien dan kebutuhan serta
untuk memberikan asuhan pelayanan. Informasi tersebut dapat dalam bentuk tulisan
dikertas atau rekaman elektronik. Rumah Sakit menghormati informasi tersebut
sebagai hal yang bersifat rahasia dan telah menerapkan kebijakan dan prosedur
untuk melindungi informasi tersebut dari kehilangan dan penyalahgunaan. Kebijakan
dan prosedur tercermin dalam pelepasan informasi sebagaimana diatur dalam
undang – undang dan peraturan.

Staf menghormati kerahasiaan pasien dengan tidak memasang/memampang


informasi rahasia pada kamar pasien, nuese station dan tidak membicarakannya
ditempat umum. Staf mengetahui undang – undang dan peraturan tentang tata kelola
kerahasiaan informasi dan memberitahukan pasien tentang kapan dan pada situasi
bagaimana informasi tersebut dapat dilepas dan bagaimana meminta izin untuk itu.
F. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga untuk Mendapatkan Informasi yang
Berhubungan dengan Pelayanan yang akan diperoleh

Pelayanan Hak Pasien dan Keluarga diberikan kepada pasien saat pertama kali
mendaftar ke petugas Rumah Sakit dengan cara memberikan informasi dengan jelas
tentang pelayanan di Rumah Sakit kepada pasien atau keluarga dan kemudian
didokumentasikan dengan penandatanganan format oleh pasin (keluarga yang
bertanggung jawab yang telah diberikan informasi) serta petugas rumah sakit yang
telah memberikan informasi.

Pelayanan General Informasi adalah kegiatan memberikan pemahama kepada


individu dan keluarga yang berkepentingan tentang berbgaia hal yang diperlukan
untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan atau untuk menentukan arah suatu tujuan
atau rencana yang diperbaiki.

Semua pasien yang akan melakukan pendaftaran diberikan informasi tentang


semua hal terkait pelayanan yang disediakan RSU KMC Luragung , pasien dan
keluarga berhak mendapatkan informasi yang tertuang dalam general informasi.
General informasi mencakup informasi tentang jenis pelayanan, daftar DPJP, fasilitas
rawat inap dan rawat jalan, alur berobat dll.

Tujuan pemberian informasi secara umum adalah agar terkuasainya informasi


tertentu, sedangkan secara khusus :

1. Terkait dengan fungsi pemahaman (pemahal terhadap informasi yang


diberikan)
2. Dapat memanfaatkan informasi dalam penyelesaian masalahnya.
3. Menjadikan individu mandiri yaitu memahami dan menerima diri dan
lingkungan secara positif, objektif dan dinamis.
4. Mampu mengambil keputusan dan mampu mengarahkan drinya sesuai
dengan kebutuhannya tersebut dan akhirnya dapat mengaktualisasikan
dirinya.

Informasi secara umum diberikan melalui berbagai cara seperti media cetak
(koran, leaflet,dll), media elektronik (website dan running text) yang dapat dengan
mudah dipahami oleh semua pengunjung.
G. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga untuk Menolak Resusitasi / Do Not
Recucitation

DNR atau do not recucitate adalah suatu perintah yang memberitahukan


tenaga medis untuk tidak melakukan cardiopulmonary recucitation (CPR). Hal ini
berarti dokter, perawat, dan tenaga medis emergensi tidak akan melakukan usaha
CPR emergensi bila pernapasan maupun jantung pasien terhenti.

CPR adalah suatu prosedur medis yang digunakan untuk mengembalikan


fungsi jantung (sirkulasi) dan pernapasan spontan pasien bila seorang pasien
mengalami kegagalan jantung maupun pernapasan. CPR melibatkan ventilasi paru
(resusitasi mulut ke mulut atau mulut ke hidung) dan kompresi dinding dada untuk
mempertahankan perfusi ke jaringan organ vital selama dilakukan upaya – upaya
untuk mengembalikan respirasi dan ritma jantung spontan. CPR lanjut melibatkan DC
shock, insertasi tube untuk membuka jalan nafas, injeksi obat – obatan ke jantung
dan untuk kasus – kasus ekstrim pijat jantung langsung (melibatkan operasi bedah
toraks).

Perintah DNR di Rumah Sakit memberitahukan kepada staf medis untuk tidak
berusaha menghidupkan pasien kembali sekalipun terjadi henti jantung. Tujuan
penolakan tindakan adalah untuk menyediakan suatu proses dimana pasien bisa
memilih prosedur yang nyaman dalam hal bantuan hidup oleh tenaga medis
emergensi dalam kasus henti jantung dan henti nafas.

Keputusan menolak pelayananan resusitasi atau tidak melanjutkan atau


menolak pengobatan bantuan hidup dasar merupakan keputusan yang paling sulit
dihadapi pasien, keluarga, professional pelayanan kesehatan dan rumah sakit. Tidak
ada satupun proses yang dapat mengantisispasi semua situasi dimana keputusan
perlu dibuat.

1. Menolak resusitasi sebelum pemberian bantuan resusitasi

Petugas rumah sakit dalam hal ini DPJP memberikan informasi kepada
keluarga pasien tentang kondisi pasien yang membutuhkan tindakan
resusitasi. Kemudian keluarga pasien berhak mengajukan pertanyaan tentang
tindakan resusitasi dan memutuskan apakah akan menerima atau menolak
tindakan resusitasi. Hal ini dijelaskan di lembar informed consent yang telah
diberlakukan.
2. Merubah keputusan tindakan resusitasi.
Bagi keluarga pasien telah menolak tindakan resusitasi pada awal informed
consent yang telah dilakukan, namun setelah sekian waktu berjalan keluarga
pasien memutuskan untuk merubah keputusan tersebut, maka keluarga
pasien berhak diberikan informasi ulang oleh DPJP tentang perkembangan
kondisi terbaru dari pasien tersebut. Setelah diberikan penjelasan dan
ternyata keluarga memutuskan untuk menyetujui tindakan resusitasi maka
keluarga pasien diberikan lembar informed consent yang baru. Dengan
catatan pada lembar informed consent yang baru dituliskan dengan jelas
bahwa lembar tersebut adalah keputusan yang benar – benar diputuskan oleh
keluarga pasien. Begitupun bila terjadi sebaliknya.

H. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga untuk Mendapatkan Manajemen


Nyeri yang tepat.

Nyeri merupakan bagian yang umum dari pengalaman pasien. Nyeri yang
tidak berkurang menimbulkan dampak yang tidak diharapkan kepada pasien secara
fisik maupun psikologis. Respon pasien terhadap nyeri sekaligus berada dalam
konteks norma social dan tradisi keagamaan. Jadi pasien didorong dan didukung
untuk melaporkan rasa nyeri. Proses pelayanan rumah sakit mengakui dan
menggambarkan hak pasien dalam asessmen dan managemen nyeri

I. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga terhadap Pelayanan Akhir


Kehidupan

Pasien yang sedang menghadapi kematian mempunyai kebutuhan yang unik


untuk pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang. Perhatian terhadap
kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek pelayanan pada tahap
akhir kehidupan. Agar dapat terlaksana, semua staf harus menyadari kebutuhan unik
pasien pada akhir kehidunpannya. Kebutuhan ini meliputi pengobatan terhadap
gejala primer dan sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap aspek psikologis,
social, emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya serta keterlibatannya
dalam keputusan pelayanan.

J. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga untuk Memperoleh Tanggapan atas


Keluhan

Keluhan (grievance; complaint) adalah ketidakpuasan pelanggan atas


pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan yang disampaikan melalui
berbagai saluran. Menanggapi keluhan pelanggan adalah merupakan suatu upaya
yang dilakukan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah kasus medis dan non
medis yang dapat berpotensi menjadi masalah hukum dalam bentuk kasus pidana
dan perdata guna meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh petugas
terutama yang terlibat langsung dan dilakukan secara kolaborasi sejak pasien masuk
sampai dengan pulang secara tersu menerus dan kontinyu dengan metode
disesuaikan dengan keluhan dan keputusan pasien dan keluarga.

Dalam menanggapi keluhan pelanggan harus mengutamakan peningkatan


pengetahuan dan agar tercipatanya koordinasi dalam penanganan suatu kasus atau
masalah secara proporsional dan professional sesuai dengan peraturan yang berlaku
dalam bidang kesehatan.

Penanganan dalam menanggapi keluhan pelanggan dikoordinator oleh bagian


Humas RSU KMC Luragung dengan melibatkan seluruh bagian dan bidang terkait.
Adapun langkah – langkah dalam menanggapi keluhan pelanggan meliputi :

 Mengidentifikasi keluhan pelanggan


 Merumuskan masalah keluhan pelanggan
 Melakukan penilaian terhadap keluhan pelanggan
 Menetapakan metode dan media dalam menanggapi keluhan pelanggan
 Menyelesaikan masalah keluhan pelanggan
Setelah keluhan diproses sesuai dengan SPO yang berlaku maka senantiasa
harus selalu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan dari
masukan / input, proses dan keluaran/output dan perbandingan terhadap dampak
pelaksanaan penanganan menanggapi keluhan yang mengacu pada tujuan
dilaksankan pengananan kasus yaitu berubahnya perilaku yang meliputi
pengetahuan, sikap dan tindakan pasien, keluarga maupun pelanggan yang terkait
dengan masalah yang dialaminya.

K. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga terhadap Pelayanan Kerohanian


Pasien.

Setiap pasien memiliki budaya dan kepercayaaan masing – masing dan


membawanya kedalam proses pelayanan. Beberapa nilai dan kepercayaan yang ada
pada pasien sering bersumber dari budaya dan agama. Terdapat pula nilai dan
kepercayaan yang sumbernya dari pasien saja. Semua pasien didorong untuk
mengekspresikan kepercayaan mereka dengan tetap menghargai kepercayaan pihak
lain. Oleh karena itu keteguhan memegang nilai dan kepercayaan dapat
mempengaruhi bentuknya pola pelayanan dan cara pasien merespon. Sehingga setiap
praktisi pelayanan kesehatan harus berusaha memahami asuhan dan pelayanan yang
diberikan.

Apabila pasien atau keluarganya ingin bicara dengan seseorang bekenaan


dengan keagamaan dan rohaninya, rumah sakit memiliki prosedur untuk melayani
hal permintaan tersebut. Proses tersebut dapat dilaksanakan melalui staf bidang
kerohanian, dari sumber lokal atau sumber rujukan keluarga. Proses merespon dapat
lebih rumit , misalnya, rumah sakit atau negara tidak mengakui sumber agama atau
kepercayaan tertentu yang justru diminta.

Adapun prinsip pemenuhan kebutuhan kerohanian/spritual :

 Seluruh pasien dan keluarga pasien memiliki hak untuk mendapatkan


pemenuhan kebutuhan spriritual sesuai agama dan keyakinanya masing –
masing selama di rumah sakit.
 Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dan keluarga yang bersifat rutin dalam
keseharian selama proses perawatan.
 Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien terminal yang didiagnose harapan
sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
L. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga terhadap informasi Hak dan
Kewajiban Pasien.

Masuk sebagai pasien rawat inap atau terdaftar sebagai pasien rawat jalan di
rumah sakit dapat membuat pasien takut dan bingung sehingga mereka sulit
bertindak berdasarkan hak dan memahami tanggung jawab mereka dalam proses
asuhan. Oleh karena itu, rumah sakit menyediakan pernyataan tertulis tentang hak
dan tanggung jawab pasien dan keluarganya yang diberikan kepada pasien pada saat
masuk rawat inap atau rawat jalan dan tersedia pada setiap kunjungan dan selama
dirawat. Misalnya pernyataan tersebut dapat dipampang di rumah sakit. Pernyataan
ini disesuaikan dengan umur, pemahaman dan bahasa pasien.

Bila komunikasi tertulis tidak efektif atau tidak sesuai, pasien dan keluarganya
diberi penjelasan tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan bahasa dan cara
yang dapat mereka pahami. Informasi secara tertulis tentang hak dan tanggung jawab
pasien diberikan pada setiap pasien. Pernyataan tetang hak dan tanggung jawab
pasien juga ditempel atau bisa diperoleh dari staf rumah sakit pada setiap saat.
Rumah sakit mempunyai prosedur untuk menjelaskan kepada pasien tentang hak
dan tanggung jawabnya bila komunikasi secara tertulis tidak efektif dan tidak sesuai.

M. Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga untuk Mendapatkan Pernyataan


Persetujuan/Informed Consent

Pernyataan persetujuan (informed consent) dari pasien didapat melalui suatu


proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakn oleh staf yang terlatih dalam
bahasa yang dipahami pasien. Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan
keputusan tentang pelayana yang diterimanya adalah dengan cara memberikan
informed consent.

Untuk menyetujui, pasien harus diberikan penjelasan hal yang berhubungan


dengan pelayanan yang direncanakan, karena diperlukan untuk suatu keputusan
persetujuan. Informed consentdapat diperoleh pada waktu tertentu dalam proses
pelayanan. Misalnya, informed consent diperoleh ketika pasien masuk rawat inap
dan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang beresiko teinggi.

Proses persetujuan ditetapkan dengan jelas oleh rumah sakit dalam


kebijakan dan prosedur yang mengacu kepada undang – undang dan peraturan yang
berlaku. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes, prosedur/tindakan, dan
pengobatan mana yang memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka ddapat
memberikan persetujuan, misalnya diberikan secara lisan, dengan menandatangani
formulir persetujuan atau dengan cara lain. Pasien dan keluarga memahmi siapa yang
dapat memberikan persetujuan selain pasien. Staf yang ditugaskan telah dilatih untuk
memberikan penjelasan kepada pasien dan mendokumentasikan persetujuan
tersebut.
BAB V

LOGISTIK

Dalam pemberian pelayanan Hak Pasien dan Keluarga perlu adanya faktor
pendukung yang menunjang pelayanan seperti tersedianya fasilitas logistic dengan
tujuan memberikan pelayanan secara optimal.

Fasilitas dan logistik tersebut meliputi :

1. Tersedianya tempat khusus (Unit Informasi dan Unit Pengaduan) untuk


menyampaikan informasi pada saat pasien berkunjung ke Rumah Sakit.
2. Tersedianya petugas profesional yang siap melayani dan memberikan
informasi di Unit Informasi dan Unit Pengaduan.
3. Tersedianya fasilitas pendukung seperti : ruangan yang nyaman, alat
informasi (komputer, pesawat telepon, mesin nomor antrian, meja , kursi
tunggu pasien, sound system (pengeras suara di langit – langit ruangan),
poster, kursi roda, dll)
4. Format – format Kebijakan, panduan, SPO dan dokumen pendukung lainnya.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatann di rumahsakit yaitu : keselamatan
pasien (patient safety), keselelamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan
bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak pada keselamatan
pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak
terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait
dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut
sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui
kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu
keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani


segera di rumah sakit maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang
merupakan acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan kegiatan.

Standar Keselamatan Pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju


keselamatan pasien di rumah sakit . adapun tujuh langkah tersebut adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang
kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengidentifikasi aktivitas pengelolaan resiko, membangun sistem dan proses
pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan assesment hal potensial
bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan . memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KKP RS( komite keselamatan pasien rumah sakit ).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien . mengembangkan cara
berkomunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian timbul.
7. Mencegah cidera melalui sistem keselamatan pasien. Menggunakan informasi
yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Undang- undang no 36 th 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Rumah sakit adallah tempat bekerja yang termasuk dalam kategori tersebut diatas,
bararti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan
melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan didalam dan diluar
rumah sakit.
Dalam undang- undang dasar 1945 pasal 27 ayat ( 2) disebutkan bahwa” setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi,
yang memungkinkan pekerja ada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai martabat
manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini tim HPK dan perlindungan terhadap rumah sakit.
Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan kesehatan dan keselamatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas
rumah sakit. Undang – undang no 1 th 1970 tentang keselamatan kerja dimaksud
untuk menjamin :
a) Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja berada dalam keadaan
sehat dan selamat
b) Agar faktor-faktr produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien
c) Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan

Faktor yang menimbulkan keselakaan akibat penyakit dan kecelakaan kerja dapat
digolongkan kepada tiga kelompok yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan kerja kecelakaan dan penyakit akibat
keerja dapat terjadi bila :
 Peralatan tidak memenuhi standar fasilitas atau sudah aus
 Alat produksi tidak disussun secara teratur menurut tahapan prosese produksi
 Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin
 Tidak tersedia alat pengaman
 Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya dan lain- lain.

A. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan


 Petugas kesehatan yang merawat pasien menular, harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan, dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksiyang sesuai dengan protokol jika terpajan.
 Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberipenjelasan umum
mengenai penyakit tersebut
 Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernafasan dengan baik dan menjaga kebersihan
tangan.

B. Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan


 Untuk mencegah transmisi penyakit menulardalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus memakai APD sesuai standar kewaspadaan dan kewaspadaaan
isolasi sesuai dengan penyebaran penyakit.
 Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
 Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien , terutama mereka yang bertugas di ICU dan ruang
perawatan bayi.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pemberian pelayanan Hak pasien dan Keluarga selalu mengutamakan


keselamatan pasien terutama kepada pasien kelompok khusus (anak-anak lanjut
usia, individu cacat) dengan cara menyediakan fasilitas seperti : ruang khusus, kursi
roda m poster, dll. Fasilitas pendukung tersebut disediakan dengan tujuan
memberikan kenyamanan kepada pasien yang memerlukan informasi yang tepat
sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan.

Kepuasan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan melalui kerja sama dengan
komite Mutu Rumah Sakit dengan mengadakan survei sejauh mana pemenuhan hak-
hak pasien dan keluarga tersebut di Rumah Sakit setiap 6 bulan.

Selain itu juga pokja HPK akan menerapkan langkah – langkah untuk
mengontrol dan meningkatan mutu pelayanan dengan cara sebagai berikut :

1. Memantau penyediaan sarana, prasarana, tenaga terampil dan lain-lain untuk


menunjang terlaksananya pelayanan.
2. Kenyamanan antar anggota tim
3. Melakukan rapat rutin tiap bulannya
4. Mengajukan laporan mutu ke bagian Mutu RSU KMC Luragung
Scanned with CamScanner

Anda mungkin juga menyukai