PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
pengawasan obat dan makanan dan pembekalan farmasi lainnya harus terus
1
apparatus, nitrogen determinator aparatus, water destilation apparatus,
pokok, Visi dan Misi terhadap pengawasan baik produksi maupun distribusi
masyarakat dalam hal informasi yang benar dan jujur serta pemecahan
1) Tujuan
2
2) Manfaat
a) Bagi Instansi
dan sebagai masukkan bagi instansi terkait dalam hal ini Balai POM
b) Bagi mahasiswa
c) Bagi Akademik
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tugas BPOM
peraturan perundang-undangan.
4
b. Tugas Balai POM
berbahaya.
2. Fungsi BPOM
makanan.
makanan.
beredar.
selama beredar.
5
6) Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang pengawasan
makanan.
lingkungan BPOM.
fungsi:
6
3) Pelaksanaan pemeriksaanlaboratorium, pengujian dan penilaian
Makanan
3. Kewenangan BPOM
a. Menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan
dan
7
c. Pemberian sanksi administrative sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
B. OBAT TRADISIONAL
tahun 2012 tentang registrasi obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuha, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
kapsul, tablet, pil, dan lain-lain. Menurut WHO, obat tradisional telah
pada pengobatan secara kimiawi, selain itu masih banyak orang yang
8
beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman dibandingkan
1. Jamu
tahun 1992, pengertian jamu adalah obat tradisional yang bahan bakunya
hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik tanaman oba, hewan,
3. Fitofarmaka
suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam system yang terdiri dari dua
9
disebabkan adanya perbedaan dalam adsorbs, partisi, tekanan uap, ukuran
terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang
partikel antara 10 sampai 30 µm. Semakin kecil ukuran partikel dan semakin
sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal
efisiensi dan resolusinya, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka
melebar dan puncak ganda. Penjerap yang paling sering digunakan adalah
silica dan serbuk selulosa, sedangkan mekanisme yang utama dalam KLT
adalah partisi dan adsorbsi. Fase gerak merupakan pelarut pengembang yang
Rohman, 2007).
10
penggunaan alat yang digunakan dapat dibedakan menjadi : kromatografi
dengan 100 akan bernilai 1 – 100, sehingga parameter ini dapat digunakan
antara komponen senyawa dengan fase diam dan fase gerak sehingga bentuk
noda biasanya kurang simetris. Pada bilangan Rf diatas 0,8 noda analit
akann diganggu oleh absorbansi pengotor lempeng fase diam yang teramati
11
BAB III
PELAKSANAAN PKL
A. Lokasi PKL
POM kendari.
satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai POM yang mempunyai peranan
12
1. Visi dan Misi Balai POM Kendari
a. Visi
kesehatan yang lebih baik.Sejalan dengan itu, maka pengertian kata aman
Makanan telah melalui analia dan kajian, sehingga resiko yang mungkin
di masa depan
b. Misi
13
a) Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
Strategis ini.
pemangku kepentingan.
14
ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat
fungsi.
15
2. Struktur Organisasi Balai POM kendari
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
PEMERIKSAAN SERTIFIKASI PENGUJIAN PENGUJIAN PENGUJIAN
DAN MIKROBIOLOGI
PENYIDIKAN DAN TERAPETIK, PANGAN DAN
PELAYANAN NARKOTIK BAHAN
KONSUMEN KONSUMEN, BERBAHAYA
KOSMETIK,
OBAT
TRADISIONAL
DAN PRODUK
KOMPLEMEN
3. Gambaran TERANOKOKO
16
Komplemen.Teranakoko dipimpin oleh seorang kepala seksi dimana kepala
Sampel bahan obat yang akan diuji yaitu sampel yang beredar
kimia obat) yang ada dalam sediaan obat tradisional seperti jamu, baik
dalam bentuk padat, cair atau semi solid dengan menggunakan beberapa
liquid chromatography).
sampel atau analit dalam suatu pelarut (dikenal sebagai fase gerak)
17
molekul dengan spektrometri massa. Keunggulan dari teknik ini
700 nm.
18
C. PELAKSANAAN PKL ( praktek kerja lapangan )
Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan PKL Yang
ultrasonic.
meliputi uji identifikasi BKO, penetapan kadar air, salah satu BKO yang
19
c. Identifikasi piroxicam dalam obat tradisional sediaan padat secara
LAPORAN KEGIATAN
1) Alat
2) Bahan
3) Baku Pembanding
B. Pereaksi
C. Prosedur Kerja
1) Larutan Uji
20
d) Diasamkan dengan larutan asam hidroklorida 1 N sampai pH 1-
2) Larutan Baku
c) Ditambahkan 2 mL etanol
atau disesuaikan.
21
Fase gerak
kertas saring
kamar.
254 nm.
Bercak diamati dan direkam. Bercak yang sejajar dengan larutan baku,
D. Interprestasi Hasil
Hasil uji dinyatakan negatif jika nilai Rf dari bercak larutan uji tidak
22
II. Gelombang II (Identifikasi Parasetamol Dalam Obat Tradisional Sediaan
a. Alat
b. Bahan
c. Baku Pembanding
Parsetamol BFI
B. Pereaksi
klorofom.
Pembuatan larutan :
C. Prosedur Kerja
a. Larutan Uji
23
5. Larutan disaring atau disentrifus selama 15 menit dengan
b. Larutan Baku
3. Ditambahkan 2 mL etanol
atau disesuaikan.
Fase gerak
24
Aplikasi Sampel : Vol. Penotolan : 10 µl
254 nm.
Bercak diamati dan direkam. Bercak yang sejajar dengan larutan baku,
D. Interprestasi Hasil
Hasil uji dinyatakan negatif jika nilai Rf dari bercak larutan uji tidak
25
III. Gelombang III (Identifikasi Piroxicam dalam Obat Tradisional Sediaan
1. Alat
2. Bahan
3. Baku Pembanding
Piroxicam BFI.
B. Pereaksi
C. Prosedur Kerja
1. Larutan Uji
bungkus/kapsul tablet
26
larutan disaring disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan
3000 rpm
2. Larutan baku
disesuaikan
Fase gerak
27
b. Eluen B : Kloroform – metanol ( 90 : 10 )
pengujian piroksikam)
D. Interpretasi Hasil
Hasil uji dinyatakan negatif jika nilai Rf dari bercak larutan uji tidak sama
28
BAB IV
PEMBAHASAN
Tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah agar mahasiswa dapat
mengidentifikasi bahan kimia obat yang ada di dalam suatu sediaan obat
tradisional, dalam hal ini adalah jamu. Bahan kimia obat (BKO) merupakan zat-
zat kimia yang digunakan sebagai bahan utama obat kimiawi yang biasanya
obat tradisional tersebut. Obat tradisional yang biasa mengandung BKO adalah
yang memiliki indikasi untuk rematik, pennghilag rasa sakit, dan afrodisiak
(BPOM, 2013). Jamu yang mengandung bahan kimia obat sulit dibedakan dengan
jamu yang tidak mengandung bahan kimia obat. Bahan kimia obat yang
yang tidak homogen maka dosis bahan kimia obat pada setiap kemasan bisa
Antihistamin. Antihistamin adalah obat atau komponen obat yang berfungsi untuk
menghalangi kerja zat histamin dan dipakai khususnya untuk mengobati alergi.
Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh.
29
mengurangi nyeri dengan cara menghambat implus/rangsang nyeri diperifer.
COX-1 dan COX-2 pada jalur arachidonat tidak melalui jalur opiate, menghambat
saluran cerna, hipotensi, kelemahan otot, nyeri kepala, reaksi alergi, dan
Kromatografi lapis tipis adalah prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu
proses migrasi diferensial dinamis dalam system yang terdiri dari dua fase atau
lebih, salah satunya bergerak berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalam
dalam adsorbs, partisi, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan ion, sehingga
30
1. Gelombang 1 (identifikasi klorfeniramine maleat (CTM))
satu atau dua dosis. Setelah itu dilakukan ekstraksi (digojog 30 menit) untuk
etanol hingga 5 mL dan dimasukkan ke dalam flakon sebagai sampel untuk uji
metode kromatografi lapis tipis. Dipilih metode ini karena pelaksanaan KLT
tujuan analisis dan KLT lebih fleksibel dalam pemilihan fase gerak. Selain itu
KLT juga memiliki post chromatography yang beraneka ragam yang dapat
meningkatkan sensitifitas dan selektifitas deteksi. Pada uji KLT ini digunakan
fase diam silika F254 dengan jumlah sampel masing-masing preparasi dilkukan
secara duplo.
31
Pengujian KLT terdapat 2 macam larutan yang akan diuji melalui
Tipis menggunakan fase diam Silika gel F254 dan 2 fase gerak yaitu kloroform
– metanol (90 : 10) dan diklorometan – metanol – asam asetat glasial (90 :
10 : 10) dengan jarak pengembangan 7,5 cm. Dari hasil kromatogram yang
larutan, yakni:
Setelah itu dilakukan elusi plat KLT dengan 2 fase gerak kloroform-
dengan jarak pengembangan 7,5 cm. Pemilihan fase gerak ini pada dasarnya
ditujukan untuk dapat memisahkan bahan kimia obat (CTM) dengan matrik
sampel dan standar untuk dapat mengambil keputusan dalam sampel obat
sampel A 0,86 dan 0,87, sampel B Rfnya 0,86 dan 0,85, sampel C memiliki
nilai Rf 0,86 dan 0,87. Pada spot standar terlihat adanya bercak dengan nilai
32
dan C tidak terdapat bercak sehingga tidak memiliki nilai Rf. Adapun pada
Hasil elusi menunjukkan bahwa bercak yang dimiliki oleh yang larutan
baku CTM tidak ada yang sejajar dengan larutan sampel yang diidentifikasi.
Nilai Rf yang dieroleh adalah Rf 0,84, dari hasil tersebut dapat ditarik
mengandung CTM.
dengan satu atau dua dosis. Setelah itu dilakukan ekstraksi (digojog 30 menit)
etanol hingga 5,0 mL dan dimasukkan ke dalam flakon sebagai sampel untuk
33
Identifikasi bahan kimia obat pada praktikum kali ini menggunakan
metode kromatografi lapis tipis. Dipilih metode ini karena pelaksanaan KLT
tujuan analisis dan KLT lebih fleksibel dalam pemilihan fase gerak. Selain itu
KLT juga memiliki post chromatography yang beraneka ragam yang dapat
meningkatkan sensitifitas dan selektifitas deteksi. Pada uji KLT ini digunakan
fase diam silika F254 dengan jumlah sampel masing-masing preparasi dilkukan
secara duplo.
tipis menggunakan fase diam Silika gel F254 dan 2 fase gerak yaitu etil asetat –
methanol – ammonia (80 : 10 : 10) dan kloroform – methanol (90 : 10) dengan
jarak pengembangan 7,5 cm. Dari hasil kromatogram yang diperoleh dapat
Setelah dilakukan elusi plat KLT dengan 2 fase gerak etil asetat –
metanol – amonia (80 : 10 : 10) dan kloroform – metanol (90 : 10) dengan
jarak pengembangan 7,5 cm. Pemilihan fase gerak ini pada dasarnya ditujukan
untuk dapat memisahkan bahan kimia obat Parasetamol dengan matrik secara
sempurna, sehingga kita dapat membandingkan secara jelas antara sampel dan
34
standar untuk dapat mengambil keputusan dalam sampel obat tradisional
metanol (90 : 10). Bercak-bercak tersebut memiliki nilai Rf sampel X 0,93 dan
0,92, sampel Y Rfnya yaitu 0,23:0,25 dan 0,23:0,27 sampel Z memiliki nilai
Rf 0,88 dan 0,91. Pada baku parasetamol terlihat adanya bercak dengan nilai
Rf 0,41. Kemudian pada eluen etil asetat – metanol – amonia (80 : 10 : 10).
dengan nilai Rf 0,88 dan 0,91, sampel Z memiliki nilai Rf 0,96 dan 0,96.
Adapun pada baku parasetamol terlihat adanya bercak dengan nilai Rf 0,89.
Hasil elusi menunjukkan bahwa bercak yang dimiliki oleh yang larutan
baku parasetamol tidak ada yang sejajar dengan larutan sampel yang
diidentifikasi. Nilai Rf yang dieroleh adalah Rf 0,41 dan Rf 0,89, dari hasil
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada sampel obat tradisional yang
dengan satu atau dua dosis. Setelah itu dilakukan ekstraksi (digojog 30 menit)
35
Hasil ekstraksi kemudian disaring dan diperoleh filtrat. Selanjutnya
etanol hingga 5,0 mL dan dimasukkan ke dalam flakon sebagai sampel untuk
metode kromatografi lapis tipis. Dipilih metode ini karena pelaksanaan KLT
tujuan analisis dan KLT lebih fleksibel dalam pemilihan fase gerak. Selain itu
KLT juga memiliki post chromatography yang beraneka ragam yang dapat
meningkatkan sensitifitas dan selektifitas deteksi. Pada uji KLT ini digunakan
fase diam silika F254 dengan jumlah sampel masing-masing preparasi dilkukan
secara duplo.
lapis tipis menggunakan fase diam Silika gel F 254 dan 2 fase gerak yaitu Etil
10) dengan jarak pengembangan 7,5 cm. Dari hasil kromatogram yang
larutan, yakni:
36
1. Larutan A, berisi sampel jamu
Setelah dilakukan elusi plat KLT dengan 2 fase gerak etil asetat –
metanol – amonia (80 : 10 : 10) dan kloroform – metanol (90 : 10) dengan
jarak pengembangan 7,5 cm. Pemilihan fase gerak ini pada dasarnya ditujukan
sehingga kita dapat membandingkan secara jelas antara sampel dan standar
metanol (90 : 10). Bercak-bercak tersebut memiliki nilai Rf sampel X 0,92 dan
0,92, sampel Y Rfnya yaitu 0,23, dan 0,23, sampel Z yaitu 0,91 dan 0,91. Pada
baku piroxicam terlihat adanya bercak dengan nilai Rf 0,89. Kemudian pada
memiliki nilai Rf sampel X 0,95 dan 0,95, sampel Y Rfnya yaitu 0,89 dan
0,89, sampel Z memiliki nilai Rf 0,93 dan 0,93. Adapun pada baku piroxicam
Hasil elusi menunjukkan bahwa bercak yang dimiliki oleh yang larutan
baku piroxicam tidak ada yang sejajar dengan larutan sampel yang
diidentifikasi. Nilai Rf yang dieroleh adalah Rf 0,89 dan Rf 0,27, dari hasil
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada sampel obat tradisional yang
37
Inti dari identifikasi ini adalah dibutuhkan suatu kecermatan dan ketelitian
dilaksanakan satu per satu dengan hati-hati, penggantian sistem fase gerak dan
kejenuhan dari chamber juga dapat mempengaruhi hasil elusi dilakukan sebagai
kita ambil, didasari data yang akurat dan tidak merugikan salah satu pihak baik
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dilaksanakan ialah :
1. Adapun tugas Balai POM yaitu melakukan pengawasan obat dan makanan
makanan.
3. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
(90 : 10) dan diklorometan – metanol - asam asetat glasial (90 : 10 : 10).
39
amonia (80 : 10 : 10) dan kloroform – metanol (90 : 10). Pada skrining
piroxicam menggunakan elusi kloroform – metanol (90 : 10) dan etil asetat –
5. Sampel obat jamu yang telah diidentifikasi tidak mengandung bahan kimia
B. Saran
waktu yang tepat saat menurunkan mahasiswa di BPOM agar mahasiswa yang
melaksanakan PKL dapat fokus menimbah ilmu di Balai POM Kota Kendari.
40
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2001. Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan. BPOM. Jakarta.
41