Anda di halaman 1dari 21

28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BPOM Loka POM

1. Pengertian dan Landasan Hukum Badan POM Loka POM.


Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM

adalah sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran

obat-obatan dan makanan di Indonesia. Pemerintah melalui Keppres

Nomor 166 Tahun 2000 dan Nomor 103 Tahun 2001 membentuk Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang bertugas, antara lain memberi

izin dan mengawasi peredaran obat serta pengawasan industri farmasi.

Badan POM selaku badan yang memiliki otoritas didalam pengawasan

obat dan makanan di Indonesia, terus berupaya untuk memenuhi keinginan

masyarakat dengan meningkatkan perannya didalam melindungi

masyarakat dari peredaran obat tradisional yang tidak memenuhi syarat

mutu dan keamanan. 1

Disamping itu Badan POM juga berperan dalam membina industri

maupun importir/distributor secara komprehensif mulai dari pembuatan,

peredaran serta distribusi, agar masyarakat terhindar dari penggunaan obat

tradisional yang berisiko bagi pemeliharaan kesehatan. Pengawasan yang

dilakukan oleh Badan POM dimulai sebelum produk beredar yaitu dengan

evaluasi produk pada saat pendaftaran (pre marketing evaluation/product

1
https://www.pom.go.id/new/admin/dat/20190708/Direktorat_Pengamanan.pdf, 2020.
28

safety evaluation), inspeksi sarana produksi sampai kepada pengawasan

produk di peredaran (post marketing surveillance). Sebagai salah satu pilar

Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), pelaku usaha

mempunyai peran yang sangat strategis. Pelaku usaha harus

bertanggungjawab dalam pemenuhan standar dan persyaratan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat

dan Makanan sehingga menjamin Obat dan Makanan yang diproduksi dan

diedarkan aman, berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu.2

1. Struktur Organisasi BPOM

Pada tahun 2017 sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun

2017 Tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, terdapat ketentuan

yang mengatur tentang penguatan kelembagaan di Badan Pengawas Obat

dan Makanan, yaitu:

a. Kepala.

b. Sekretariat Utama.

c. Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika,

Prekursor, dan Zat Adiktif.

d. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen

Kesehatan, dan Kosmetik.

e. Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan.

f. Deputi Bidang Penindakan.

g. Inspektorat Utama.3
2
https://www.pom.go.id/new/admin/dat/20190708/Direktorat_Pengamanan.pdf diakses 3 mei
2022
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pengawas_Obat_dan_Makanan diakses 3 mei 2022
28

2. Tugas dan Wewenang Badan POM Loka POM

Sesuai ketentuan Pasal 35 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik dan

ketentuan Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang

Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan

mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang

pengawasan obat dan makanan, termasuk peredaran obat dan makanan

yang diedarkan secara daring. Untuk di Tingkat Kabupaten sendiri ada

istilah LOKA Pom merupakan bagian Unit Pelaksana Tugas dari BPOM

itu sendiri. Tugas lembaga Badan Pengawas Obat dan Makanan telah

diatur berdasarkan Pasal 2 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017,

yaitu:

a. BPOM memiliki tugas untuk menyelenggarakan tugas

pemerintahan di sektor pengawasan Obat dan Makanan yang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Obat dan Makanan terdiri atas berbagai macam jenis, yaitu obat,

bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat

tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.4

4
Agata Pransiska Launde dkk, “Tugas dan Fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan Dalam
Melindungi Kesahatan Masyarakat di Kota Manado(Studi Kasus tentang penggunaan Bahan
Makanan Berbahaya di Kota Manado), Jurnal Jurusan Ilmu pemerintahan,Jurnal Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2020, hlm.6.
28

Dalam menyelenggarakan fungsinya, BPOM mempunyai

kewenangan:

a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan

obat dan makanan.

b. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan

untuk mendukung pembangunan secara makro.

c. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan

makanan.

d. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif)

tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan

peredaran obat dan makanan.

e. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan

industri farmasi, dan

f. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan, dan

pengawasan tanaman obat.5

4. Fungsi Organisasi BPOM

Fungsi Utama BPOM

Berdasarkan pasal 3 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017

tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, BPOM mempunyai fungsi:

5
Endry Boeriswati Modul 7 Organisasi dan Tata Kerja Organisasi BPOM hlm.3.
28

a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan

Makanan;

b. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan

Makanan;

c. Penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria

di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama

Beredar;

d. Pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan

Selama Beredar;

e. Koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan

instansi pemerintah pusat dan daerah;

f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan

Obat dan Makanan;

g. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;

h. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di

lingkungan BPOM;

i. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab BPOM;
28

j. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan

k. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh

unsur organisasi di lingkungan BPOM.

B. Pengawasan Obat dan Makanan

1. Pengertian Pengawasan Obat dan Makanan

Pengawasan yang dimaksudkan dalam Pasal 3 huruf d tersebut yaitu

Pengawasan sebelum beredar, dimana dilakukan tindakan pencegahan

untuk menjamin obat dan makanan yang beredar memenuhi standar dan

persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk yang ditetapkan.

Sedangkan berdasarkan Pasal 3 huruf d Pengawasan selama beredar

merupakan tindakan pengawasan terhadap obat dan makanan selama

beredar untuk memastikan obat dan makanan yang beredar memenuhi

standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk yang

ditetapkan serta tindakan penegakan hukum.

Dalam melakukan pengawasan peredaran makanan yang mengandung

bahan berbahaya, Balai Besar POM Surabaya menerapkan 2 (dua) bentuk

tahapan pengawasan yaitu pengawasan Pre-Market dan pengawasan Post-

Market. 6

a. Pengawasan Pre-Market (Kontrol Pra Pasar) Pengawasan pre-market

merupakan pengawasan yang dilakukan sebelum produk beredar di


6
Diyan Setiawan, “Tugas dan Wewenang Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Dalam
Mengawasi Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya” , Jurnal Hukum Bisnis,Jurnal Fakultas
Hukum Narotama Surabaya , Surabaya , 2020,hlm.429.
28

pasaran. Dalam hal ini pelaku usaha yang ingin mendaftarkan izin

usahanya dapat melakukan pendaftaran dengan mengisi form surat

permohonan izin produksi yang ada di Balai Besar POM Surabaya,

surat permohonan izin produksi yang disetujui akan ditindak lanjuti

oleh Dinas Kesehatan dan kemudian ditembuskan ke Badan POM atau

Balai Besar POM. Setelah diberikan izin kemudian Kepala Balai POM

Surabaya akan melakukan inspeksi ke saran produk guna melihat

kesesuaian yang diberikan dengan kondisi nyata di lapangan serta

memperhatikan apalah sarana produksi sudah memenuhi syarat untuk

melakukan kegiatan produksi, jika dalam inspeksi tersebut syarat-syarat

yang telah ditetapkan oleh Balai Besar sampai seluruh persyaratan

terpenuhi, dan melihat bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan

produk atau makanan. Apabila ditemukan ada bahan-bahan yang

membahayakan bagi kesehatan maka akan dilaanjutkan dengan

pemberian surat rekomendasi dari hasil pemeriksaan Balai POM

Surabaya yang ditunjukkan ke Badan POM dan diserahkan ke

Direktorat Pengawasan Pangan dan Bahan Berbahaya. Balai Besar

POM melakukan pengawasan kontrol pra pasar tentang makanan yanng

megandung bahan berbahaya, melakukan beberapa prosedur yaitu:

1) Pengawasan ke sarana produksi untuk memeriksa barang yang

sebelum diedarkan.

2) Melakukan penyuluhan ke masyarakat dalam bentuk

mengumpulkan masyarakat kemudian berinteraksi dengan


28

masyarakat untuk memberikan ilmu pengetahuan tentang kriteria

makanan yanng mengandung bahan berbahaya yang tidak baik

untuk dikonsumsi.

3) Melakukan instrumen perinzinan, yang merupakan produk

harus sudah diujikan pada laboratorium Balai Besar POM untuk

bisa dipasarkan pada masyarakat.

4) Melalui pendaftaran pedahuluan, hal ini dilakukan melalui

pembentukan standar teknis. Disamping itu produen atua pelaku

usaha harus mendokumentasikan bahwa produknya telah

memenuhi syarat.

5) Menyediakan layanan informasi melalui media massa atau

stasiun TV seperti membuat iklan tentang makanan yang berbahan

bahaya, agar masyarakat dengan cepat mengetahui dan bisa

membedakan makanan yang aman dan tidak aman.

Badan POM telah menetapkan sejumlah Peraturan Kepala Badan POM

tentang penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), antara lain

pengawet, pewarna, pengemulsi, pengatur keasaman. Pelaku usaha yang

melakukan presos produksi apabila menggunakan bahan tambahan pangan

harus menggunakan jenis yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan POM

tersebut.

b. Pengawasan Post-Market (Kontrol Pasca Pasar) Pengawasan Post-

Market (Kontrol Pasca Pasar) adalah berhubungan dengan produk yang


28

sudah beredar dipasar dan tidak aman yang berbahan bahaya, produk

makanan yang berbahan bahaya harus ditarik dari pasaran. Pengawasan

control pasca pasar yang dilakukan oleh Balai Besar POM surabaya

terhadap peredaran makanan yang mengandung bahan berbahaya yaitu:

1) Sampling dan Pengujian Laboratorium Dalam rangka

pengawasan pangan yang beredar di masyarakat, dilakukan

pengambilan smpel dan pengujian laboratorium yang tedaftar di

Badan POM, termasuk sampel pangan Produk Industri Rumah

Tangga (PIRT) dan pangan tidak terdaftar.

2) Pemeriksaan Sarana Produksi Pemeriksaan sarana produksi ini

difokuskan pada penerapan cara produksi pangan olahan yang baik

dan kepatuhan dari peraturan perundang-undangan

3) Pemeriksaan Sarana Distribusi Bahan berbahaya yang sering

disalahgunakan

4) Mengawasi tata cara rating yang baik diberbagai tempat

penjualan, seperti dengan menempatkan kelompok minuman dan

makanan di tempat khusus makanan.

2. Maksud dan Tujuan Pengawasan Obat dan Makanan

Tujuan dilakukannya pengawasan terhadap obat-obatan dan juga

makanan adalah memastikan seluruh produk sudah aman untuk

dikonsumsi, dan tidak merugikan si pengkonsumsi. Jadi, saat membeli


28

produk obat dan makanan ada baiknya memperhatikan apakah produk

tersebut sudah terdaftar di BPOM atau belum. Jika terdaftar, produk

tersebut sudah aman untuk dikonsumsi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas dan tegas bahwa tugas, fungsi

dan kewenangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (selanjutnya

disingkat BPOM), sesuai dengan asas legalitas. Asas legalitas tersebut

digunakan dalam pembentukan Badan Pengawas Obat dan Makanan

dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewenangan berdasarkan peraturan

perundang- undangan. Asas legalitas ini merupakan prinsip negara hukum,

sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. Penerapan asas

legalitas menunjang berlakunya kepastian hukum. Artinya bahwa

keberadaan Badan Pengawas Obat dan Makanan sesuai dengan asas

legalitas dan/atau kepastian hukum, sebab pembentukannya sesuai dengan

peraturan perundangundangan yang berlaku. Dengan demikian,

penyelenggaraan tugas, fungsi, wewenang dan pengawasan Badan

Pengawas Obat dan Makanan didasarkan pada undang-undang. Dengan

demikian, Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai kemampuan

untuk melakukan tundakan-tindakan hukum tertentu sebagaimana yang

telah diatur oleh peraturan perundangundangan. Artinya bahwa badan

Pengawas Obat dan Makanan mempunyai kewampuan untuk

melaksanakan hukum positif. Badan Pengawas Obat dan Makanan


28

mempunyai kewenangan atribusi yang terjadi karena pemberian

wewenang oleh suatu peraturan perundang-undangan.

Balai Besar POM sebagai Lembaga Pemerintah yang mempunyai peran

penting dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap peredaran obat dan

makanan baik dalam mutu, khasiat dan manfaatnya dari standar yang

ditentukan. Keberadaan pengawasan obat dan makanan oleh BPOM

menjadi penting dilihat dari sisi konsumen yaitu untuk memberikan

jaminan kesehatan dan rasa aman untuk menggunakan dan mengonsumsi

produk makanan tersebut, memudahkan konsumen dalam memilih dan

memilah mana makanan yang aman untuk konsumen.7

C. Teori Bekerjanya Hukum

1. Pengertian Hukum dan Bekerjanya Hukum

Bekerjanya hukum dalam masyarakat yang dimaksud adalah peraturan

atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat diterapkan dalam suatu

lingkungan masyarakat dan berjalan efektif. Dapat diartikan bahwa

kebijakan tersebut diterima oleh masyarakat sekitar. Menurut Achmad Ali

sebagaimana mengutip pendapat Friedmann, sistem hukum terdiri atas

struktur hukum (legal structure), substansi/materi hukum(legal substance),

dan budaya hukum(legal culture).8

a. Substansi Hukum

7
Ibid., hlm.426.
8
Achmad Ali , Keterpurukan Hukum di Indonesia Penyebab dan Solusinya, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005), hlm.1.
28

Dalam Teori Lawrence Meir Friendman hal ini disebut sebagai

sistem substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum

itu dilaksanakan.

b. Struktur Hukum/Pranata Hukum

Dalam teori Lawrence Meir Friendman hal ini disebut sebagai

sistem struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum

itu dilaksanakan dengan baik.

c. Budaya Hukum

Kultur hukum menurut Lawrence M Friedman adalah sikap

manusia terhadap hukum dan sistem hukum-kepercayaan, nilai,

pemikiran, serta harapannya.

Ketiga komponen ini mendukung berjalannya sistem hukum di

suatu negara. Secara realitas sosial, keberadaan sistem hukum yang

terdapat dalam masyarakat mengalami perubahan-perubahan sebagai

akibat pengaruh, apa yang disebut dengan modernisasi atau globalisasi

baik itu secara evolusi maupun revolusi. Pendekatan tersebut bertumpu

pada fungsi hukum berada dalam keadaan seimbang, artinya hukum akan

dapat bekerja dengan baik dan efektif dalam masyarakat yang diaturnya.

Diharapkan ketiga elemen tersebut harus berfungsi optimal.9

9
Ibid., hlm.2.
28

Berkaitan dengan bekerjanya hukum dalam masyarakat, Satjipto

Rahardjo berpendapat bahwa:10

“Tata hukum merupakan seperangkat norma-norma, yang menunjukan apa

yang harus dilakukan atau yang terjadi. Dilihat dari sudut proses

bekerjanya, maka nampak terjadinya generasi norma-norma hukum.

Proses ini juga sering disebut sebagai proses konkretisasi, dimana norma-

norma dengan isi yang lebih umum diturunkan menjadi lebih khusus.

Dengan demikian bangunan tata hukum dapat dilihat dari suatu susunan

yang berjenjang (stufenbau)”.

Bekerjanya hukum sengat berkaitan dengan interaksi sosial dan

personal lainnya. Bahwa bekerjanya hukum juga dipengaruhi oleh faktor-

faktor non hukum seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi dan

faktor personal yang merupakan faktor terpenting dalam bekerjanya

hukum di dalam masyarakat.

2. Teori Bekerjanya Hukum

Bekerjanya hukum ini dikemukakan oleh William Chamblis dan

Robert B. Seidman. Berdasarkan teori ini, bekerjanya hukum dalam

masyarakat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial, lembaga-lembaga

pembuat hukum dan lembagalembaga pelaksana hukum. Oleh karena itu

bekerjanya hukum tidak bisa dimonopoli oleh hukum. Teori ini digunakan

untuk menganalisis permasalahan pertama, karena teori ini berkaitan

dengan lembaga-lembaga pembuat hukum, penegak hukum, maupun


10
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung : Angkasa, 1986), hlm.48.
28

kekuatan-kekuatan sosial, antara lain politik budaya masyarakat, dan

wangsa. Kekuatan-kekuatan sosial itulah yang kemudian menyebabkan

hukum mengalami dinamika.11

Bekerjanya hukum dalam masyarakat dapat dilihat dari dua sisi , yaitu

sisi dogmatis dan sisi sosiologis. Dari sisi dogmatis, di mana bekerjanya

hukum dihubungkan dengan masalah penerapan hukum, penafsiran

hukum, pembuatan kontruksi hukum dan sebagainya. Dari segi sosiologis ,

bekerjanya hukum dapat dilihat dari peran manusia yang menjadi

perantara masuknya dalam sebuah masyarakat. Manusia sebagai aktor

yang membawa hukum dalam masyarakat mengakibatkan hukum

terpengaruh oleh subyektivitas yang dimiliki manusia itu sendiri. Hukum

tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang otonom dan obyektif, melainkan

sesuatu yang subyektif dan heterogen.12

Secara lebih lengkap bekerjanya hukum model Robert B.Seidman ini

digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

UMPAN BALIK UMPAN BALIK


LEMBAGA
PEMBUAT
HUKUM

NORMA SEKUNDER NORMA PRIMER

11
K. Martono, “Penyidikan Tindak Pidana Migas Di Purworejo”, (Semarang : Universitas Islam
Sultan Agung, 2018), hlm.8. AKTIVITAS
12
Ibid., hlm.9. PENERAPAN
28

LEMBAGA PEMEGANG
PENERAP HUKUM PERAN

KEKUATAN KEKUATAN
PERSONAL PERSONAL
DAN DAN
KEKUATAN KEKUATAN
SOSIAL SOSIAL
LAINNYA LAINNYA

Bagan 2. Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat Model Robert B. Seidman

Pendapat Robert B.Seidman ini dapat diuraikan ke dalam dalil-

dalil yang dikutip oleh Satjipto Rahardjo sebagai berikut: 13

a. Setiap peraturan hukum memberi tahu tentang bagaimana seorang

pemegang peran (role occupant) itu diharapkan bertindak;

b. Bagaimana seorang pemegang peran itu akan bertindak sebagai suatu

respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-

peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktivitas dari

lembaga pelaksana hukum serta keseluruhan kompleks kekuatan sosial,

politik, dan lain-lainnya mengenai dirinya;

c. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai

respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-

peraturan hukum yang ditujukkan kepada mereka, sanksi-sanksinya,


13
Satjipto Rahardjo, 1983, Hukum dan Pembaharuan Sosial, Suatu Tinjauan Tinjauan Teoritis
serta Pengalaman-Pengalaman di Indonesia, Bandung : Alumni, hlm.162.
28

keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, politik dan lainnya

yang mengenai diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari

para pemegang peran.

d. Bagaimana para pembuat hukum itu akan bertindak merupakan

fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-

sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, poltik,

ideologi dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan-

umpan balik yang datang dari pemegang peran birokrasi.14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bekerjanya Hukum

Bekerjanya hukum masyarakat menurut Donald Black, seperti

yang disampaikan oleh Saryono Hanadi, dipengaruhi oleh faktor personal

dan faktor sosial.15

a. Faktor Personal, meliputi pengalaman, pengetahuan, sikap dan

perilaku, persepsi, opini, dan kecerdasan, kepatuhan,

kepemimpinan, faktor pemegang peran, faktor pelaksana hukum,

dan faktor penegakan hukum.

b. Faktor sosial, meliputi stratifikasi masyarakat, morfologi,

organisasi, budaya dan control sosial.

Term efektivitas secara umum Soerjono Soekanto berbicara

mengenai derajat efektivitas suatu hukumditentukan antara lain oleh taraf

14
Ibid., hlm.27-28
15
Saryono Hanadi, Sosiologi Hukum, Bahan kuliah, Purwokerto, FH Unsoed, 2008.hal 5-8.
28

kepatuhan masyarakat terhadap hukum, termasuk para penegak

hukumnya. Sehingga dikenal suatu asumsi, bahwa taraf kepatuhan hukum

yang tinggi merupakan suatu indikator berfungsinya suatu sistem hukum.

Dan berfungsinya hukummerupakan pertanda bahwa hukum tersebut

telah mencapai tujuan hukum, yaitu berusaha untuk mempertahankan dan

melindungi masyarakat dalam pergaulan hidup.16 Dalam ilmu sosial antara

lain dalam sosiologi hukum, masalah kepatuhan atau ketaatan hukum atau

kepatuhan terhadap kaidah-kaidah hukum pada umunya telah menjadi

faktor yang pokok dalam menakar efektif tidaknya suatu yang ditetapkan

dalam hal ini hukum, Soedjono Soekanto17 berpendapat bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu faktor

hukumnyam faktor penegak hukum, faktor sarana, faktor masyarakat,

dan faktor kebudayaan. Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan

eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum juga

merupakan tolak ukur daripada efektivitas berlakunya hukum.

a. Faktor hukumnya sendiri (undang-undang)

Gangguan terhadap penegakan hukum yang berasal dari

Undang-Undang mungkin disebabkan karena:

1) Tidak diikutinya berlakunya azas-azas Undang-Undang.

2 Belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat

dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang.

16
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers 2009 ) hal 62
17
Ibid., hlm.62.
28

3) Ketidakjelasan arti kata-kata didalam undang-undang yang

mengakibatkan kesimpangsiuran didalam penafsiran serta

penerapannya.

b. Faktor penegak hukum

Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam

masyarakat, yang hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan

tertentu, sesuai dengan aspirasi masyarakat. Penegak hukum

harus dapat berkomunikasi dan mendapat pengertian dari

golongan sasaran, disamping mampu membawakan atau

menjalankan peranannya. Selain itu, sebagai panutan, penegak

hukum juga harus dapat memilih waktu dan lingkungan yang tepat

didalam memperkenalkan norma-norma atau kaidah-kaidah

hukum yang baru, serta memberikan keteladanan yang baik.

c. Faktor Sarana dan Fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak

mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan

lancar, Sarana atau fasilitas tersebut antara lain, mencakup

tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi

yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan

seterusnya.
28

Adanya hambatan penyelesaian perkara bukanlah semata-mata

disebabkan karena banyaknya perkara yang harus

diselesaikan, sedangkan waktu untuk mengadilinya atau

menyelesaikannya adalah terbatas. Penambahan jumlah hakim

untuk menyelesaikan perkara, hanya mempunyai dampak yang

sangat kecil di dalam usaha untuk mengatasi hambatan-

hambatan pada penyelesaian perkara, terutama dalam jangka

panjang.

Selain itu, masalah lain yang erat hubunganya dengan

penyelesaian perkara dan sarana atau fasilitasnya, adalah soal

efektivitas dan sanksi negatif yang ancamkan terhadap

peristiwa-peristiwa pidana tertentu. Tujuan sanki-sanksi

tersebut dapat mempunyai efek yang menakutkan terhadap

pelanggaran-pelanggaran potensial, maupun yang pernah

dijatuhi hukuman karena pernah melanggar (agar tidak

mengulanginya). Sanki negatif yang relatif berat atau diperberat,

bukan merupakan sarana yang efektifuntuk dapat

mengendalikan kejahatan maupun penyimpangan-penyimpangan

lainnya.

Sarana ekonomi ataupun biaya daripada pelaksanaan sanksi-

sanksi negatif diperhitungkan, dengan berpegang pada cara yang

lebih efektif dan efisien, sehingga biaya dapat ditekan di

dalam program-program pemberantasan kejhatan jangka


28

panjang. Kepastian didalam penanganan perkara maupun

kecepatannya, mempunyai dampak yang lebih nyata, apabila

dibandingkan dengan peningkatan sanksi negatif belaka. Kalau

tingkat kepastian dan kecepatanpenanganan perkara ditingkatkan,

maka sanksi-sanksi negatif akan mempunyi efek menakuti

yang lebih tinggi pula, sehingga akan dapat mencegah

peningkatan kejahatan maupun residivisme.

d. Faktor Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuanuntuk

mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu,

dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat

mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Pada dasarnya

masyarakat cenderung untuk mengartikan hukum dan bahkan

mengidentifikasikan hukum sebagai petugas atau pejabat. Salah

satu akibatnya adalah baik buruknya hukum senantiasa

dikaitkan dengan pola perilaku penegak hukum tersebut, yang

menurut pendapatnya merupakan pencerminan dari hukum sebagai

struktur maupun proses. Adanya hal itu, mengakibatkan

tidak terbentuknya kompetensi hukum dalam masyarakat.

e. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan/sistem hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai

yang mendasari hukum yang berlaku, nilai nilai yang merupakan

konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut


28

dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari. Pasangan nilai

yang berperan dalam hukum, adalah:

1) Nilai ketertiban dan ketentraman.

2) Nilai jasmani/kebendaan dan nilai rohani/keakhlakan.

3) Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai

kebaruan/inovatisme.

Anda mungkin juga menyukai