2.1.1 Tinjauan Umum Badan POM Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang dibentuk pemerintah. Dasar Hukum pendirian BPOM adalah: a. Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). b. Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). c. Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013 tentang perubahan ketujuh atas keputusan presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kememtrian (LPNK). Pada Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2013 istilah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK). 2.1.2 Sejarah Badan POM Pengaturan di bidang farmasi dimulai sejak didirikannya Dv.G (De Dients van De Volks Gezonheid) yang di dalam organisasi tersebut ditangani oleh Inspektorat Farmasi hingga tahun 1964, dilanjutkan oleh Direktorat Urusan Farmasi sampai tahun 1967 dan Direktorat Jenderal Farmasi hingga tahun 1976, dengan tugas pokok mencukupi kebutuhan rakyat akan perbekalan farmasi. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal Farmasi dibantu oleh: a. Lembaga Farmasi Nasional, dengan tugas melaksanakan tugas pengujian dan penelitian di bidang kefarmasian, sesuai rencana kebijaksanaan yang ditentukan oleh Dirjen Farmasi b. Pabrik Farmasi Departemen Kesehatan
5 6
c. Depo Farmasi Pusat
d. Sekolah Menengah Farmasi Departemen Kesehatan. Pada tahun 1975, Pemerintah mengubah Direktorat Jenderal Farmasi menjadi Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, dengan tugas pokok melaksanakan pengaturan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika dan alat kesehatan, obat tradisional, narkotik, serta bahan obat berbahaya. Setelah adanya Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000, pembentukan Badan POM ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor: 02001/SK/KBPOM, tanggal 26 Februari 2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan setelah mendapatkan persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 34/M.PAN/2/2001 Tanggal 1 Februari 2001. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Bandung merupakan salah satu UPT BPOM berupa Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Tipe A. 2.1.3 Visi dan Misi Badan POM Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019, visi Badan POM adalah “Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”, adapun juga misi Badan POM adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat b. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan obat dan makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan. c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM. 2.1.4 Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan Badan POM Berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM No. 02001/SK/KBPOM tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan POM, Badan POM merupakan Lembaga Pemerintah Non–Departemen (LPND) yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari Presiden. Badan POM berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Badan POM dikepalai 7
oleh pejabat setingkat Menteri. Badan POM mempunyai tugas melaksanakan
tugas pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan POM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan yang dimaksud. Fungsi Badan POM adalah sebagai berikut : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan. b. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan. c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM. d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan. e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 64 tahun 2005 tentang Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden No.103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), kewenangan Badan POM adalah: a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan obat dan makanan. b. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan untuk mendukung pengobatan secara makro. c. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan makanan. d. Penetapan persyaratan penggunaan bahan makanan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan peredaran obat dan makanan. e. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi. 8
f. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan, dan
pengawasan tanaman obat. 2.1.5 Budaya Organisasi Badan POM Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya. Untuk membangun organisasi yang efektif dan efisien, disebutkan bahwa budaya organisasi Badan POM dikembangkan dengan nilai-nilai dasar sebagai berikut : a. Profesional Menegakan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi. b. Kredibel Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. c. Cepat tanggap Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah. d. Kerjasama tim Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. e. Inovatif Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. f. Integritas Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan 2.1.6 Struktur Organisasi Badan POM Stuktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004. Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit 9
Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Sesuai dengan struktur organisasi yang ada pada gambar 2.1, secara garis besar unit-unit kerja BPOM dapat dikelompokkan sebagai berikut: Sekretariat Utama, Deputi Bidang Pengawasan Teknis (I, II dan III), unit penunjang teknis (pusat- pusat) dan Inspektorat, serta UPT di daerah.
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Inspektorat Sekertariat Utama
Biro Perencanaan dan Keuangan
Biro Kerjasama Luar Negeri Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Biro Umum
Pusat Pusat Pusat Riset Pusat
Pengujian Penyidikan Obat dan Informasi Obat dan Obat dan Makanan Obat dan Makanan Makanan Makanan Nasional
Deputi I Deputi II Deputi III
Bidang Pengawasan Bidang Pengawasan Obat Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan Tradisional, Kosmetik dan Keamanan Pangan dan Narkotik, Psikotropika Produk Komplemen Bahan Berbahaya
Direktorat Penilaian Obat Direktorat Penilaian
Direktorat Penilaian Obat dan Tradisional, Suplemen Keamanan Pangan Produk Biologi Makanan dan Kosmetik Direktorat Standarisasi Produk Direktorat Pengawasan Direktorat Standarisasi Obat Pangan Distribusi Produk Terapeutik Tradisional Kosmetik Direktorat Inspeksi dan dan PKRT Suplemen Makanan dan Sertifikasi Pangan Direktorat Standarisasi Produk Kosmetik Direktorat Surveilan dan Terapeutik dan PKRT Direktorat Inspeksi dan Penyuluhan Keamanan Direktorat Pengawasan Sertifikasi Obat Trasidisional, Pangan Produksi Produk Kosmetik dan Produk Direktorat Pengawasan Terapeutikdan PKRT Komplemen Produk dan Bahan Berbahaya Direktorat Pengawasan Direktorat Obat Asli Narkotik, Psikotropika dan Zat Indonesia Adiktif (NAPZA)
UNIT PELAKSANA TEKNIS Badan POM (Balai Besar/Balai POM)
Gambar 2.1 Struktur organisasi Badan POM 10
2.1.7 Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM)
Badan POM RI memiliki prinsip Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) yang tercantum dalam Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.11.11.09219 Tahun 2011. Prinsip dasar dari SISPOM adalah sebagai berikut : a. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan profesional. b. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-bukti ilmiah. c. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses. d. Berskala nasional/lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional. e. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum. f. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang berkolaborasi dengan jaringan global. g. Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk. Pengawasan Obat dan Makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan sistem pengawasan yang komprehensif, dari awal proses suatu produk hingga produk tersebut beredar ditengah masyarakat. Untuk menekan sekecil mungkin risiko yang bisa terjadi, dilakukan SISPOM tiga lapis yakni: a. Sub-sistem pengawasan Produsen Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara-cara produksi yang baik atau Good Manufacturing Practices agar setiap bentuk penyimpangan dari standar mutu dapat dideteksi sejak awal. Secara hukum produsen bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap standar yang telah ditetapkan maka produsen dikenakan sangsi, baik administratif maupun projustisia. b. Sub-sistem Pengawasan Konsumen Sistem pengawasan oleh masyarakat konsumen sendiri melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-cara penggunaan produk yang rasional. Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena pada akhirnya 11
masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan
suatu produk. Konsumen dengan kesadaran dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu produk, di satu sisi dapat membentengi dirinya sendiri terhadap penggunaan produk-produk yang tidak memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan, sedang pada sisi lain akan mendorong produsen untuk ekstra hati-hati dalam menjaga kualitasnya. c. Sub-sistem pengawasan Pemerintah/ Badan POM Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan standarisasi, penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk sebelum diizinkan beredar di Indonesia, inspeksi, pengambilan contoh dan pengujian laboratorium produk yang beredar serta peringatan kepada publik yang didukung penegakan hukum. Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat konsumen terhadap mutu, khasiat dan keamanan produk maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi. 2.1.8 Unit Pelaksana Teknis Badan POM Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI merupakan unit organisasi yang melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan obat dan makanan di wilayah kerjanya, diatur dengan keputusan Kepala Badan POM RI, setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. Fungsi pengawasan obat dan makanan di daerah dilaksanakan oleh Balai Besar dan Balai POM yang merupakan perpanjangan tangan dari Badan POM. UPT Badan POM dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan POM. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor 14 tahun 2014, UPT di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan terdiri dari: a. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Tipe A, terdiri dari: 1) Bidang Pengujian Produk Terapeutik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen. 2) Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya. 3) Bidang Pengujian Mikrobiologi. 4) Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan. 5) Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen. 12
6) Sub Bagian Tata Usaha.
7) Kelompok Jabatan Fungsional. b. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Tipe B, terdiri dari: 1) Bidang Pengujian Produk Terapeutik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen. 2) Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi. 3) Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan. 4) Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen. 5) Sub Bagian Tata Usaha. 6) Kelompok Jabatan Fungsional. c. Balai Pengawas Obat dan Makanan Tipe A, terdiri dari: 1) Seksi Pengujian Produk Terapeutik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen. 2) Seksi Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya. 3) Seksi Pengujian Mikrobiologi. 4) Seksi Pemeriksaan dan Penyidikan. 5) Seksi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen. 6) Sub Bagian Tata Usaha. 7) Kelompok Jabatan Fungsional. d. Balai Pengawas Obat dan Makanan Tipe B, terdiri dari: 1) Seksi Pengujian Produk Terapeutik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen. 2) Seksi Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi. 3) Seksi Pemeriksaan, Penyidikan, Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen. 4) Sub Bagian Tata Usaha. 5) Kelompok Jabatan Fungsional. Sejak ditetapkan Peraturan ini, terdapat 33 UPT di lingkungan BPOM, yaitu: a. 12 (dua belas) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Tipe A b. 7 (tujuh) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Tipe B c. 7 (tujuh) Balai Pengawas Obat dan Makanan Tipe A d. 7 (empat) Balai Pengawas Obat dan Makanan Tipe B 13
2.2 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Bandung
2.2.1 Profil Balai Besar POM Bandung Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Bandung terletak di Jalan Pasteur No.25 Bandung – 40171. BBPOM Bandung termasuk kategori Balai Besar Tipe A yang dipimpin oleh seorang Kepala Balai Besar POM dengan unsur organisasi terdiri atas: a. Bidang Pengujian Produk Terapeutik, Narkotik, Obat Tradisional, Kosmetika, dan Produk Komplemen. b. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya. c. Bidang Pengujian Mikrobiologi. d. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan. e. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen. f. Sub Bagian Tata Usaha. g. Kelompok Jabatan Fungsional. Status laboratorium BBPOM Bandung yaitu terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) – Indonesia sebagai Laboratorium Penguji sesuai SNI- 19 – 17025 – 2000 dengan Nomor Akreditasi : LP -173 – IDN sejak 25 Juli 2003. Cakupan wilayah kerja BBPOM Bandung terdiri 27 daerah yaitu Kota Bandung, Kota Tasikmalaya, Kota Cirebon, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Banjar, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang dan Kabupaten Pangandaran. 2.2.2 Tugas dan Fungsi BBPOM Bandung BBPOM Bandung bertugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapeutik, narkotik, psikotropika, dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, pangan, dan bahan berbahaya. Dalam melaksanakan tugasnya Balai Besar POM di Bandung menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan. 14
b. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian
mutu produk terapeutik, narkotik, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pan gan dan bahan berbahaya. c. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi. d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi. e. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum. f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan. g. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen. h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan. i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan. 2.2.3 Struktur Organisasi dan Tugas Bidang BBPOM Bandung Struktur organisasi BBPOM Bandung adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Struktur Organisasi BBPOM Bandung
Bidang-bidang di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan memiliki
tugas sebagai berikut : a. Bidang Pengujian Produk Terapeutik, Narkotik, Obat Tradisional, kosmetika dan Produk Komplemen (TERANOKOKO) 15
Bertugas melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan
penyusunan laporan pelaksanaan pengujian secara laboratorium (fisika & kimia), dan penilaian mutu produk-produk : 1) Terapeutik 2) Narkotik 3) Obat Tradisional 4) Kosmetik, dan 5) Produk Komplemen. Selain itu peran apoteker di bidang ini adalah memverifikasi metode analisis untuk pemeriksaan mutu produk terapeutik, narkotik, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga dan produk komplemen. b. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya Bertugas melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu pangan dan bahan berbahaya. Bidang ini melaksanaan pengujian secara laboratorium (kimia & fisika), dan penilaian mutu pangan dan bahan berbahaya. Apoteker berperan memverifikasi metode analisis untuk pemeriksaan mutu dan keamanan produk pangan dan bahan berbahaya. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kualitatif konvensional seperti uji identifikasi boraks, formalin, histamin hingga pengujian kuantitatif cemaran/ residu dengan instrument seperti KCKT, GC, AAS, Spektrofotometer untuk analisis pengawet, pemanis, metanol/ etanol, vitamin dan kadar logam. c. Bidang Pengujian Mikrobiologi. Bertugas melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi. Ruang lingkup pengujian mikrobiologi, sebagai berikut : 1) Uji cemaran mikroba, pada produk makanan, minuman, kosmetik, obat tradisional dan produk komplemen. 2) Uji potensi antibiotik 3) Uji sterilitas 4) Uji endotoksin 5) Uji lain yang berkaitan dengan Mikrobiologi 16
Apoteker memverifikasi metode analisis untuk pemeriksaan mutu maupun
keamanan produk terapeutik, narkotik, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, produk komplemen, produk pangan dan bahan berbahaya yang memerlukan Pengujian Mikrobiologi. Tujuan dilakukannya pengujian mikrobiologi adalah untuk mengawasi mutu produk yang beredar serta melindungi konsumen. Parameter mikrobiologi yang harus dipenuhi suatu produk mengikuti ketentuan yang tercantum pada Farmakope Indonesia (FI) dan USP (United States Pharmacopoeia) untuk obat dan PerKa BPOM untuk makanan dan OT. Jika parameter tidak tercantum pada PerKa BPOM, maka standar yang digunakan mengikuti SNI (Standar Nasional Indonesia). d. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan (PEMDIK) Tugas Pokok dan fungsi Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan ialah melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan serta penyidikan kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapeutik, narkotik, psikotropika, dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan terdiri dari dua seksi yaitu, Seksi Pemeriksaan dan Seksi Penyidikan. 1) Seksi Pemeriksaan Tugas dari Seksi Pemeriksaan: a) Melaksanakan pemeriksaan setempat terhadap sarana produksi atau distribusi produk terapeutik, produk biologi, prekursor, zat adiktif, pangan, obat tradisional, kosmetika dan produk komplemen. Pemeriksaan ini didasarkan pada kesesuaian dengan parameter CPOB, CDOB, termasuk terhadap sarana pelayananan farmasi dimana terdapat komoditi obat dan makana yang diperjualbelikan. b) Melaksanakan sampling produk. Sampling terhadap semua produk dapat pemeriksaan setempat) atau di sarana distribusi (dibeli). Badan POM telah mempersiapkan anggaran terkait pembelian sampel. 17
c) Melakukan pengawasan iklan. Tempat atau sarana yang diawasi
seperti media masa, media cetak, TV, radio, brosur, leaflet, billboard dan lain-lain. 2) Seksi Penyidikan Tugas Seksi penyidikan ialah melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan terhadap perbuatan melawan hukum dibidang obat makanan yang mencakup: produk terapeutik, produk biologi, prekursor, zat adiktif, pangan, obat tradisional, kosmetika dan produk komplemen. Personil di lingkungan Balai/Balai Besar POM yang berhak melakukan penyidikan disebut penyidik, yaitu Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). e. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen (SERLIK) Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen merupakan bidang yang bertujuan untuk melihat kesesuaian sarana produksi, pelaksanaan kegiatan produksi, dan distribusi tertentu, dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Tugas pokok dan fungsi Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen ialah melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu dan layanan informasi konsumen. Bidang ini terdiri dari dua seksi, yaitu Seksi Sertifikasi dan Seksi Layanan Informasi Konsumen. 1) Seksi Sertifikasi Kegiatan Seksi sertifikasi secara khusus ialah a) Melaksanakan evaluasi berkas permohonan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi dalam rangka perijinan b) Menerbitkan rekomendasi ekspor dan impor pangan Menerbitkan rekomendasi impor obat c) Menerbitkan ijin pencantuman tulisan halal pada label makanan untuk industri AMDK yang tidak mempunyai cabang di tempat lain dan untuk IRTP d) Mendampingi Badan POM melaksanakan pemeriksaan sarana dalam rangka sertifikasi CPKB Dalam melaksanakan sertifikasi sarana maupun kegiatan produksi, ada beberapa aspek yang diperiksa oleh Bidang Serlik yaitu pada sarana 18
produksi ialah administrasi, personalia, bangunan/gedung dan fasilitas
penunjang, peralatan/mesin, higiene dan sanitasi, alur produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, dokumentasi, pelabelan dan pengemasan; pada sarana distribusi ialah administrasi, personalia, bangunan, kebersihan lingkungan, cara penyimpanan. Pemeriksaan dalam rangka sertifikasi sarana produksi dan distribusi, bekerja sama dengan Bidang Pemdik. 2) Seksi Layanan Informasi Konsumen Kegiatan khusus Seksi Layanan Informasi Konsumen, ialah 1) Memberikan pelatihan inspektur pangan, tenaga penyuluh, inspektur apotik dan toko obat untuk petugas Dinkes Kab/Kota 2) Melaksanakan audit SPP-IRT bersama-sama dengan petugas Dinkes Kab/Kota 3) Melaksanakan audit terhadap industri pangan dan IRTP dalam rangka program Bintang Keamanan Pangan (PB1KP, PB2KP, PB3KP) 4) Melaksanakan audit terhadap kantin sekolah dalam rangka Piagam Bintang Keamanan Pangan untuk Kantin Sekolah 5) Memberikan layanan informasi mengenai perijinan melalui ULPK