Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

PERANAN PANCASILA DALAM MEMBANGUN


KEPRIBADIAN CALON BIDAN YANG PROFESIONAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

MELA RISKA

RISKAH

SRI MAULABA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN

I.I. LATAR BELAKANG


Berbicara tentang nilai, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila memiliki arti
yang mendalam baik itu secara historis maupun pengamalannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Nilai-nilai pancasila ini bagi bangsa Indonesia meupakan landasan atau
dasar, cita-cita dalam malkukan sesuatu juga sebagai motivasi dalam perbuatannya, baik
dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat maupun dalam kehidupan kenegaraan.
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia,
maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan pancasila sebagai perjuangan utama
dalam kehidupan kermasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu
pengamalannya harus dimuai setiap warga negara Indonesia, setiap penyelengara negara
yang secara meluas akan berkembang menjadi pengamalan pancasila oleh setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan baik dipusat maupun didaerah.
Dalam menjalankan profesi sebagai bidan, memberikan pelayanan yang terbaik
untuk pasien merupakan sebuah kewajiban. Bukan semata-mata hanya karena uang.
Ketulusan melayani tanpa membeda- bedakan satu sama lain merupakan salah satu
implementasi dari sila yang terkandung dalam pancasila.

I.2. TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari penulusan karya tulis ini adalah :

 Untuk Mengetahui Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai Dasar


Negara ?
 Untuk mengetahui Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
masyarakat?
I.3. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam karya tulis ini adalah :
-    Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila sebagai Dasar Negara ?
-    Bagaimana Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. NILAI-NILAI PANCASILA DAN UUD 1945


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sansekerta:pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
1.  Pengamalan  Pancasila dalam kehidupan masyarakat
Butir-butir pengamalan Pancasila

Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan


kelima asas dalam Pancasila menjadi 45 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi
pelaksanaan Pancasila. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini
benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.

Sila pertama (1)


1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap
Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.
Sila kedua (2)
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa
lain.
Sila ketiga (3)
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat (4)
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.  Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
10.  Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
Sila kelima (5)
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2.  Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.   Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.

B. PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


a. Etika Dalam Pelayanan Kebidanan
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap
etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan evidence based  Etika adalah penerapan dan proses dan teori filsafat moral
pada situasi nyata. Etika dibagi menjadi tiga bagian, meliputi:
1.    Metaetika (etika) 
2.    Etika atau teori moral; 
3.    Etika praktik.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
b.  Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan
1.  Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.
2.  Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan/membahayakan orang lain.
3.  Menjaga privacy setiap individu.
4.  Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.
5.  Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya.
6.  Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis
suatu masalah.
7.  Menghasilkan tindakan yang benar
8.  Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik,
buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya.
10.Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata
cara di dalam organisasi profesi.
11. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang
biasa disebut kode etik profesi.
c.  Kode Etik Bidan Indonesia
Sesuai keputusan Menteri Kesehatan Rupublik Indonesia Nomor
369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar profesi bidan, didalamnya terdapat Kode Etik
Bidan Indonesia adalah merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai
internal dan ekternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu
profesi. Kode etika bidan Indonesia yaitu:

1. KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT

2. KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA

3. KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN

LAINNYA

4. KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA

5. KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI

6. KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH NUSA, BANGSA DAN

TANAH AIR
C.    Bentuk pengamalan dari sila-sila Pancasila dalam memberikan pelayanan
kebidanan kepada pasien, sebagai berikut:
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
a)      Ikut mendoakan kesembuhan pasien meskipun berbeda keyakinan.
b)     Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berdoa atau sembahyang sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan.
c)      Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
masing jika antara perawat maupun dokter berbeda keyakinan dengan pasien.
2.      Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
a)      Memberikan pelayanan yang adil tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya
sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
b)     Dalam merawat pasien hendaknya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian
dengan tidak memperlakukan pasien dengan semena-mena.
c)     Bidan merawat pasien dengan penuh perasaan cinta, serta sikap tenggang rasa
dan tepa selira.
d)     Membela pasien (Patien Advocate) pada saat terjadi pelanggaran hak-hak
pasien sehingga pasien merasa aman dan nyaman.
e)     Bidan memberikan informasi dengan jujur dan memperlihatkan sikap empati
yaitu turut merasakan apa yang dialami oleh pasien
f)       Meningkatkan dan menerima ekspresi perasan positif dan negatif pasien dengan
memberikan waktu untuk mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien.
3.      Persatuan Indonesia
a)      Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
b)    Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien daripada kepentingan
pribadi.
4.    Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
a)      Sebelum melakukan tindakan perawatan kepada pasien perawat hendaknya
mengutamakan musyawarah  dengan pasien dan keluarga pasien dalam
mengambil keputusan.
b)   Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur serta dapat dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
5.      Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a)  Mengembangkan sikap adil dengan menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban terhadap semua pasien.
b)    Perawatan pasien dilaksanakan dengan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotong-Royongan antara pasien, keluarga pasien, perawat, dokter serta tim
paramedis dan medis lainnya.
D.    Pengamalan Butir-Butir Pancasila Dalam Merawat Pasien
Menurut Depkes RI (dalam Onny, 1985) telah menetapkan bahwa pelayanan
perawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat/bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan. Aspek-
aspek tersebut meliputi:
1.   Aspek penerimaan
Aspek ini meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum,
menyapa semua pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial
ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek
penerimaan perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan
yang luas.
2.   Aspek perhatian
Aspek ini meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu
bersikap sadar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan
kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan
peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan
pasien.
3.   Aspek komunikasi
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara
pasien dengan perawat dan adanya hubungan baik dengan keluarga pasien.
4.   Aspek kerjasama
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang
baik dengan pasien dan keluarga pasien.
5.   Aspek tanggung jawab
Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam
bertindak.
E .MENJADI BIDAN DESA SEBAGAI UJUNG TOMBAK DESA SIAGA AKTIF YANG
BERJIWA PANCASILA
Bidan adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan

mendapat izin untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat luas. Bidan adalah profesi

yang diakui oleh nasionl maupun internasional. Bidan memiliki hak dan kewajiban dalam

memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan izin yang telah diberikan dan tertuang

dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.1464/MENKES/PER/X/2011 tentang izin dan

penyelenggaraan praktik bidan.

Selain memberikan pelayanan kebidanan, bidan juga memberikan konseling dalam

pemberian nasehat atau pun penyuluhan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Bidan selalu memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan ruang

lingkup bidan, yaitu Ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, remaja & lansia.

Sudah cukup lama bahwa pemerintah lebih mengutamakan bidan sebagai ujung

tombak tenaga kesehatan yang dapat membantu masalah kesehatan terutama pada
kelompok ibu dan anak disetiap desa atau kelurahan. Pemerintah menilai karena ibu dan

anak merupakan aset utama yang perlu diselamatkan demi kehidupan masa depan yang

lebih baik tanpa mengesampingkan pihak pria dewasa atau lansia. Realita saat ini tenaga

kesehatan selain bidan banyak berkumpul di tingkat kabupaten/kota.

Berdasarkan tugas dan kewenangan yang diberikan pemerintah, bidan merupakan

harapan masa depan ibu dan anak bangsa. Berdasarkan informasi melalui media massa

beberapa waktu lalu, tahun 2011 Kalimantan Barat masih membutuhkan kurang lebih 400

tenaga bidan. Hal ini tentu menjadi perhatian pemerintah dan intitusi pendidikan sebagai

lemabaga yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain kebutuhan

Kuantitas yang disebutkan diatas, kualitas kinerja bidan dalam memberikan pelayanan

masyarakat perlu ditingkatkan.

Seorang bidan yang profesional, perlu mengamalkan Pancasila dalam kehidupan

sehari-harinya. Pelaksanaan Pancasila secara subyektif yaitu sesuai dengan butir-butir

Pancasila. Butir - butir Pancasila sebagai berikut:

a.   Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

b.   Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

c.   Sila Persatuan Indonesia

d.   Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

e.   Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pelaksanaan Pancasila, sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil

dan Beradab dalam kehidupan sehari-hari seorang bidan adalah sebgai berikut:

a.   Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


b.  Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap

c.  Sila Persatuan Indonesia

d.   Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

e.  Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pelaksanaan Pancasila berupa pelaksanaan butir-butir Pancasila dalam pelayanan

kebidanan di lingkungan pedesaan sangat diperlukan bagi seorang bidan, dengan

pelaksanaan tersebut Bidan dapat bertindak sebagai ujung tombak kesehatan di Indonesia

yang profesional dan sebagai warga negara yang baik dan benar.
BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta
Notonegoro. 1995. pancasila secara ilmiah populer. Jakarta: Bumi Aksara.
Jarmanto. 1982. Pancasila Suatu Tujuan Aspek Histotis dan Sosio-politis.yogyakarta: Liberty.
Salam, Burhanuddin. 1985. Filsafat pancasilaisme. Bandung: Bina Aksara.
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: paradigma

Anda mungkin juga menyukai