BAB II TINJAUAN UMUM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM)
2.1. Struktur Organisasi Badan POM
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Obat dan Makanan Pasal 5, struktur organisasi BPOM terdiri dari: 1. Kepala 2. Sekretariat Utama 3. Deputi Bidang Pengawasanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif 4. Deputi Bidang Pengawasanan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik 5. Deputi Bidang Pengawasanan Pangan Olahan, 6. Deputi Bidang Penindakan 7. Inspektorat Utama 8. Pusat Data dan Informasi Obat dan Makanan, Pusat 9. Pengembangan Sumber Daya Manusia; Pengawasanan Obat 10. dan Makanan; Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan 11. Makanan; Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan; dan 12. Unit Pelaksana Teknis Sekretariat utama pada BPOM terdiri atas Biro Perencanaan dan Keuangan, Biro Hukum dan Organisasi, Biro Kerja Sama, Biro Umum dan Sumber Daya Manusia, dan Biro Hubungan Masyarakat dan Dukungan Strategis Pimpinan. Struktur organisasi BPOM dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Struktur Organisasi BPOM Tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu ruang lingkup pengawasan obat dan makanan antara lain obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, pangan olahan merupakan tugas pokok dari Badan POM berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 80 tahun 2017 pada pasal 2 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan. Badan POM menyelenggarakan fungsi sebagaimana yang diatur pada pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan: 1. Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan; 2. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan; 3. Penyusunan dan penetapan norrna, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar; 4. Pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar; 5. Koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi pemerintah pusat dan daerah; 6. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat dan Makanan; 7. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan 8. perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan; 9. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM; 10. Pengelolaan barang milik/ kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BPOM; 11. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan 12. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM. Kewenangan Badan POM memiliki dasar hukum berdasarkan pasal 4 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawasan Obat dan Makanan adalah sebagai berikut: menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan persyaratan keamanan, khasiat/ manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.2. Visi dan Misi Badan POM 2.2.1. Visi Badan POM Dalam menjalankan tugas, Badan POM memiliki visi yaitu “Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”. Kata “Aman” dan “Daya Saing” memiliki makna penting antara lain : - Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan Makanan telah melalui analisa dan kajian, sehingga risiko yang mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat obat dan makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin. - Daya saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional sehingga produk lokal unggul dalam menghadapi pesaing di masa depan. 2.2.2. Misi Badan POM 1. Meningkatkan sistem Pengawas obat dan makanan berbasis resiko untuk melindungi masyarakat. 2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan obat dan makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan. 3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM. 2.3. Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-berkembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota dalam berkarsa dan berkarya. Budaya organisasi Badan POM adalah sebagai berikut: 1. Profesional Menegakkan profesionalisme dengan intergritas, objektifitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi. 2. Integritas Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. 3. Kredibilitas Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. 4. Kerjasama Tim Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. 5. Inovatif Mampu melakukan pembaharuan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini. 6. Responsif/ Cepat Tanggap Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
2.4. Sistem Pengawas Obat dan Makanan
Pengawas Obat dan Makanan harus dilakukan dengan sistem yang komprehensif untuk menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk. Prinsip dasar Sistem Pengawas Obat dan Makanan adalah : - Tindakan pengaman cepat, tepat, akurat dan professional. - Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-bukti ilmiah. - Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses. - Berskala nasional/lintas provinsi, dengan jaringan kerja internasional. - Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum. - Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang berkolaborasi dengan jaringan global. - Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk. Penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat juga merupakan bagian dari Pengawas yang dilakukan oleh Badan POM. Sistem Pengawas dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Sistem Pengawas Obat dan Makanan.
Badan POM menerapkan Sistem Pengawas Obat dan Makanan (SISPOM)
yang terdiri dari 3 (tiga) elemen penting yaitu sub-sistem Pengawas produsen, sub- sistem Pengawas pemerintah/Badan POM dan sub-sistem Pengawas konsumen. 1. Sub-sistem Pengawas oleh Produsen Produsen sebagai penghasil produk, harus menjamin dan bertanggung jawab terhadap produk-produk yang dihasilkan. Berbagai peraturan perundang-undangan telah mengatur hal ini antara lain undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menekankan tanggung jawab produsen sebagai pelaku usaha. Hal ini dijelaskan pada pasal 7 (d) yaitu kewajiban pelaku usaha adalah: “menjamin mutu barang atau jasa produksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku”. Melalui proses ini diharapkan agar segala bentuk penyimpangan standar mutu dapat terdeteksi. Secara hukum, produsen bertanggung jawab atas Pengawas mutu dan keamanan produk yang mereka hasilkan. Segala bentuk penyimpangan dan pelanggaran dari standar yang ditetapkan dapat berdampak sanksi baik administratif maupun hukum. 2. Sub-sistem Pengawas oleh Pemerintahan/BPOM Pengawas BPOM pusat menitik-beratkan kepada pre-market approval yang dilaksanakan melalui sistem registrasi produk, maka beralih ke sistem notifikasi. Sistem Pengawas mutu dan keamanan produk lebih difokuskan setelah produk itu beredar di pasaran. Dalam upaya melindungi masyarakat dari peredaran makanan yang Tidak Memenuhi Syarat (TMS) maka produsen/ importer/distributor bertanggung jawab penuh terhadap produknya. Badan POM memiliki sistem pengembangan dalam hal Pengawas obat, yaitu keamanan, efektifitas, dan kualitas, sedangkan dalam Pengawas makanan, yang menjadi pertimbangan utama adalah keamanan dan kualitas. Pengawas obat dan makanan ini memiliki tujuan yaitu melindungi konsumen dalam dan luar negeri dan meningkatkan keunggulan daya saing industri Indonesia dengan quality image yang kuat sehingga dapat meningkatkan perekonomian nasional. 3. Sub-sistem Pengawas oleh Konsumen Sistem Pengawas masyarakat sendiri melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakan. 2.5. Kebijakan Strategis BPOM Sasaran strategis BPOM disusun berdasarkan visi misi yang sudah dibuat dan ingin dicapai oleh BPOM, dengan mempertimbangfkan tantangan masa depan, sumber daya yang ada serta infrastruktur yang dimiliki BPOM. Dalam kurun waktu periode ini diharapkan BPOM mampu mencapai sasaran strategis berikut : 2.5.1 Menguatnya Sistem Pengawas Obat dan Makanan Sistem Pengawas ini dimulai dari penilaian pre-market produk, sertifikasi sarana produksi, Pengawas post-market produk dan sarana, sampling dan pengujian serta sekaligus melakukan pengamanan pasar dalam negeri dari produk obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat, mutu, dan ilegal/palsu. Sistem pre market dan post-market seperti dijelaskan dalam Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Pre-market dan post-market dalam SISPOM.
Dalam memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan Makanan ini harus mampu mencakup : 1. Standarisasi yang merupakan fungsi penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan terkait dengan Pengawas Obat dan Makanan. Standarisasi dilakukan terpusat, dimaksudkan untuk menghindari perbedaan standar yang mungkin terjadi akibat setiap provinsi membuat standar tersendiri. 2. Penilaian (pre-market evaluation) yang merupakan evaluasi produk sebelum memperoleh nomor izin edar dan akhirnya dapat diproduksi dan diedarkan kepada konsumen. Penilaian dilakukan terpusat, dimaksudkan agar produk yang memiliki izin edar berlaku secara nasional. 3. Pengawas setelah beredar (post-market control) untuk melihat konsistensi mutu produk, keamanan dan informasi produk yang dilakukan dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, pemantauan farmakovigilan dan Pengawas label/penandaan dan iklan. Pengawas ini melibatkan Balai Besar/Balai POM di 33 provinsi dan wilayah yang sulit terjangkau/perbatasan dilakukan oleh Pos Pengawas Obat dan Makanan (Pos POM). 4. Pengujian laboratorium. Produk yang di sampling berdasarkan risiko kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan sebagai untuk menetapkan produk tidak memenuhi syarat yang digunakan untuk ditarik dari peredaran. 5. Penegakan hukum di bidang Pengawas Obat dan Makanan. Penegakan hukum didasarkan pada bukti hasil pengujian, pemeriksaan, maupun investigasi awal. Proses penegakan hukum terhadap pelanggaran pidana sampai dengan projusticia untuk memberikan efek jera serta dapat juga diberikan sanksi administratif seperti dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita untuk dimusnahkan. 2.5.2 Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik. Pelaku usaha mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Pengawas oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dimulai dari pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi hingga produk tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Tanpa meninggalkan tugas utama Pengawas, BPOM berupaya memberikan dukungan kepada pelaku usaha untuk memperoleh kemudahan dalam usahanya yaitu dengan memberikan insentif, clearing house, dan pendampingan regulatory. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang lebih sistematis, dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkat kepentingan setiap lembaga/institusi, baik pemerintah maupun sektor swasta dan kelompok masyarakat terhadap tugas pokok dan fungsi BPOM, identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh masing- masing institusi tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi mandat BPOM, dan menentukan indikator bersama atas keberhasilan program kerjasama. 2.5.3. Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM Untuk melaksanakan tugas BPOM, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM. Penataan tata laksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedur kerja. 2.5.4 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Sebagaimana visi dan misi pembangunan nasional periode 2015-2019, untuk mewujudkan visi dilaksanakan 7 (tujuh) misi pembangunan yang salah satunya adalah mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. Visi – misi ini selanjutnya dijabarkan dalam 9 (sembilan) agenda prioritas pembangunan yang disebut Nawa Cita. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab BPOM pada periode 2015- 2019, maka BPOM utamanya akan mendukung agenda Nawa Cita ke-5 meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan menunjang Program Indonesia Sehat melalui Pengawas Obat dan Makanan. Dalam Sasaran Pokok RPJMN 2015-2019, BPOM termasuk dalam 2 (dua) bidang yaitu: 1) Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama – Sub bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat; dan 2) Bidang Ekonomi – Sub bidang UMKM dan Koperasi. Bidang Sosbud dan Kehidupan Beragama – Sub bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kebijakan: Meningkatkan Pengawas Obat dan Makanan. Bidang Ekonomi – Sub bidang UMKM dan Koperasi Kebijakan: Meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar (“naik kelas”) dalam rangka mendukung kemandirian perekonomian nasional. Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat tahun 2015-2019, ditetapkan satu arah kebijakan pembangunan di bidang Kesehatan dan Gizi. Masyarakat yang terkait dengan BPOM adalah "Meningkatkan Pengawas Obat dan Makanan", melalui strategi : a. Penguatan sistem Pengawas Obat dan Makanan berbasis risiko; b. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan; c. Penguatan kemitraan Pengawas Obat dan Makanan dengan pemangku kepentingan; d. Peningkatan kemandirian Pengawas Obat dan Makanan berbasis risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha; e. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan Makanan; dan f. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan. 2.5.5 Arah Kebijakan dan Strategi BPOM A. Penguatan Sistem Pengawas Obat dan Makanan Berbasis risiko untuk melindungi masyarakat Penguatan Sistem Pengawas Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan Pengawas kepada hal – hal yang berdampak risiko lebih besar agar Pengawas yang dilakukan lebih optimal. B. Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan BPOM diharapkan mampu meningkatkan kemandirian ekonomi terutama dalam hal daya saing. Ketersediaan tenaga pengawas merupakan tanggung jawab produsen, namun BPOM perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut melalui pembinaan dan bimbingan, pelatihan, maupun media informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut. C. Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam Pengawas Obat dan Makanan Sampai saat ini BPOM menyadari berbagai keterbatasan yang dimiliki, baik dari sisi kelembagaan maupun sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen kunci yang harus dipastikan oleh BPOM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Pengawas Obat dan Makanan. Pemerintah daerah dan masyarakat juga dituntut untuk ikut adil dan terlibat aktif dalam pelaksanaan Pengawas tersebut. Dalam hal ini BPOM mestinya jeli dan proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur pemerintah, pelaku usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait lainnya, dalam upaya memastikan bahwa Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi. D. Penguatan kapasitas kelembagaan Pengawas Obat dan Makanan melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien. Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset, penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi untuk mendukung pelayanan publik, pengembangan SIPT sebagai aplikasi knowledge base dalam mendukung risk based control, penguatan sistem perencanaan dan penganggaran, serta implementasi keuangan berbasis aktual perlu menjadi penekanan/agenda prioritas. 2.5.6 Strategi Strategi BPOM mencakup eksternal dan internal: Eksternal: 1. Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait Pengawas Obat dan Makanan. 2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan. Internal: 1. Penguatan Regulatory System Pengawas Obat dan Makanan berbasis risiko. 2. Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja individu/ pegawai. 3. Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai. 4. Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan daerah secara lebih proporsional dan akuntabel. 5. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam mendukung tugas Pengawas Obat dan Makanan.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu