Anda di halaman 1dari 26

CURRICULUM VITAE

Nama : KOMBES.POL. dr.ARIS BUDIYANTO,Sp. THT


T/T Lahir : Kebumen, 03 April 1965
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam

Pendidikan Umum: Pendidikan Militer/Polisi

SD Th. 1978 a. SEPA Th. 1991


b. SELAPA Th. 2004
SMP Th. 1981
c. SESPIM Th. 2008
SMA Th. 1984
SI-FK UNDIP Th. 1993
PPDS FK UNDIP Sp.THT Th. 2003

Riwayat Jabatan : Organisasi

a. KAPOLIKLINIK POLRESTA GORONTALO a. Wakil Ketua I PERSI Jatim Th. 2015


b. PANIT DOKPOL POLDA SULUT
c. PAMEN POLDA JAMBI Keluarga
d. KARUMKIT BHANGKARA JAMBI
e. PAMEN POLDA SUMUT a. Istri : dr. Nur Anggraini
f. WAKARUMKIT RS BHAYANGKARA MEDAN b. Anak
g. KABID DOKKES POLDA SULTENG • Syifa Yudha Nuari
h. KABIDDOKKES POLDA NTT • Febrian Rizky Nuari
i. KARUMKIT TK II SURABAYA BIDDOKKES • Nabila Audiva Nuari
POLDA JATIM
PENYELESAIAN
SENGKETA MEDIK
DI RUMAH SAKIT

KOMBES.POL. dr. ARIS BUDIYANTO , Sp.THT

10 Juli 2015
Pengertian Umum Sengketa:
Adanya perbedaan pendapat /perselisihan antara para pihak
mengenai sesuatu hal yang disebabkan antara lain :
 Miskomunikasi,
 Perbedaan persepsi,
 Ketidakpuasan,
 Ketersinggungan.
Sengketa Medik Terjadi Antara :

▫ Pasien dengan dokter


▫ Pasien dengan Rumah Sakit
▫ Pasien dengan dokter dan Rumah Sakit
Masalah
RUMAH SAKIT
Sengketa Medik
PASIEN

1. Upaya / Tidak janji 1. Harus sembuh


sembuh
2. Menuntut hak, kewajiban 2. Pasien tidak penuhi
belum tuntas (Pembiaran kewajiban, hak kurang
Medik) diperhatikan
3. PERMENKES NO. 3. UU RI NO. 29/2004
269/2008 Tentang Rekam Tentang Praktik Kedokteran
Medis Pasal 12 Pasal 47
PERMENKES NO. 269/2008
Tentang Rekam Medis Pasal 12

Pasal 12

(1) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan

(2) Isi rekam medis merupakan milik pasien


(3) Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
ringkasan rekam medis
(4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
diberikan , dicatat , atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa
atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak

untuk itu.
UU RI NO. 29/2004
Tentang Praktik Kedokteran Pasal 47

Pasal 47
(1)Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien

(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi
dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan

(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri
Pola Hubungan
Pasien dan Dokter

Paternalistik

Konsumen Produsen

Ahli - ahli
Hubungan Hukum
Pasien dan Dokter

Berbentuk perikatan ( verbintenis)

Perikatan upaya (inspanings verbintenis)

Bukan perikatan hasil (resultaat verbintenis )


Tujuan Hubungan Hukum :

Upaya membantu menyembuhkan pasien dari


penyakit yang dideritanya. Terdapat hak , kewajiban
dan timbal balik antara pasien dan dokter dimana
kedudukan keduanya adalah sederajat.
HUBUNGAN ETIKA – DISIPLIN – HUKUM
ETIKA KEDOKTERAN DISIPLIN KEDOKTERAN HUKUM KEDOKTERAN
1. Dibuat oleh organisasi profesi 1. Dibuat oleh KKI (anggota: organisasi 1. Dibuat oleh Negara (pemerintah dan
(IDI/PDGI) profesi, pemerintah, masyarakat) DPR)

2. Bentuk Kode Etik Profesi 2. Bentuk: Peraturan disiplin 2. Bentuk: UU, PP, KEPRES, KEPMEN
Kedokteran
3. Pengaturan norma perilaku 3. Pengaturan norma disiplin profesi 3. Pengaturan norma hukum
(disiplin internal)

4. Sanksi: moral, hati nurani, 4. Sanksi: teguran, reedukasi, 4. Sanksi: pidana (penjara, denda),
pengucilan profesi pencabutan STR/SIP perdata (ganti rugi), TUN
(administratif )

5. Lingkup: perilaku profesional 5. Lingkup: kompetensi, pelayanan 5. Lingkup: peraturan hukum


medis, perilaku profesional pelayanan kedokteran

6. Yang mengadili: organisasi profesi 6. Yang mengadili: MKDKI – 6. Yang mengadili: Pengadilan umum,
(MKEK – dokter, MKEKG – dokter pemeriksa (dokter, dokter gigi, ahli PTUN (Hakim: ahli hukum)
gigi) hukum)

Sumber: Merdias Almatsier, “Teknik Tata Kerja serta Kewenangan MKDKI,”


(Makalah disampaikan pada Pelatihan Dasar Konsultan Hukum Kedokteran – LPLIH
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta 5-16 Juni 2006
Alternatif Penyelesaian
Sengketa Medik
Non Litigasi: Litigasi:

• Negosiasi • Pidana

• Mediasi • Perdata
• Arbitrasi
* UU RI No 44 Tahun 2009 * UU RI No 8 Tahun 1999 Tentang
Tentang Rumah Sakit Pasal 44 Perlindungan Konsumen Pasal 45 – 48
Litigasi Secara Pidana

 Pembuktian Secara Langsung


 Pembuktian Secara Tidak
Langsung
Pembuktian Secara Langsung

Tolok ukur adanya kelalaian (Taylor),yaitu :


 Duty atau kewajiban
 Dereliction of duty / penyimpangan dari
kewajiban
 Direct causation / hubungan sebab akibat
 Damage atau kerugian
Pembuktian Secara
Tidak Langsung

Yaitu merupakan cara pembuktian yang mudah bagi


pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang
diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan
(doktrin res ipsa loquitur )
* Doktrin Ipsa Loquitur artinya “The Things Speaks
For It Self” atau “Fakta yang ada Berbicara Sendiri”
Pasal – Pasal Yang Berkaitan
Dengan pidana
1. KUHP
• Pasal 359, 360,361 menyebabkan mati atau karena
kelalaian
• Pasal 351 mengenai penganiayaan dapat diterapkan
untuk tindakan medis tanpa persetujuan dari pasien
• Pasal 341, 342, 346 , 347, 348, 349 mengenai aborsi
• Pasal 344, 345 mengenai euthanasia
• Pasal 267, 268 mengenai keterangan palsu
2. UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal
190
Litigasi Secara Perdata

• Gugatan ganti rugi karena ingkar janji


(wanprestasi) atau karena tindakan melawan
hukum(onrechtmatigedaad)
• Tanggung gugat (civil liability), adakalanya dapat
dialihkan ke pihak lain berdasarkan doktrin
tanggung-renteng (doctrine of vicarious liability).
Pasal – Pasal Yang Berkaitan
Dengan Perdata
1. KUH Perdata :
•Pasal 1243 tentang wan prestasi
•Pasal 1320 tentang syarat sah nya perjanjian
•Pasal 1365 tentang perbuatan melanggar hukum
•Pasal 1366 tentang kelalaian
•Pasal 1367 tentang menyebabkan kematian orang
lain
2. UU Kesehatan No 36 tahun 2009
Pasal 58 ayat (1), (2), (3)
UU RI No. 44 Tahun 2009
Bagian keenam tentang Perlindungan Hukum Rumah Sakit :
1) Rumah Sakit dapat menolak segala informasi kepada
publik yang berkaitan dengan rahasia kedokteran
2) Pasien dan atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit
dan menginformasikannya melalui media massa,
dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya
kepada umum
3) Penginformasian kepada media massa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) memberikan kewenangan
kepada Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia
kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit
Upaya Pencegahan Sengketa Medik
• Komite medik buat daftar apa yang harus dilakukan
• Hindari rutinitas & pendelegasian wewenang
• Tidak menjanjikan garansi keberhasilan
• Indikasi tindakan selalu indikasi medis
• Melakukan informed consent/ perjanjian tertulis
• Mencatat semua tindakan / rekam medis
• Konsultasikan kepada sejawat yang kompeten
• Memperlakukan pasien secara manusiawi
• Menjalin komunikasi yang baik
• Segera ditangani jika ada ketidak puasan
Konflik Etiko-Legal
di Rumah Sakit

Pertentangan kepentingan internal rumah


sakit menimbulkan kesalahan yaitu :
 Tindakan medik
 Tindak pidana
Komite Medik
Komite Medik merupakan suatu wadah non struktural di
rumah sakit yang bertugas untuk :


Membantu Direktur dalam menyusun standar pelayanan dan
memantau pelaksanaannya

Melaksanakan pembinaan etika profesi

Mengatur kewenangan anggota Staf Medik Fungsional

Meningkatkan program pelayanan pendidikan dan pelatihan
serta penelitian dan pengembangan
Komite Etik /Panitia Etik :

Masalah etika profesi merupakan aspek penting dalam pelaksanaan

kegiatan profesi, sehingga etika profesi perlu dijunjung tinggi oleh

setiap tenaga profesi. Pembentukan Panitia Etik (sebagai bagian dari

Komite Medik) atau Komite Etik (berkedudukan sejajar dengan Komite

Medik) disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing rumah sakit.


Fungsi Komite Etik
Rumah Sakit

Pendidikan, memahami masalah etika dan diskusi kasus medico-legal dan

proses pengambilan keputusan


Penyusunan kebijakan, pedoman untuk bertindak apabila menghadapi kasus-

kasus pasien gawat darurat, pasien terminal, vegetative state, tidak lagi

melakukan resusitasi, penghentian pengobatan dan lain-lain


10 Pedoman Pelaksanaan Profesi Medik
1. Sumpah Dokter
2. Kode Etik Kedokteran Indonesia
3. Prasyarat Pelaksanaan Profesi Medis
4. Standar Profesi Medis
5. Indikasi Medis
6. Informasi dan Informed Consent
7. Rekam Medis
8. Rahasia Kedokteran
9. Hukum Kedokteran
10. Komunikasi
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai