PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Obat dan makanan merupakan kebutuhan dasar manusia tetapi sekaligus
juga memiliki risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat, apabila
tidak dikelola dengan benar, digunakan secara tidak tepat atau disalahgunakan.
Pengawasan Obat dan Makanan sebagai bagian integral pembangunan kesehatan
sedang dan akan menghadapi perubahan lingkungan strategis yang sangat
dinamis. Globalisasi ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kesepakatan-kesepakatan regional seperti harmonisasi ASEAN, ASEAN Free
Trade Area (AFTA), ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) berdampak pada
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM). Produk obat dan sediaan
farmasi lainnya serta makanan akan lebih mudah masuk dan keluar dari satu
negara ke negara lainnya. Tantangan ini mengharuskan Indonesia memiliki
SISPOM yang efektif dan efisien, untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
seluruh rakyat Indonesia terhadap produk-produk yang berisiko terhadap
kesehatan. Pada saat yang sama, SISPOM harus memiliki basis yang kuat agar
mampu menjadi penapis terhadap mutu obat dan makanan produksi Indonesia
yang diekspor ke berbagai negara (BPOM RI, 2010).
Pengawasan di bidang obat dan makanan yang meliputi produk terapetik,
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk
komplemen, pangan dan bahan berbahaya pada dasarnya dilakukan oleh 3 (tiga)
komponen meliputi pemerintah, produsen dan konsumen (masyarakat). Dalam hal
ini pengawasan dari komponen pemerintah dilakukan oleh Badan POM (BPOM).
Dengan SISPOM, BPOM diharuskan mampu mengawasi, mendeteksi dan
mencegah produk-produk OMKABA (Obat, Makanan, Kosmetika, Alat
Kesehatan, dan Bahan Berbahaya) secara efektif, efisien dan terpadu. Pengawasan
OMKABA tidak hanya dilakukan pada sebelum produk beredar (pre market),
tetapi juga harus dilakukan setelah produk beredar di masyarakat (post market).
Pelaksanaan pengawasan, pemeriksaan, dan pengujian obat dan makanan
dilakukan oleh sumber daya manusia yang unggul berupa tenaga profesional yang
berkualitas. Salah satu tenaga profesional yang berperan adalah apoteker.
Apoteker berperan penting dalam upaya melindungi masyarakat dari produk-
produk yang beresiko terhadap kesehatan. Oleh karena itu, seorang apoteker perlu
memahami SISPOM serta fungsi dan tanggung jawab yang dijalankan oleh
BPOM. Berdasarkan hal tersebut, seorang calon apoteker perlu melaksanakan
Praktek Kerja Profesi (PKP), agar dapat melaksanakan perannya dengan baik.
Praktek Kerja Profesi dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
(BBPOM) Denpasar. Melalui kegiatan PKP Apoteker ini diharapkan mahasiswa
calon Apoteker dapat dididik dan dilatih agar memiliki bekal tentang fungsi dan
tugas Apoteker di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan.