Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya industri di Indonesia dalam menghasilkan
produk-produk baru (produk farmasi, obat tradisional, suplemen, pangan dan
kosmetik) yang lebih inovatif dan menarik perhatian masyarakat dengan
menggunakan teknologi yang modern, dan didukung oleh kemajuan transportasi,
mengakibatkan produk-produk tersebut dapat menyebar ke seluruh lapisan
masyarakat di berbagai daerah Indonesia. Adanya hal itu disertai pula dengan
berkembangnya pola pikir dan gaya hidup serta peningkatan kebutuhan
masyarakat Indonesia saat ini memberikan pengaruh yang cukup besar dalam
kebiasaan mengonsumsi berbagai produk tersebut. Sementara itu pengetahuan
masyarakat belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk
secara tepat, benar, dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar
mendorong konsumen untuk mengonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak
rasional sehingga dapat meningkatkan risiko terhadap kesehatannya. Selain hal
itu, kini banyak beredar produk-produk palsu maupun ilegal juga produk yang
ditambahkan bahan berbahaya yang menyebabkan masyarakat harus lebih
waspada dalam memilih produk.
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia tentang Kesehatan
Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Berdasarkan hal tersebut maka
ada dorongan dari setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
dengan berbagai upaya diantaranya dengan mengonsumsi obat-obatan atau
suplemen yang ditunjang dengan makanan yang aman dan berkualitas. Selain itu
dinyatakan juga bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, Pemerintah Republik Indonesia
bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan
mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau

1
2

masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya


kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau. Bidang pengawasan obat
dan makanan sebagai bagian integral dari pembangunan kesehatan harus mampu
mengantisipasi dan mengawasi perubahan dalam indutri farmasi, makanan dan
kosmetik secara tepat. Menyadari hal itu, diperlukan suatu institusi dan
infrastruktur pengawasan yang kuat, memiliki kredibilitas profesional yang tinggi
serta kewenangan untuk penegakan hukum dengan membentuk Badan Pengawas
Obat dan Makanan (Badan POM).
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2013
tentang perubahan ketujuh atas Keputusan Presiden nomor 103 tahun 2001
tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja
Lembaga Pemerintah Non Kementrian., Badan POM (BPOM) ditetapkan sebagai
Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas pemerintah tertentu dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden. BPOM memiliki tugas pokok melaksanakan pengawasan obat dan
makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan berfungsi sebagai unsur yang melakukan sistem pengawasan pemerintahan
dalam Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM). Unit Pelaksana Teknis
di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), salah satu dari 5 unit
pelaksana teknis tersebut adalah Balai Besar POM (BBPOM) di Bandung yang
berada di bawah dan bertanggung jawab secara teknis kepada Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM). Kegiatannya meliputi pemeriksaan dan pengujian
mutu obat, makanan dan minuman, kosmetik, obat tradisional dan narkotik serta
bahan berbahaya.
Untuk memiliki kompetensi apoteker yang baik serta pengetahuan praktis
yang luas, Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal
Achmad Yani bekerjasama dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
(BBPOM) di Bandung dalam mengadakan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA). Pelaksanaan PKPA ini diharapkan dapat membantu calon apoteker untuk
mengetahui tugas, fungsi, dan kewenangan BBPOM dalam bidang pengawasan
obat, makanan, kosmetika, komplemen, dan Obat Tradisional khususnya pada
bidang Pengujian Mikrobiologi.
3

1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


Tujuan dari Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan
oleh Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal
Achmad Yani bekerjasama dengan Balai Besar POM di Bandung adalah:
a. Memberikan pemahaman kepada calon apoteker tentang peran, tugas,
fungsi, posisi, dan tanggung jawab apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian di lembaga pemerintahan khususnya Badan POM.
b. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di lembaga
pemerintahan khususnya Badan POM.
c. Memahami mekanisme kerja sistem pengawasan obat dan makanan di
Badan POM.
d. Mempersiapkan calon apoteker dan membentuk kompetensi bagi calon
apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
profesional terutama di sektor pemerintahan khususnya Badan POM.

1.3 Manfaat Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Pemerintahan


Adapun manfaat penyelenggaraan PKPA di BBPOM bagi mahasiswa
program studi apoteker adalah :
a. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker sebagai
regulator dalam pengawasan obat dan makanan.
b. Memperoleh pengetahuan mengenai peranan apoteker dalam pengawasan
obat dan makanan.
c. Memperoleh pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan.
d. Memiliki rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

1.4 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan mulai tanggal 2 – 31
Oktober 2017, dengan jadwal kerja pada hari Senin sampai Kamis pukul 07.30-
16.00 WIB dan pada hari Jumat pukul 07.30-15.30 WIB. Kegiatan PKPA ini
4

bertempat di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandung, Jalan
Pasteur No. 25, Bandung, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai