Anda di halaman 1dari 13

Nama : Lailatul Qodriah

NIM : 1121

Kelas :

Prodi : PBSI (Sastra Indonesia)

Membangun Profil Pelajar Pancasila Dalam Menghadapi Era 4.0 Melalui


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Oleh : Lailatul Qodriah

Pendahuluan

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang dijadikan sebagai


acuan dalam berbangsa dan bernegera. Melihat dari historisnya, perumusan
Pancasila secara lisan telah disampaikan oleh Muh. Yamin pada tanggal 29 mei
1945 yang berisi peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhananan, peri
kerakyatan, dan kesejahteraan sosial (keadilan sosial). Kemudian Doroeso
(1989:123) mengatakan bahwa Pancasila dirumuskan oleh PPKI ( Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang disahkan menjadi lima sila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila dibentuk agar dapat menjawab semua isu-isu kontemporer yang terus
berkembangan hingga saat ini, dilihat dari nilai-nilai yang dituangkan dalam lima
sila tersebut. Karena pancasila dijadikan pandangan hidup dan falsafah bangsa
Indonesia. Pancasila harus diamalkan pada pembangunan nasional dalam bidang
politik, ekonomi, social budaya, pertahanan keamanan, dan teknologi informasi.
Sehingga Pancasila tetap memiliki eksistensi disetiap perkembangan jaman,
seperti yang saat ini terjadi isu globalisasi merupakan suatu tantangan baru bagi

1
eksistensi nilai-nilai Pancasila. Globasasi membawa berbagai tantangan baru di
Indonesia, salah satunya adalah persaingan kemampuan Sumber Daya Manusia
(SDM) baik secara hard skill dan soft skill yang menjadi global. Persaingan untuk
dunia kerja saat ini tidak hanya antar daerah lokal, melainkan antarnegara.
Globalisasi juga membawa dampat terhadap perkembangan teknologi, terlihat
munculnya revolusi industry 4.0.

Pancasila sebagai idologi negara harus ikut andil dalam tantangan baru tersebut.
Pancasila sendiri memiliki dimensi fleksibilitas yang mengandung relevansi atau
kekuatan yang merangsang SDM untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran
baru terkait nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya. Sehingga, Pancasila
sebagai ideologi bersifat terbuka karena dapat menangkap dinamika internal yang
mengundang dan merangsang SDM Indonesia untuk mengembangkan pemikiran
baru, tanpa khawatir kehilangan hakikat dirinya. Sehingga Pancasila dianggap
penting dalam mempersiapkan SDM di Era industry 4.0.

Perkembangan revolusi tersebut menjadikan pancasila harus mengikuti pola


tersebut, terutama di pendidikan tinggi vokasi. Penanaman nilai pancasila pada
SDM pendidikan tinggi vokasi sangat penting karena hal tersebut merupakan
penguat soft skill SDM. Kedua revolusi tersebut merupakan tantangan tersendiri
bagi eksistensi Pancasila.1

Analisis Masalah

1. Apa itu Pancasila ?


2. Siapa itu pelajar yang berprofil Pancasila ?
3. Apa itu Era 4.0 ?
4. Apa upaya pelajar yang berprofil Pancasila untuk menghadapi Era 4.0
dengan baik?
5. Apa saja Pendidikan Kewarganegaraan di Era 4.0

1
https://media.neliti.com/media/publications/299867-relevansi-pancasila-era-industry-40-dan-
7c9756a0.pdf

2
Pancasila

Sebelum kita masuk ke topic, alangkah baiknya kita harus mengetahui apa sih
Pancasila itu dan juga sejarah sekilasnya? Pancasila secara bahasa Panca yaitu
lima dan Sila yang artinya Dasar, secara harfiah yaitu Lima Sila atau Lima Dasar,
secara istilah Pancasila adalah asas dasar atau pilar ideologis Negara yang
berasaskan lima.

Pancasila berdiri pada tanggal 1 Juni 1945 yang mana di sempurnakan dan di
rangkai dengan baik, Diantara lima asas yaitu 1. Ketuhanan yang Maha Esa, 2.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang
dipimpin oleh Hikmat, Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, 5.
Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30


September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah
lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya.
Akan tetapi, otoritas militer dan kelompok keagamaan terbesar saat itu
menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah
unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis
Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.

Pada hari itu, enam jenderal dan satu kapten serta berberapa orang lainnya
dibunuh oleh oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta.
Gejolak yang timbul akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh
otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30
September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1
Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Berikut beberapa Pengertian dari 5 dasar Negara Berdasarkan Ketetapan MPR


No.II/MPR/19782
2
Bagian ini sudah tidak berlaku lagi karena Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 telah dicabut dengan
Ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998 dan termasuk dalam kelompok Ketetapan MPR yang sudah
bersifat final atau selesai dilaksanakan menurut Ketetapan MPR No.I/MPR/2003

3
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan


penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.

3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama


dan kepercayaan masing-masing.

4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban


antara sesama manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia.

3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

8. Mengembangkan sikap menghormati dan bekerja sama dengan bangsa


lain, karena bangsa Indonesia adalah bagian dari seluruh umat manusia.

3. Persatuan Indonesia

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa


dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

4
3. Cinta tanah air dan bangsa.

4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-


Bhinneka Tunggal Ika.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan dan perwakilan

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk


kepentingan bersama.

4. Meliputi semangat kekeluargaan untuk mencapai mufakat dalam


musyawarah.

5. Menerima dan melaksanakan hasil musyawarah dengan iktikad yang baik


dan lapang dada.

6. Melakukan musyawarah dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral


kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan


sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.

2. Bersikap adil.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak-hak orang lain.

5
5. Suka menolong kepada orang lain.

6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

7. Tidak bersifat boros.

8. Tidak bergaya hidup mewah dan berfoya-foya.

9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

10. Suka bekerja keras.

11. Menghargai dan mengapresiasi hasil karya orang lain.

12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan


berkeadilan sosial.

Pelajar yang berprofil Pancasila

Pelajar yang berprofil Pancasila yang di maksud adalah pelajar yang memiliki
jiwa Pancasilais yang artinya dalam setiap pelajar harus memiliki asas dasar yaitu
Pancasila, salah satu yang pertama yaitu Ketuhanan yang maha Esa, yang mana
setiap Pelajar harus memiliki satu keyakinan dan satu agama, entah itu agama
Islam, Kristen, Hindu, Budha, Kong Huchu.

Dalam satu keyakinan, seorang pelajar mesti akan mengikuti tradisi agamanya
dari segi Ibadah, Hukum-hukum dan larangannya, serta ajaran-ajaran baik
menurut keyakinannya. Belajar bertoleransi dengan agama lain, serta tidak
memaksa pelajar lain yang beda agama untuk memasuki agama yang kita anut.

Yang kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang artinya setiap
Pelajar harus memiliki jiwa kemanusiaan terhadap makhluk hidup, serta hidup
dengan adil dan juga beretika, tidak boleh menyimpang dari itu semua.

Yang ketiga yaitu Persatuan Indonesia, yang artinya setiap pelajar harus bersatu,
tidak boleh membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Semisal sekolah A
mengolok sekolah B, ia berkata sekolah A jauh lebih baik daripada sekolah B

6
yang akreditasnya jelek semisal seperti itu. Dalam pernyataan tersebut tidak boleh
terjadi pada eorang pelajar, tetap harus satu dan tidak boleh saling membeda-
bedakan satu sama lain.

Yang Keempat yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat, Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, yang artinya setiap pelajar harus siap
memimpin dan siap di pimpin disuatu perkumpulan dengan cara bermusyawarah
bersama untuk mencapai tujuan bersama, serta harus bijak dalam melaksanakan
apapun itu.

Yang Kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang artinya
seluruh pelajar harus memiliki jiwa Keadilan terhadap apapun, seperti beda dalam
memperlakukan wanita dan pria, orang dewasa dan anak kecil, si kaya dan si
miskin. Contoh kalian bersedekah dengan si miskin lebih daripada bersedekah
dengan si kaya, atau cara berbicara dengan anak kecil lebih lembut ketimbang
dengan orang dewasa harus bijak, dan masih banyak lagi contohnya.

Era 4.0

Ahli teori pendidikan sering menyebut Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 untuk
menggambarkan berbagai cara mengintegritaskan teknologi cyber baik secara
fisik maupun non fisik dalam pembelajaran. Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0
adalah fenomena yang merespons kebutuhan revolusi industri dengan penyesuaian
kurikulum baru sesuai situasi saat ini. Kurikulum tersebut mampu membuka
jendela dunia melalui genggaman contohnya memanfaatkan internet of things
(IOT). Di sisi lain pengajar juga memperoleh lebih banyak referensi dan metode
pengajaran.3

Akan tetapi hal ini tidak luput dari tantangan bagi para pengajar untuk
mengimplementasikannya. Dikutip dari Kompasiana (2019) setidaknya ada 4
kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh pengajar. Pertama keterampilan
berpikir kritis dan pemecahan masalah. Merupakan kemampuan memahami suatu
3
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--pendidikan-era-revolusi-industri-40-di-tengah-covid-19

7
masalah, mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sehingga dapat dielaborasi
dan memunculkan berbagai perspektif untuk menyelesaikan masalah. Pengajar
diharapkan mampu meramu pembelajaran dan mengekspor kompetensi ini kepada
peserta didik. Kedua Keterampilan komunikasi dan kolaborasi. Keterampilan ini
tidak luput dari kemampuan berbasis teknologi informasi, sehingga pengajar dapat
menerapkan kolaborasi dalam proses pengajaran.

Ketiga, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Diharapkan ide-ide baru dapat
diterapkan pengajar dalam proses pembelajaran sehingga memacu siswa untuk
beripikir kreatif dan inovatif. Misalnya dalam mengerjakan tugas dengan
memanfaatkan teknologi dan informasi. Keempat, literasi teknologi dan
informasi. Pengajar diharapkan mampu memperoleh banyak referensi dalam
pemanfaatan teknologi dan informasi guna menunjang proses belajar mengajar.

Bagi perguruan tinggi, Revolusi Industri 4.0 diharapkan mampu mewujudkan


pendidikan cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan,
perluasan akses dan relevansi dalam mewujudkan kelas dunia. Untuk
mewujudkan hal tersebut interaksi pembelajaran dilakukan melalui blended
learning (melalui kolaborasi), project based-learning (melalui publikasi), flipped
classroom (melalui interaksi publik dan interaksi digital).

Covid-19 yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari
coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini menyerang sistem pernapasan.
Penyakit karena infeksi virus ini disebut Covid-19. Virus Corona bisa
menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai
kematian. Indonesia saat ini tengah menghadapi hari-hari melawan covid-19,
bahkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Menteri PAN-RB) telah mengeluarkan surat edaran baru yang pada intinya
menyatakan perpanjangan masa bekerja dari rumah (Work From Home) dan
penyesuaian sistem kerja.

Akan tetapi Menteri PAN-RB menegaskan hal ini bukan berarti pelayanan publik
ditiadakan, baik pelayanan publik terkait ruang lingkup barang, jasa maupun

8
administrasi. Hal tersebut ditekankan secara langsung oleh yang bersangkutan
pada saat mengumumkan adanya surat edaran terbaru yang menyatakan perlunya
penyesuaian sistem kerja dan mengimplementasikan protokol pencegahan Covid-
19. Pelayanan dapat dilakukan melalui daring (online) atau jika terdapat
pelayanan manual harus mengimplementasikan mengukur suhu pengguna
layanan, menyediakan tempat cuci tangan/handsanitizer dan menjaga jarak.

Hal tersebut juga berlaku bagi pendidikan. Dengan dihapuskannya Ujian


Nasional, belajar di rumah melalui aplikasi tertentu, kuliah daring, bimbingan dan
seminar daring merupakan contoh pelayanan bidang pendidikan yang
mempercepat penerapan Pendidikan era Revolusi 4.0. Bagaimana tidak baik
pengajar maupun peserta didik dipacu untuk memahami setidaknya penggunaan
teknologi digital. Di sisi lain peserta didik juga dipaksa untuk mengeksplor
teknologi dan informasi dan menyalurkan kreatifitasnya melalui inovasi-inovasi
dalam tugas-tugas yang diberikan.

Dalam memasuki era ini apalagi di tambahnya Pandemik Covid-19, para pelajar
harus dituntut untuk menggunakan alat digital supaya pembelajaran sekolah bisa
dilaksanakan secara daring dan tidak harus keluar rumah. Karena adanya
pandemik ini Era Revolusi 4.0 sangat berkembang pesat dari sebelumnya, mulai
dari belajar mengajar, jual beli online, hingga semua perkumpulan dilaksanakan
secara daring atau work from home.

Pada akhirnya, di tengah merebaknya wabah Covid-19, Pendidikan Era Revolusi


Industri 4.0 dapat diterapkan dengan penyesuaian tertentu tanpa mennyampingkan
hal-hal yang perlu diperhatikan lebih teknis, misalnya dampak dan kelemahannya.
Di sisi lain tuntutan peran peserta didik diharapkan mampu membawa perubahan
positif di tengah situasi melalui pemahaman yang diberikan oleh pengajar. Sudah
saatnya kita berkolaborasi dalam mewujudkan "kesempatan" mengabdi di tengah
adanya pandemi ini.

Pelajar yang berprofil Pancasila untuk menghadapi Era 4.0 dengan baik

9
Sebagai pelajar meski kita harus memiliki jiwa Pancasila dalam menghadapi Era
4.0 dengan lebih baik. Dalam Era 4.0 sudah dijelaskan bahwasannya zaman
semakin kedepan semakin maju termasuk berkembangnya Era digital yang sangat
pesat, apalagi ditambahnya pandemik Covid-19 yang sedang berlangsung hingga
saat ini malah makin berkembangnya Era 4.0 ini yang mana selalu mengandalkan
digitalisasi pada kegiatan apapun.

Sebagai pelajar harus memiliki etika baik dalam menggunakan digital dimana pun
serta di landasi juga dengan Pancasilaisnya. Dalam dunia Era 4.0, pelajar sanggup
mengaji tidak harus menggunakan Al-Qur`an atau kitab-kitab lain. Akan tetapi
dengan digital juga bisa mengaji, karna disitu sudah ada aplikasi yang
menyediakannya atau bisa juga mendengar ceramah-ceramah terdahulu yang
mana kita tidak hadir di dalamnya. Dengan jiwa Ketuhanan yang Maha Esa, kita
tidak perlu mengolok-ngolok yang beda agama lewat dunia maya, kita harus bisa
saling Toleransi agama, dan tidak berbuat provokasi agama yang mana dilarang
dalam Pancasila no 1.

Sebagai pelajar juga harus memiliki jiwa kemanusiaan yang adil dan beradab
didalam dunia digital. Dalam dunia Sosmed, kita harus beradab dan tidak boleh
saling menghina, seperti halnya ada seseorang yang memosting status entah via
Facebook, Instagram, ataupun Twitter, kita harus menanggapi dengan sewajarnya
saja, tidak boleh menghina, ataupun menjatuhkan, karna disini nialinya sangat
penting yaitu saling mencintai sesama saudara satu Negara Indonesia. Jika ingin
mengkritik, ya sewajarnya aja dan tidak boleh berlebihan hingga membuat
pemilik statusnya sakit hati atau malah marah sebaliknya. Itulah pentingnya adab
dan etika serta kecintaan kita terhadap saudara sendiri di Indonesia khususnya
dunia digital. Tidak boleh juga melakukan penipuan dan hal lain sebagainya.
Itulah contoh gejala sosialnya.

Dalam sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, yang mana seluruh pelajar Indonesia
wajib cinta tanah air Indonesia, contoh dalam dunia digitalnya yaitu para pelajar
dituntut untuk menghargai para pejuang terdahulu, ikut kesertaan lomba ke
Indonesiaan secara daring, serta tidak menjatuhkan harga diri Negara Indonesia di

10
dalam dunia digital. Kalau bisa kalian harus mengharumkan nama baik Indonesia
di tempat maupun di dunia digital.

Dalam sila keempat yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan, yang mana pelajar Indonesia harus bersikap
mufakat secara bersama dalam perkumpulan apapun. Dalam suatu perkumpulan
online, para pelajar akan bermusyawarah untuk kepentingan negeri harus secara
hikmat, dan bijak serta dilandasi dengan Ketuhanan yang Maha Esa supaya hasil
permusyawaratan dapat berjalan dengan baik dan tidak melenceng dari jalurnya.

Dalam sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Para
Pelajar untuk membangun Era 4.0 dengan baik secara Pancasila harus memiliki
sikap keadilan terhadap siapapun, contohnya seperti ada yang terkena penipuan,
nah disitu kita dituntut untuk membantu menyelesaikan masalahnya supaya
tuntas, atau kita di dalam sosmed tidak membesar-besar kan diri kepada yang
lebih rendah, cukup sewajarnya aja.

Pendidikan Kewarganegaraan di Era 4.0

Dengan situasi dan kondisi yang sedang kita hadapi saat ini, akhirnya proses
pembelajaran yang solutif yaitu dengan menerapkan pembelajaran daring. Hal ini
berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan sesuai Surat Edaran Mendikbud Nomor 4
Tahun 2020 tentang pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Discase (Covid-19). Hal di atas menjadi isu
teraktualyang membutuhkan analisis yang mendalam terutama dalam pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Tentunya materi dan
bahasan pada pelajaran PKN menjadi tantangan tersendiri untuk dikembangkan
lebih lanjut dengan memanfaatkan teknologi digital saat ini. Pada akhirnya proses
pembelajaran yang akan menentukan kualitas atau output hasil pembelajaran yang
ditargetkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. (Juwandi, 2020: 256).

Tantangan dalam dunia pendidikan sampai saat ini sangat dinamis terutama dalam
dunia pendidikan di Indonesia. Era reformasi ini banyak sekali permasalahan

11
melalui gejolak yang timbul mengenai perubahan demokrasi. Terutama di saat
sekarang kecenderungan universal permasalahan PKN banyak sekali
bersinggungan dengan perubahan masyarakat yang mengglobal yang berlangsung
sangat cepat. Sebagai kondisi yang dihadapkan pada situasi pandemic saat ini.
Keterampilan teknis peserta didik dan secara langsung di sini melibatkan para
guru (pendidik Mapel PKN di sekolah) menyangkut kempetensi
instrumental/teknologi ketika mengakses internet.

Aksesibilitas internet dan memanfaatkan teknologi digital menjadi syarat kunci


keberhasilan pembelajaran daring. Ini adalah kondisi mendasar untuk berhasil
menggunakan internet untuk kompleksitas kewarganegaraan digital. Ada banyak
bukti yang mendukung gagasan bahwa keterampilan teknis berfungsi sebagai
prasyarat dan aspek fundamental untuk proses keterlibatan dalam komunitas. E-
Learning dalam hal ini adalah institusi penyelenggaraan proses pembelajaran
khususnya mata Pelajaran PKN di persekolahan.4

Kesimpulan

Dalam Era Relevansi Pancasila sangat terlihat jelas dalam perkembangan revolusi
indusry 4.0, karena tujuan perkembangan tersebut adalah ingin mengintegrasikan
tenaga manusia dengan teknologi sehingga pekerjaan yang berhubungan dengan
kontak fisik akan berkurang dan diganti dengan sistem otomasi yang semakin
canggih, sehingga peluang SDM untuk bekerja akan semakin berat apabila tidak
diseimbangi dengan soft skill yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila. Output
pendidikan vokasi sendiri adalah membentuk SDM yang berkompeten dalam hal
hard skill maupun soft skill. Maka Pancasila era Industry 4.0 di Pendidikan
Tinggi Vokasi saat ini harus fleksibel dalam pengimplementasianna akan tetapi
tidak lepas dari rule yang ada.

Permasalahan PKN banyak sekali bersinggungan dengan perubahan masyarakat


yang mengglobal yang berlangsung sangat cepat. Sebagai kondisi yang

4
https://journal.civiliza.org/index.php/ijois/article/download/26/18

12
dihadapkan pada situasi pandemic saat ini. Ada banyak bukti yang mendukung
gagasan bahwa keterampilan teknis berfungsi sebagai prasyarat dan aspek
fundamental untuk proses keterlibatan dalam komunitas.

Menurut Purbo, pergeseran paradigm pendidikan secara drastic terjadi karena


cepatnya perkembangan arus informasi, akibat adanya efisiensi teknologi yang
memungkinkan memudarnya batas-batas dimensi ruang kehidupan sosial
manusia. Pergeseran paradigma pendidikan tersebut bermuara pada tuntutan
perubahan pembelajaran, dari yang bersifat konvesional kea rah pembelajaran
berbasis multimedia yang bersumber dari internet. Penerapan E-Learning
merupakan suatu kebutuhan dan realitas konkrit yang harus diterima sebagai
bagian penting dan sumber belajar.

Refrensi

https://journal.civiliza.org/index.php/ijois/article/download/26/18

https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--pendidikan-era-revolusi-industri-40-
di-tengah-covid-19

https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

https://media.neliti.com/media/publications/299867-relevansi-pancasila-era-
industry-40-dan-7c9756a0.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai