Anda di halaman 1dari 12

STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Tenaga Kefarmasian merupakan salah satu jenis Tenaga Kesehatan yang memiliki
keahlian dan kewenangan untuk dapat melakukan pekerjaan kefarmasian.

Pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,


pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Lingkup sediaan farmasi meliputi : obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

Seorang Asisten Apoteker dapat bekerja secara mandiri atau bekerja di bawah pengawasan
seorang Apoteker di sarana-sarana :

Produksi: Industri farmasi (obat), Industri bahan baku obat tradisional, Industri
kosmetika.
Distribusi: Pedagang Besar Farmasi (PBF) penyalur sediaan farmasi, Penyalur
alat kesehatan.
Pelayanan Kefarmasian: Apotek, Instalasi farmasi rumah sakit, Puskesmas,
Klinik, Toko obat, Praktik bersama.

Untuk menjadi seorang Asisten Apoteker, seseorang harus menjalani pendidikan di Sekolah
Menengah Kejuruan Farmasi (SMKF, dulu disebut: Sekolah Menengah Farmasi= SMF atau
Sekolah Asisten Apoteker= SAA) dengan lama pendidikan 3 tahun (6 semester) dari SMP.

Setelah menyelesaikan pendidikan di SMKF dan memperoleh ijazah, untuk dapat


melaksanakan pekerjaan kefarmasian di wilayah Indonesia, seorang Asisten Apoteker, harus:

Memiliki Surat Tanda Registrasi yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan


atau Pejabat Kesehatan yang memperoleh pendelegasian kewenangan dari
Menteri Kesehatan.
Memiliki Surat Izin Kerja di fasilitas kefarmasian, yang dikeluarkan oleh
Pejabat Kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilakukan.

Peran Asisten Apoteker cukup besar dalam pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan
dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional Bangsa Indonesia (Pembukaan UUD 1945).

1
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

1.2. Rumusan Masalah


Apa hubungannya UU No 36 Tahun 2009 dengan UU No 36 Tahun 2014 mengenai
tenaga kefarmasianya ?
Bagaimana peranan dan tanggung jawab Asisten Apoteker di Rumah Sakit, Apotik
maupun Industri Farmasi ?
Bagaimana peranan dan tanggung jawab Asisten Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit,
Apotik maupun Industri Farmasi ?

1.3. Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui isi UU No. 36 Tahun 2009 dengan UU No. 36 Tahun 2014.
Dapat mengerti bagaimana peranan Asisten Apoteker dengan Asisten Tenaga
Kesehatan.

2
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peranan Asisten Apoteker

kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1332/MENKES/X?2002 adalah sebagai berikut:

* Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi
pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep
dokter

* Memberi Informasi:

1. Yang berkaitan dengan penggunaan/ pemakaian obat yang diserahkan kepada


pasien.

2. Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat.

Informasi yang diberikan harus benar, jelas dan mudah dimengerti serta cara
penyampaiannya disesuaikan dengan kebutuhan, selektif, etika, bijaksana dan hati-hati.

Informasi yang diberikan kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat,
cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan/ minuman/ aktifitas yang
hendaknya dihindari selama terapi dan informasi lain yang diperlukan.

* Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasian identitas serta data kesehatan pribadi
pasien

* Melakukan pengelolaan apotek meliputi:

1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan


dan penyerahan obat dan bahan obat.
2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi lainnya.
3. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.

* Memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA) yang dikeluarkan pejabat yang
berwenang.

Pekerjaan kefarmasian di apotek maupun Rumah Sakit meliputi pembuatan, pengubahan


bentuk, pencampuran, peracikan obat yang digunakan untuk pelayana dengan menggunakan
resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.

Bentuk pelayanan yang langsung tanpa resep untuk obat-obatan yang boleh dijual tanpa resep
dokter dan pelayanan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

3
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

Asisten apoteker melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya
yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli
tanpa resep dokter.

Asisten apoteker juga harus memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan/
pemakaian obat yang akan diserahkan pada pasien dan juga memberikan informasi mengenai
penggunaan obat secara tepat, benar dan rasional serta mudah dimengerti pasien/ masyarakat.

Selain melakukan kegiatan pelayanan asisten apoteker juga melakukan kegiatan pengelolaan
apotek, meliputi manajemen pengelolaan barang/ obat, penyimpanan dan pencatatan
distribusi mulai dari penerimaan barang sampai dengan penyerahan kepada pasien.

Dalam industri asisten apoteker bertugas membantu Apoteker dalam melaksanakan


pengawasan dan pengaturan pada tahap kegiatan produksi sesuai ketentuan CPOB;
melakukan analisis dan memberikan status terhadap semua bahan awal, produk antara,
produk ruahan, dan produk jadi pada proses produksi; melakukan pemantauan lingkungan
kerja atau kegiatan produksi agar sesuai dengan CPOB; melaksanakan pelatihan-pelatihan
terhadap personil yang ditentukan; mengevaluasi secara rutin semua spesifikasi, metode
analisa, dan cara kerja di bagian produksi; merencanakan jadwal dan melaksanakan audit
baik internal maupun eksternal; kalibrasi dan kualifikasi alat untuk bagian QA; pengendalian
dokumen, dan change control; penanganan dan pengkajian produk tahunan, keluhan
pelanggan, produk kembalian, dan penarikan kembali obat jadi.

Landasan umum dari program CPOB adalah :


a. Pada pembuatan obat pengawasan menyeluruh adalah sangat esensial untuk menjamin
bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan
tidak dapat dibenarkan bagi obat yang kegunaannya untuk menyelamatkan jiwa atau
untuk memulihkan atau memelihara kesehatan.
b. Tidaklah cukup bila obat hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang
sangat penting adalah mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat
tergantung pada bahan awal, proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan,
peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat dalam pembuatan obat.
c. Untuk menjamin mutu suatu obat jadi tidak boleh mengandalkan hanya pada suatu
pengujian tertentu saja, semua obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang terkendali dan
terpantau dengan cermat.
d. CPOB ini adalah pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu obat
hasil produksi sesuai dengan yang dikehendaki, bila perlu dapat dilakukan penyesuaian
dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan telah dicapai.

Dalam hal peranan Asisten Tenaga Kesehatan, hanya membantu tugas dari Asisten Apoteker.
Untuk menjalankan tugasnya diRumah Sakit maupun apotik Asisten Tenaga Kesehatan tidak
diperbolehkan untuk melayani pasien dan meracik obat.

4
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

2.2 Ulasan UU No. 36 Tahu 2009 dengan UU No. 36 Tahun 2014

Secara Keseluruhan Sistimatika dari Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang


kesehatan adalah:

Bab I Ketentuan Umum


yang menurut pembacaan penulis kurang sistemetik dan tidak tuntas penjelasannya misalnya
saja pengertian dari Kesehatan masyarakat dan pengertian dari masyarakat itu sendiri.
Bab II Maksud dan Tujuan
Bab III Hak dan Kewajiban
Bab IV Tanggung Jawab Pemerintah
Bab V Sumber daya Bidang Kesehatan, yang berisi tentang tenaga kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan
Bab VI Upaya Kesehatan,
yang berisi upaya pelayanan kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat :
pelayanan kesehatan;, perbekalan kesehatan,Tehnologi dan produk tehnologi pelayanan
kesehatan tradisional; peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit; penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan; kesehatan reproduksi; keluarga berencana; kesehatan
sekolah; kesehatan olahraga; pelayanan kesehatan pada bencana; pelayanan darah; kesehatan
gigi dan mulut; penanggulangan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran;
kesehatan matra; pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan;
pengamanan makanan dan minuman; pengamanan zat adiktif; dan/atau bedah mayat.
Bab VII Kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, Lanjut Usia dan Penyandang Cacat
Bab VIII Gizi
Bab IX Kesehatan Jiwa
Bab X Penyakit Menular dan tidak menular
Bab XI Kesehatan lingkungan, yang bersisi tentang lingkungan yang berwawasan kesehatan
(lingkungan sehat) meliputi limbah cair; limbah padat; limbah gas; sampah yang tidak
diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; binatang pembawa penyakit;
zat kimia yang berbahaya; kebisingan yang melebihi ambang batas; radiasi sinar pengion dan
non pengion; air yang tercemar; udara yang tercemar; dan makanan yang terkontaminasi.
Bab XII Kesehatan Kerja
Bab XIII Pengelolaan Kesehatan.
yang berisi tentang : pengelolaan administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya
kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta pengaturan hukum
kesehatan.
Bab XIV Informasi Kesehatan
Bab XV Pembiayaan Kesehatan, Yang berisi pembiayaan kesehatan 5 % APBN, 10 % APBD
dimana 2/3 untuk kegiatan preventif dan promotif
Bab XVI Peran serta Masyarakat, disini berisi peran serta masyarakat tetapi masih tersirat
masyarakat masih sebagai objek dalam pembangunan kesehatan

5
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

Bab XVII Badan Pertimbangan Kesehatan


Bab XVIII Pembinaan dan Pengawasan
Bab XIX Penyidikan
Bab XX Ketentuan Pidana, Yang berisi ketentuan pidana penjara dan denda bagi pelanggaran
pelaksanaan sumber daya kesehatan dan upaya kesehatan, yang menarik dari bab ini adalah
pada Pasal 200 Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu
ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) Menarik bagi
penulis karena ASI eksklusf adalah penentu status kelangsungan dan perkembangan Sumber
Daya Manusia yang handal. Dan juga presentase penggunaan ASI Eksklusif yang baru
mencapai 25-50%.
Bab XXI Ketentuan peralihan
Bab XXII Penutup

Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan yang baru ditetapkan pada 17
Oktober 2014 lalu mengatur tenaga kesehatan termasuk dokter, apoteker, psikolog, perawat
dan lainnya bahwa SIP (Surat Izin Praktik) hanya di satu tempat. Tepatnya di Pasal 46 Ayat
5.
Berikut beberapa petikan di UU. No. 36 Tahun 2014 yang berkaitan dengan tempat praktik
tenaga kesehatan.Bab I.
KETENTUAN UMUM

Pasal 1.
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

11. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah
daerah kabupaten/kota kepada Tenaga Kesehatan sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan
praktik.

BAB III
KUALIFIKASI DAN PENGELOMPOKAN TENAGA KESEHATAN

Pasal 11.
(1)Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam:

6
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

a. tenaga medis;
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian;
f. tenaga kesehatan masyarakat;
g. tenaga kesehatan lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian fisik;
j. tenaga keteknisian medis;
k. tenaga teknik biomedika;
l. tenaga kesehatan tradisional; dan
m. tenaga kesehatan lain

(2) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga medis sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga psikologi klinis
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b adalah psikologi klinis.
(4) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c terdiri atas berbagai jenis perawat.
(5) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kebidanan sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) huruf d adalah bidan.
(6) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1) huruf e terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
(7) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakat
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan
dan ilmu
perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga
biostatistik
dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.
(8) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan lingkungan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan,
dan
mikrobiolog kesehatan.
(9) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga gizi sebagaimana
dimaksud pada ayat

7
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

(1) huruf h terdiri atas nutrisionis dan dietisien.


(10) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keterapian fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis
wicara, dan akupunktur.
(11) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keteknisian medis
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf j terdiri atas perekam medis dan informasi kesehatan, teknik
kardiovaskuler,
teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis
gigi dan
mulut, dan audiologis.
(12) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga teknik biomedika
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf k terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli teknologi
laboratorium medik,
fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik.
(13) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok Tenaga Kesehatan tradisional
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf l terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga
kesehatan
tradisional keterampilan.
(14) Tenaga Kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m ditetapkan oleh
Menteri.

BAB VI
REGISTRASI DAN PERIZINAN TENAGA KESEHATAN

Pasal 46
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib
memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan
menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus
memiliki:
a. STR yang masih berlaku;
b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
c. tempat praktik.

(5) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing berlaku hanya untuk 1
(satu) tempat.

8
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

(6) SIP masih berlaku sepanjang:


a. STR masih berlaku; dan
b. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.

UU No. 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan: Tereleminasinya Asisten Apoteker


Dari Tenaga Teknis Kefarmasian

Pemerintah telah mengeluarkan UU No. 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan.


Banyak perubahan yang menyangkut Tenaga Kesehatan pada UU yang baru ini, di
antaranya menyangkut posisi asisten apoteker di pelayanan kefarmasian,

UU Tenaga Kesehatan yang baru ini mendefinisikan Tenaga Kesehatan sebagai setiap orang
yang mengabadikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter
spesialis dan dokter gigi spesialis), tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga
kebidanan, tenaga kefarmasian, Tenaga Kesehatan masyarakat, Tenaga Kesehatan
lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisan medis, tenaga teknik
biomedika, Tenaga Kesehatan tradisional , dan Tenaga Kesehatan lain.

Untuk setiap orang yang mengabadikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan namun
pendidikannya di bawah jenjang diploma tiga disebut Asisten Tenaga Kesehatan. Asisten
Tenaga Kesehatan tersebut hanya dapat bekerja di bawah supervisi Tenaga Kesehatan.
Asisten apoteker yang lulus SMK Farmasi dengan demikian dikelompokkan sebagai Asisten
Tenaga Kesehatan.

Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga kefarmasian menurut UU Tenaga
Kesehatan ini adalah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (Diploma D3). Tenaga teknis
kefarmasian meliputi sarjana farmasi, ahli madya farmasi, dan analis farmasi.

Permenkes 889 tahun 2011 pada Bab I (Ketentuan Umum) menyatakan Tenaga Teknis
Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan
Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Karena termasuk Tenaga Teknis kefarmasian, sejak 2011, setiap asisten apoteker yang akan
dan telah bekerja di apotek/ pelayanan kefarmasian harus memiliki STRTTK (Surat Tanda
Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian) dan SIKTTK (Surat Izin Kerja Tenaga Teknis

9
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

Kefarmasian). Izin tersebut diurus di Dinas Kesehatan kabupaten/ Kota tempat asisten
apoteker tersebut bekerja.

Menurut UU No. 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, posisi Asisten


apoteker berubah. Asisten Apoteker tidak lagi disebut Tenaga Kesehatan tetapi masuk
sebagai Asisten Tenaga Kesehatan. Asisten apoteker tidak dimasukkan tenaga kesehatan
karena pendidikannya di bawah D3.

Karena bukan Tenaga Kesehatan konsekuensinya Asisten Apoteker tidak dapat memperoleh
Surat Tanda Registrasi (STR) Tenaga Kesehatan. Penjelasan pasal 11 ayat 6 Draft UU
Tenaga Kesehatan menyebut Tenaga Teknis Kefarmasian meliputi sarjana farmasi, ahli
madya farmasi, dan analis farmasi. Karena tidak termasuk Tenaga Teknis Kefarmasian,
asisten apoteker tidak perlu lagi mengurus STRTTK dan SIKTTK apabila bekerja di apotek.

Dimana dan bagaimana posisi asisten apoteker di apotek nanti?

Bila dilihat dari fungsi membantu apoteker di apotek, tampaknya tidak ada yang berubah .
Dalam PP 51 dan Permenkes 889 wewenang dan tanggung jawab pekerjaan kefarmasian
tidak berada pada asisten apoteker, tetapi berada pada apoteker. Wewenang yang tampaknya
lenyap adalah wewenang asisten apoteker pada tempat-tempat tertentu seperti tertera pada
PP 51 pasal 21 ayat 3: Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat apoteker, Menteri dapat
menempatkan Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki STRTTK pada sarana pelayanan
kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.
Karena bukan lagi Tenaga Teknis Kefarmasian tentu berdampak hilangnya wewenang
melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada tempat-tempat tertentu tersebut.

10
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan UU No 36 Tahun 2014 yang disebut Tenaga Teknis Kesehatan adalah lulusan
Diploma D3 farmasi, sarjana farmasi, ahli madya farmasi, dan analis farmasi sedangkan
Asisten Tenaga Kesehatan merupakan lulusan SMKF.

Dalam pelaksanaan tuganya, Asisten Tenaga Apoteker membantu tugas Asisten Apoteker,
dan Asisten Apoteker membantu Apoteker dalam mnjalankan peranannya dirumah sakit,
apotik maupun industry farmasi.

11
STTIF BOGOR Regulasi & Etika Farmasi

DAFTAR ISI

http://www.ikatanapotekerindonesia.net/pharmacy-news/32-pharmaceutical-information/118-
peran-tenaga-kefarmasian.html

http://www.slideshare.net/perencanakota/uu-362009-kesehatan-24923247

12

Anda mungkin juga menyukai