Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan kemajuan teknologi dalam bidang pangan dan
pengobatan, disertai dengan perkembangan informasi, membuat suatu produk
pangan dan obat semakin mudah untuk diakses oleh masyarakat.
Perkembangan dari kemajuan teknologi dalam bidang pangan dan pengobatan
diatur dan diawasi oleh sebuah lembaga pemerintahan yang berwenang untuk
menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas obat dan makanan.
Di Indonesia, wewenang untuk mengawasi dan melindungi masyarakat dari
obat dan makanan yang tidak bermutu, aman, dan berhasiat diberikan kepada
suatu Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) yang disebut dengan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
BPOM merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK),
menurut pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden nomor 80 tahun 2017. BPOM
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan dan
BPOM dipimpin oleh Kepala.
Sebagai institusi yang memiliki otoritas dalam pengawasan obat dan
makanan, Badan POM terus melakukan pengawasan terhadap produk obat,
bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik dan pangan olahan. Pengawasan dilakukan
secara komprehensif meliputi pengawasan yang dimulai dari produk yang
belum beredar (pre market evaluation) sampai dengan produk diperedaran
(post market control).
BPOM berwenang untuk melaksanakan fungsi pengawasan, evaluasi,
pemantauan, sertifikasi serta membina pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan, pengedaran, penjualan obat, suplemen, kosmetik, obat tradisional,
dan makanan baik sebelum atau sesudah dipasarkan. Pengawasan sebelum
pemasaran bertujuan sebagai tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa
produk memenuhi syarat mutu, keamanan, khasiat/manfaat sebelum
diedarkan. Sementara setelah pemasaran bertujuan untuk memastikan bahwa
produk yang beredar memenuhi syarat mutu, keamanan, dan khasiat/manfaat.
BPOM berhak untuk melakukan pemeriksaan, sampling, hingga pendindakan
kepada pihak-pihak yang terbukti melanggar dan menyalahgunakan obat, obat
tradisional, makanan, suplemen kesehatan, dan kosmetik.
Dalam pengawasan obat dan makanan, seorang apoteker memiliki peran
yang penting dan terlibat langsung dalam melakukan fungsi pengawasan
tersebut. Seorang apoteker yang profesional harus bisa melaksanakan tugas
pokok di bidang pengawasan obat dan makanan supaya keamanan obat dan
pangan dapat dicapai. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di BPOM RI guna membuka wawasan calon
apoteker mengenai tugas, fungsi, dan kedudukan BPOM serta kebijakan-
kebijakan yang sudah ada dan penerapannya dalam praktek nyatanya.

1.2. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker di Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) yaitu:
1. Meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung
jawab apoteker di BPOM RI
2. Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis
untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di BPOM RI
3. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi professional
4. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian di BPOM RI, khususnya masalah terkait obat dan makanan

1.3. Manfaat
Adapun manfaat penyelenggaraan PKPA di BPOM adalah
1. Mengetahui dan memahami peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab
apoteker di BPOM RI
2. Mendapat wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
mengenai pekerjaan kefarmasian di BPOM RI
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di BPOM RI
4. Calon apoteker dapat meningkatkan rasa percaya diri dan pengetahuan
mengenai masalah dalam pekerjaan kefarmasian
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian BPOM RI


Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)
dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001. BPOM
merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang dibentuk
untuk melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari Presiden serta
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Presiden No 80 tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Peraturan Presiden ini mengantur tentang kedudukan, tugas, fungsi
dan kewenangan yang ada pada BPOM.
BPOM dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Menteri
Kesehatan. BPOM mempunyai tugas dalam menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Cakupan obat dan makanan yang
diawasi terdiri atas obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat
adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.
BPOM mempunyai peran strategis dalam upaya perlindungan dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan untuk mendukung daya
saing nasional.
2.2 Visi dan Misi
2.2.1 Visi
Obat dan makanan aman meningkatkan kesehatan masyarakat dan
daya saing bangsa.

2.2.2 Misi Badan POM


1. Meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis
risiko untuk melindungi masyarakat.
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan
jaminan keamanan obat dan makanan serta memperkuat
kemitraan dengan pemangku kepentingan.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Badan POM.

2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Badan POM


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, Badan POM memiliki tugas
pokok, fungsi dan kewenangan sebagai berikut:
2.3.1 Tugas Pokok Badan POM RI
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Presiden RI No. 80 Tahun 2017,
BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di
bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Obat dan makanan sebagaimana
dimaksud terdiri atas obat, bahan obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan,
kosmetik, dan pangan olahan.
2.3.2 Fungsi Badan POM RI
Berdasarkan pasal 3 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun
2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan:
a. Penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
b. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
c. Penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang pengawasan sebelum beredar dan pengawasan
selama beredar;
d. Pelaksanaan pengawasan sebelum beredar dan pengawasan
selama beredar;
e. Koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan
instansi pemerintah pusat dan daerah;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengawasan obat dan makanan;
g. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan
makanan;
h. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan BPOM;
i. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab BPOM;
j. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan
k. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh
unsur organisasi di lingkungan BPOM.
Pengawasan sebelum beredar adalah pengawasan Obat dan
Makanan sebagai tindakan pencegahan untuk menjamin Obat dan
Makanan yang bereda memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
khasiat/manfaat, dan mutu. Sedangkan pengawasan selama beredar
adalah pengawasan Obat dan Makanan untuk memastikan Obat dan
Makanan yang beredar memenuhi standar dan persyaratan
keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan serta
tindakan penegakan hukum.
2.4 Kewenangan Badan POM RI
Berdasarkan Pasal 4 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017
Tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan:
a. Menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan
persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat
dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. Pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.5 Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus
dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan
tugas. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi
menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan
berkarya. 
a. Profesional
Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan
dan komitmen yang tinggi. 
b. Integritas
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dan keyakinan
c. Kredibilitas
Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan
internasional. 
d. Kerjasama Tim
Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. 
e. Inovatif
Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi
terkini. 
f. Responsif/Cepat Tanggap
Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.
Semakin canggihnya teknologi dan perkembangan dalam bidang obat dan
makanan akibat dampak globalisasi, menimbulkan adanya perubahan gaya
hidup masyarakat serta peningkatan ekspektasi masyarakat terhadap
perlindungan kesehatan. Hal ini mendorong Badan POM untuk memfokuskan
pengawasan obat dan makanan dengan menyelenggarakan suatu Sistem
Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM).
2.6 Prinsip Dasar SisPOM
SiSPOM yang diselenggarakan BPOM merupakan suatu proses
komprehensif yang mencakup pengawasan dari mulai sebelum dipasarkan
hingga setelah dipasarkan. Dengan adanya SisPOM, perlindungan terhadap
kesehatan masyarakat, dan daya saing produk obat dan makanan dapat
meningkat disertai dengan jaminan keamanan, kemanfaatan/khasiat dan mutu
yang sesuai standar internasional, serta dapat memperkuat perekonomian.
Adapun prinsip dasar dari sistem pengawasan obat dan makanan, yaitu:
1. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan profesional.
2. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-
bukti ilmiah.
3. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus
proses.
4. Berskala nasional/lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional.
5. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum.
6. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang
berkolaborasi dengan jaringan global.
7. Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk.
2.7 Kerangka Konsep SisPOM
Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan yang
berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem
pengawasan yang komprehensif, dari awal proses suatu produk hingga
produk tersebut beredar ditengah masyarakat.
Untuk menekan sekecil mungkin risiko yang dapat terjadi, dilakukan
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) secara tiga lapis yaitu:

Produsen

Pemerintah

Masyarakat

a. Subsistem pengawasan produsen


Pengawasan ini dilakukan melalui penerapan cara produksi yang
baik atau good manufacturing practices, supaya setiap penyimpangan dari
standar mutu dapat terdeteksi sejak awal. Produsen bertanggung jawab
secara hukum atas mutu dan keamanan produk yang dihasilkan. Produsen
akan dikenakan sanksi baik administratif ataupun secara hukum, bila
terbukti lalai terhadap standar yang telah ditetapkan.
b. Subsistem pengawasan pemerintah/ BPOM
Pemerintah melaksanakan fungsi pengawasan melalui proses
standardisasi, penilaian mengenai keamanan, khasiat, dan mutu produk
sebelum diberikan izin edar di Indonesia, sampling dan pengujian produk
di laboratorium, serta mengkaji suatu perkembangan atau isu untuk
memberikan peringatan awal (early warning) kepada masyarakat.
Pemerintah melakukan pula kegiatan Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE) pada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan konsumen terhadap mutu, keamanan, dan khasiat produk.
c. Subsistem pengawasan masyarakat/konsumen
Pengawasan oleh masyarakat atau konsumen dilakukan melalui
peningkatan kesadaran dan pengetahuan mengenai produk obat dan
makanan, dimana produsenlah yang pada tahap akhir yang memilih untuk
membeli atau menggunakan suatu produk. Apabila konsumen atau
masyarakat sudah memiliki pengetahuan dan wawasan mengenai mutu,
keamanan, dan khasiat produk, maka diharapkan ia dapat memilih apa
yang baik dan memilah apa yang buruk.
Konsumen diharapkan dapat membentengi dirinya sendiri dari
produk-produk yang tidak aman dan tidak dibutuhkan, apabila sudah
memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai mutu dan kegunaan produk.
Di sisi lain, keekstra hati-hatian konsumen dapat mendorong produsen
untuk memproduksi produk yang semakin lebih baik.
2.8 Lingkup Wilayah SisPOM

Gambar 2.8.1 Peta lingkup wilayah Sistem Pengawasan Obat dan


Makanan
2.9 Target Kinerja BPOM
Indikator Kinerja Utama BPOM selama 5 (lima) tahun ke depan
(2015-2019) adalah:
1. Persentase obat yang memenuhi syarat;
2. Persentase makanan yang memenuhi syarat;
3. Jumlah industri farmasi yang meningkat tingkat kemandiriannya;
4. Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka
menjamin keamanan pangan; dan
5. Capaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPOM
2.10 Struktur Organisasi Badan POM RI
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26
Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan
Makanan, dipaparkan bahwa Struktur organisasi Badan Pengawas Obat
dan Makanan yang ada pada Lampiran 1 terdiri dari:
2.10.1 Kepala Badan POM RI
Kepala mempunyai tugas memimpin dan bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan BPOM.
2.10.2 Sekretariat Utama
Sekretariat Utama mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan BPOM.
Dalam melaksanakan tugas, sekretariat utama
menyelenggarakan fungsi:
1. Koordinasi kegiatan BPOM;
2. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran di
lingkungan BPOM;
3. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang
meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan,
kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip,
dan dokumentasi;
4. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
5. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan
serta pelaksanaan advokasi hukum;
6. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara
dan layanan pengadaan barang/jasa; dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala.
Susunan Organisasi Sekretariat Utama terdiri atas:
a. Biro Perencanaan dan Keuangan
Biro Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi perencanaan, penyusunan anggaran, monitoring, evaluasi, dan
pelaporan kinerja, dan pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Biro Perencanaan dan Keuangan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana strategis dan rencana
tahunan;
2. Penyiapan koordinasi dan penyusunan anggaran pendapatan dan
belanja negara;
3. Penyiapan koordinasi monitoring, evaluasi, dan pelaporan kinerja;
4. Penyiapan koordinasi dan pengelolaan tata laksana keuangan,
perbendaharaan, akuntansi, dan pelaporan keuangan; dan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
Biro Perencanaan dan Keuangan terdiri atas:
a. Bagian Perencaaan;
b. Bagian Penganggaran;
c. Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kinerja;
d. Bagian Keuangan; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Biro Hukum dan Organisasi
Biro Hukum dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan
koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan, pelaksanaan
advokasi hukum, serta pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Biro Hukum dan Organisasi menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan
serta rumusan perjanjian;
2. Penyiapan koordinasi dan penyusunan dokumentasi, analisis, dan
evaluasi hokum;
3. Pelaksanaan advokasi hukum;
4. Penataan organisasi dan tata laksana;
5. Fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
Biro Hukum dan Organisasi terdiri atas:
a. Bagian Peraturan Perundang-undangan;
b. Bagian Advokasi Hukum;
c. Bagian Organisasi dan Tata Laksana; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Biro Kerja Sama
Biro kerja sama mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan
pemberian dukungan administrasi kerja sama dalam dan luar negeri di
bidang pengawasan Obat dan Makanan.
Biro Kerja Sama menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama dalam negeri dan kerja
sama luar negeri bilateral, selatan-selatan, triangular, regional, dan
multilateral di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
2. Penyiapan koordinasi dan fasilitasi hubungan kerja sama dalam negeri
dan kerja sama luar negeri bilateral, selatan-selatan, triangular,
regional, dan multilateral di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
dan
3. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
Biro Kerja Sama terdiri atas:
a. Bagian Kerja Sama Dalam Negeri;
b. Bagian Kerja Sama Bilateral, Selatan-Selatan, dan Triangular;
c. Bagian Kerja Sama Regional dan Multilateral; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
d. Biro Umum dan Sumber Daya Manusia
Biro Umum dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi pengelolaan Barang Milik Negara,
kerumahtanggaan, perencanaan dan pengelolaan karier dan kinerja sumber
daya manusia, dan urusan persuratan dan kearsipan.
Biro umum dan Sumber Daya Manusia menyelenggarakan fungsi:
1. Pengelolaan Barang Milik Negara dan layanan pengadaan barang/jasa;
2. Pelaksanaan urusan kerumahtanggaan;
3. Perencanaan dan pengelolaan karier sumber daya manusia;
4. Pengelolaan kinerja sumber daya manusia; dan
5. Pengelolaan persuratan dan kearsipan.
Biro umum dan Sumber Daya Manusia terdiri atas:
a. Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara dan Rumah Tangga;
b. Bagian Perencanaan dan Pengelolaan Karier Sumber Daya Manusia;
c. Bagian Pengelolaan Kinerja dan Kearsipan; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
e. Biro Hubungan Masyarakat dan Dukungan Strategis Pimpinan
Biro Hubungan Masyarakat dan Dukungan Strategis Pimpinan
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan hubungan masyarakat,
komunikasi, publikasi, pengaduan masyarakat, koordinasi dan pemberian
dukungan strategis kepada pimpinan, keprotokolan, dan urusan
kesekretariatan pimpinan.
Biro Hubungan Masyarakat dan Dukungan Strategis Pimpinan
menyelenggarakan fungsi:
1. Pengelolaan hubungan masyarakat, komunikasi, dan publikasi;
2. Pengelolaan pengaduan masyarakat;
3. Pengelolaan informasi dan dokumentasi di bidang pengawasan Obat
dan Makanan;
4. Penyiapan koordinasi dan pemberian dukungan strategis kepada
pimpinan; dan
5. Pelaksanaan urusan protokol dan kesekretariatan pimpinan.
2.10.3 Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor
dan Zat Adiktif
Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Zat Adiktif mempunyai tugas menyelenggarakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan obat, bahan
obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Zat Adiktif menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan di bidang pengawasan sebelum beredar dan
pengawasan selama beredar meliputi standardisasi, registrasi, dan
pengawasan produksi dan distribusi obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan sebelum beredar dan
pengawasan selama beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi dan pengawasan distribusi obat, bahan obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengawasan sebelum beredar dan pengawasan selama beredar
meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan produksi dan
pengawasan distribusi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, dan zat adiktif.
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dalam rangka pengawasan
sebelum beredar dan pengawasan selama beredar meliputi
standardisasi, registrasi, pengawasan produksi dan pengawasan
distribusi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat
adiktif.
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan sebelum
beredar dan pengawasan selama beredar meliputi standardisasi,
registrasi, pengawasan produksi dan pengawasan distribusi obat,
bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
Susunan organisasi Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif terdiri atas:
a. Direktorat Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Zat Adiktif
Direktorat Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Zat Adiktif mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria,
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan
di bidang standardisasi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, dan zat adiktif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Direktorat Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Zat Adiktif menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang standardisasi mutu,
khasiat, keamanan, sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi bahan
obat, obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi mutu,
khasiat, keamanan, sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi bahan
obat, obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang standardisasi mutu, khasiat, keamanan, sarana/fasilitas
produksi dan/atau distribusi bahan obat, obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, dan zat adiktif;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
standardisasi mutu, khasiat, keamanan, sarana/fasilitas produksi
dan/atau distribusi bahan obat, obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, dan zat adiktif;
5. Penyusunan dan penetapan standar dan persyaratan keamanan,
khasiat, dan mutu obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor,
dan zat adiktif;
6. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
standardisasi mutu, khasiat, keamanan, sarana/fasilitas produksi
dan/atau distribusi bahan obat, obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, dan zat adiktif; dan
7. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Zat Adiktif terdiri atas:
a. Subdirektorat Standardisasi Mutu Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor;
b. Subdirektorat Standardisasi Khasiat dan Keamanan Obat;
c. Subdirektorat Standardisasi Produksi dan Distribusi Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.

b. Direktorat Registrasi Obat


Direktorat Registrasi Obat mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta
evaluasi dan pelaporan di bidang registrasi obat.
Direktorat Registrasi Obat menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang penilaian uji klinik dan
pemasukan khusus, dan registrasi obat baru, produk biologi, dan obat
generik;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian uji klinik dan
pemasukan khusus, dan registrasi obat baru, produk biologi, dan obat
generik;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang penilaian uji klinik dan pemasukan khusus, dan registrasi obat
baru, produk biologi, dan obat generik;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
penilaian uji klinik dan pemasukan khusus, dan registrasi obat baru,
produk biologi, dan obat generik;
5. Pelaksanaan penilaian uji klinik dan pemasukan khusus;
6. Pelaksanaan registrasi obat baru, produk biologi, dan obat generik;
7. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang; dan
8. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Registrasi Obat terdiri atas:
a. Subdirektorat Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Khusus;
b. Subdirektorat Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi;
c. Subdirektorat Registrasi Obat Generik; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotripika, dan
Prekursor
Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan
bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
pengawasan sarana/fasilitas produksi obat, narkotika, psikotropika, dan
prekursor.
Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengawasan
sarana/fasilitas produksi obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan
bahan baku obat, narkotika, psikotropika, prekursor, serta produk
biologi, dan sarana/fasilitas khusus;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan bahan baku obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, serta produk biologi, dan sarana/fasilitas khusus;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan baku obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, serta produk biologi, dan
sarana/fasilitas khusus;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan baku obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, serta produk biologi, dan sarana/fasilitas
khusus;
5. Pelaksanaan penilaian cara pembuatan yang baik untuk sarana/fasilitas
produksi obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan baku
obat, narkotika, psikotropika, prekursor, serta produk biologi, dan
sarana/fasilitas khusus;
6. Pelaksanaan inspeksi sarana/fasilitas produksi obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan bahan baku obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, serta produk biologi, dan sarana/fasilitas khusus;
7. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, dan bahan baku obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, serta produk biologi, dan sarana/fasilitas
khusus; dan
8. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor terdiri atas:
a. Subdirektorat Pengawasan Sarana Produksi Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor;
b. Subdirektorat Pengawasan Sarana Produksi Bahan Baku Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor;
c. Subdirektorat Pengawasan Produksi Produk Biologi dan Sarana
Khusus; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.

d. Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika,


Psikotropika, dan Prekursor
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria,
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan
di bidang pengawasan sarana/fasilitas distribusi dan pelayanan obat,
narkotika, psikotropika, dan prekursor.
Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengawasan
sarana/fasilitas distribusi obat, bahan obat, narkotika,psikotropika,
prekursor, dan sarana/fasilitas pelayanan obat, narkotika, psikotropika,
dan prekursor;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan
sarana/fasilitas distribusi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, dan sarana/fasilitas pelayanan obat, narkotika, psikotropika,
dan prekursor;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengawasan sarana/fasilitas distribusi obat, bahan obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, dan sarana/fasilitas pelayanan obat,
narkotika, psikotropika, dan prekursor;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengawasan sarana/fasilitas distribusi obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan sarana/fasilitas pelayanan obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor;
5. Pelaksanaan penilaian cara distribusi yang baik untuk sarana/fasilitas
distribusi obat;
6. Pelaksanaan inspeksi sarana/fasilitas distribusi obat, bahan obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, dan sarana/fasilitas pelayanan obat,
narkotika, psikotropika, dan prekursor;
7. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengawasan sarana/fasilitas distribusi obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan sarana/fasilitas pelayanan obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor; dan
8. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

Direktorat Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat, Narkotika,


Psikotropika, dan Prekursor terdiri atas:
a. Subdirektorat Pengawasan Sarana Distribusi Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Bahan Obat Regional I;
b. Subdirektorat Pengawasan Sarana Distribusi Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Bahan Obat Regional II;
c. Subdirektorat Pengawasan Sarana Pelayanan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.

e. Direktorat Pengawasan Keamanan, Mutu, dan Ekspor Impor Obat,


Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif
Direktorat Pengawasan Keamanan, Mutu, dan Ekspor Impor Obat,
Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi,
serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan keamanan, mutu, dan
ekspor impor obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
Direktorat Pengawasan Keamanan, Mutu, dan Ekspor Impor Obat,
Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengawasan keamanan,
mutu, ekspor dan impor, informasi, dan promosi obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan pengawasan produk tembakau;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keamanan,
mutu, ekspor dan impor, informasi, dan promosi obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan pengawasan produk tembakau;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengawasan keamanan, mutu, ekspor dan impor, informasi,
dan promosi obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan pengawasan
produk tembakau;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengawasan keamanan, mutu, ekspor dan impor, informasi, dan
promosi obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan pengawasan
produk tembakau;
5. Pengambilan contoh (sampling) di sarana/fasilitas distribusi obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, dan pelayanan kefarmasian;
6. Pelaksanaan pengawasan penerapan farmakovigilans;
7. Pelaksanaan pengawasan terhadap peredaran, pemasukan, dan
pengeluaran narkotika, psikotropika, dan prekursor;
8. Pelaksanaan pengawasan ekspor dan importasi obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor;
9. Pelaksanaan pengawasan informasi dan promosi obat, narkotika,
psikotropika, dan prekursor;
10. Pelaksanaan pengawasan label, promosi, dan iklan produk tembakau;
11. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengawasan keamanan, mutu, ekspor dan impor, informasi, dan
promosi obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan pengawasan
produk tembakau; dan
12. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
2.10.4 Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan Kosmetik
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan, dan Kosmetik mempunyai tugas menyelenggarakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan obat
tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik.
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan, dan Kosmetik menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan di bidang Pengawasan sebelum beredar dan
pengawasan selama beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi dan pengawasan distribusi obat tradisional,
suplemen kesehatan, dan kosmetik;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan sebelum beredar dan
pengawasan selama beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi dan pengawasan distribusi obat tradisional,
suplemen kesehatan, dan kosmetik;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengawasan sebelum beredar dan pengawasan selama beredar meliputi
standardisasi, registrasi, pengawasan produksi dan pengawasan
distribusi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dalam rangka pengawasan
sebelum beredar dan pengawasan selama beredar meliputi standardisasi,
registrasi, pengawasan produksi dan pengawasan distribusi obat
tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan sebelum
beredar dan pengawasan selama beredar meliputi standardisasi,
registrasi, pengawasan produksi dan pengawasan distribusi obat
tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik; dan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
Berikut adalah Direktorat yang termasuk dalam Deputi Pengawasan Obat
Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik.
a. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan
bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
standardisasi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik.
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang standardisasi obat
tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi obat
tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang standardisasi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan
kosmetik;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
standardisasi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
5. Penyusunan dan penetapan standar dan persyaratan keamanan,
khasiat, dan mutu obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik;
6. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
standardisasi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik; dan
7. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik terdiri atas:
a. Subdirektorat Standardisasi Obat Tradisional;
b. Subdirektorat Standardisasi Suplemen Kesehatan;
c. Subdirektorat Standardisasi Kosmetik; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Direktorat Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik
Direktorat Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan
bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
registrasi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik.
Direktorat Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang registrasi produk dan iklan
obat tradisional dan suplemen kesehatan, registrasi kosmetik, dan
penilaian uji pra klinik/klinik obat tradisional, suplemen kesehatan,
kosmetik, dan dokumen informasi produk kosmetik;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang registrasi produk dan
iklan obat tradisional dan suplemen kesehatan, registrasi kosmetik,
dan penilaian uji pra klinik/klinik obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan dokumen informasi produk kosmetik;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang registrasi produk dan iklan obat tradisional dan suplemen
kesehatan, registrasi kosmetik, dan penilaian uji pra klinik/klinik obat
tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan dokumen informasi
produk kosmetik;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
registrasi produk dan iklan obat tradisional dan suplemen kesehatan,
registrasi kosmetik, dan penilaian uji pra klinik/klinik obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan dokumen informasi produk
kosmetik;
5. Pelaksanaan registrasi produk dan iklan obat tradisional dan suplemen
kesehatan, dan registrasi kosmetik;
6. Pelaksanaan penilaian uji pra klinik/klinik obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan dokumen informasi produk kosmetik;
7. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang registrasi
produk dan iklan obat tradisional dan suplemen kesehatan, registrasi
kosmetik, dan penilaian uji pra klinik/klinik obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan dokumen informasi produk kosmetik; dan
8. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Registrasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik terdiri atas:
a. Subdirektorat Registrasi Produk dan Iklan Obat Tradisional dan
Suplemen Kesehatan;
b. Subdirektorat Registrasi Kosmetik;
c. Subdirektorat Penilaian Uji Pra Klinik/Klinik Obat Tradisional,
Suplemen Kesehatan, Kosmetik, dan Dokumen Informasi Produk
Kosmetik; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan
teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan
obat tradisional dan suplemen kesehatan.
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengawasan
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi, informasi, promosi,
keamanan, dan mutu obat tradisional dan suplemen kesehatan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi, informasi, promosi,
keamanan, dan mutu obat tradisional dan suplemen kesehatan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, serta kriteria di
bidang pengawasan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi,
informasi, promosi, keamanan, dan mutu obat tradisional dan
suplemen kesehatan;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengawasan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi, informasi,
promosi, keamanan, dan mutu obat tradisional dan suplemen
kesehatan;
5. Pelaksanaan inspeksi dan penilaian sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi obat tradisional dan suplemen kesehatan;
6. Pengambilan contoh (sampling) di sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi obat tradisional dan suplemen kesehatan;
7. Pelaksanaan pengawasan informasi dan promosi obat tradisional dan
suplemen kesehatan;
8. Pelaksanaan surveilan obat tradisional dan suplemen kesehatan;
9. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengawasan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi, informasi,
promosi, keamanan, dan mutu obat tradisional dan suplemen
kesehatan; dan
10. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan
terdiri atas:
a. Subdirektorat Pengawasan Sarana Obat Tradisional dan Suplemen
Kesehatan;
b. Subdirektorat Pengawasan Informasi dan Promosi Obat Tradisional
dan Suplemen Kesehatan;
c. Subdirektorat Pengawasan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional dan
Suplemen Kesehatan; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.

d. Direktorat Pengawasan Kosmetik


Direktorat Pengawasan Kosmetik mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta
evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan kosmetik.
Direktorat Pengawasan Kosmetik menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengawasan
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi, informasi, promosi,
keamanan, dan mutu kosmetik;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi, informasi, promosi,
keamanan, dan mutu kosmetik;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengawasan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi,
informasi, promosi, keamanan, dan mutu kosmetik;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengawasan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi, informasi,
promosi, keamanan, dan mutu kosmetik;
5. Pelaksanaan inspeksi dan penilaian sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi kosmetik;
6. Pengambilan contoh (sampling) di sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi kosmetik;
7. Pelaksanaan pengawasan informasi dan promosi kosmetik;
8. Pelaksanaan surveilan kosmetik;
9. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pengawasan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi, informasi,
promosi, keamanan, dan mutu kosmetik; dan
10. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Pengawasan Kosmetik terdiri atas:
a. Subdirektorat Pengawasan Sarana Kosmetik;
b. Subdirektorat Pengawasan Informasi dan Promosi Kosmetik;
c. Subdirektorat Pengawasan Keamanan dan Mutu Kosmetik; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.

2.10.5 Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan


Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan mempunyai tugas
menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengawasan pangan olahan.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan di bidang pengawasan sebelum beredar dan
pengawasan selama beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi, dan pengawasan distribusi pangan olahan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan sebelum beredar dan
pengawasan selama beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi, dan pengawasan distribusi pangan olahan;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengawasan sebelum beredar dan pengawasan selama beredar meliputi
standardisasi, registrasi, pengawasan produksi, dan pengawasan
distribusi pangan olahan;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dalam rangka pengawasan
sebelum beredar dan pengawasan selama beredar meliputi standardisasi,
registrasi, pengawasan produksi dan pengawasan distribusi pangan
olahan;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan sebelum
beredar dan pengawasan selama beredar meliputi standardisasi,
registrasi, pengawasan produksi dan pengawasan distribusi pangan
olahan; dan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
Susunan organisasi Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan terdiri atas:
a. Direktorat Standardisasi Pangan Olahan;
b. Direktorat Registrasi Pangan Olahan;
c. Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang;
d. Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru;
dan
e. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha;

a. Direktorat Standardisasi Pangan Olahan


Direktorat Standardisasi Pangan Olahan mempunyai tugas
melaksanakan pengkajian, penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan
teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang standardisasi
pangan olahan.
Direktorat Standardisasi Pangan Olahan menyelenggarakan fungsi:
1. Pengkajian dan penyiapan penyusunan kebijakan di bidang
standardisasi mutu pangan olahan, pangan olahan tertentu, dan
keamanan pangan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi mutu pangan
olahan, pangan olahan tertentu, dan keamanan pangan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang standardisasi mutu pangan olahan, pangan olahan tertentu, dan
keamanan pangan;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
standardisasi mutu pangan olahan, pangan olahan tertentu, dan
keamanan pangan;
5. Penyusunan dan penetapan standar dan persyaratan keamanan,
manfaat, dan mutu pangan olahan;
6. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
standardisasi mutu pangan olahan, pangan olahan tertentu, dan
keamanan pangan; dan
7. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Standardisasi Pangan Olahan terdiri atas:
a. Subdirektorat Standardisasi Mutu Pangan Olahan;
b. Subdirektorat Standardisasi Pangan Olahan Tertentu;
c. Subdirektorat Standardisasi Keamanan Pangan; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Direktorat Registrasi Pangan Olahan
Direktorat Registrasi Pangan Olahan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi,
serta evaluasi dan pelaporan di bidang registrasi pangan olahan.
Direktorat Registrasi Pangan Olahan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang registrasi pangan olahan
risiko tinggi, pangan olahan risiko sedang, pangan olahan risiko
rendah, dan bahan tambahan pangan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang registrasi pangan olahan
risiko tinggi, pangan olahan risiko sedang, pangan olahan risiko
rendah, dan bahan tambahan pangan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang registrasi pangan olahan risiko tinggi, pangan olahan risiko
sedang, pangan olahan risiko rendah, dan bahan tambahan pangan;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
registrasi pangan olahan risiko tinggi, pangan olahan risiko sedang,
pangan olahan risiko rendah, dan bahan tambahan pangan;
5. Pelaksanaan registrasi pangan olahan risiko tinggi, pangan olahan
risiko sedang, pangan olahan risiko rendah, dan bahan tambahan
pangan;
6. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang registrasi
pangan olahan risiko tinggi, pangan olahan risiko sedang, pangan
olahan risiko rendah, dan bahan tambahan pangan; dan
7. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Registrasi Pangan Olahan terdiri atas:
a. Subdirektorat Registrasi Pangan Olahan Risiko Tinggi;
b. Subdirektorat Registrasi Pangan Olahan Risiko Sedang;
c. Subdirektorat Registrasi Pangan Olahan Risiko Rendah dan Bahan
Tambahan Pangan; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
c. Direktorat Pengawasan Pangan Olahan Risiko Rendah dan Sedang
Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan
teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan
pangan risiko rendah dan sedang.
Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang inspeksi pangan risiko
rendah, risiko sedang, bahan tambahan pangan, ekspor impor, dan
iklan pangan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang inspeksi pangan risiko
rendah, risiko sedang, bahan tambahan pangan, ekspor impor, dan
iklan pangan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang inspeksi pangan risiko rendah, risiko sedang, bahan tambahan
pangan, ekspor impor, dan iklan pangan;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
inspeksi pangan risiko rendah, risiko sedang, bahan tambahan pangan,
ekspor impor, dan iklan pangan;
5. Pelaksanaan inspeksi dan penilaian sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi pangan risiko rendah dan sedang;
6. Pengambilan contoh (sampling) di sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi pangan risiko rendah dan sedang;
7. Pelaksanaan surveilan pangan risiko rendah dan sedang;
8. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang inspeksi
pangan risiko rendah, risiko sedang, bahan tambahan pangan, ekspor
impor, dan iklan pangan; dan
9. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang terdiri atas:


a. Subdirektorat Inspeksi Pangan Risiko Rendah;
b. Subdirektorat Inspeksi Pangan Risiko Sedang dan Bahan Tambahan
Pangan;
c. Subdirektorat Inspeksi Ekspor Impor dan Iklan Pangan; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
d. Direktorat Pengawasan Pangan Olahan Risiko Tinggi dan Teknologi
Baru
Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan
teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan
pangan risiko tinggi dan teknologi baru.
Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang inspeksi pangan olahan
tertentu, pangan steril komersial, dan pangan teknologi baru;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang inspeksi pangan olahan
tertentu, pangan steril komersial, dan pangan teknologi baru;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang inspeksi pangan olahan tertentu, pangan steril komersial, dan
pangan teknologi baru;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
inspeksi pangan olahan tertentu, pangan steril komersial, dan pangan
teknologi baru;
5. Pelaksanaan inspeksi dan penilaian sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi pangan risiko tinggi dan teknologi baru;
6. Pengambilan contoh (sampling) di sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi pangan risiko tinggi dan teknologi baru;
7. Pelaksanaan surveilan pangan risiko tinggi dan teknologi baru;
8. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang inspeksi
pangan olahan tertentu, pangan steril komersial, dan pangan teknologi
baru; dan
9. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru
terdiri atas:
a. Subdirektorat Inspeksi Pangan Olahan Tertentu;
b. Subdirektorat Inspeksi Pangan Steril Komersial;
c. Subdirektorat Inspeksi Pangan Teknologi Baru; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.

e. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha


Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha mempunyai
tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, kriteria, pelaksanaan bimbingan teknis dan
supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan
masyarakat dan pelaku usaha di bidang pangan olahan.
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan peran
pemerintah daerah, dan pemberdayaan pelaku usaha dan masyarakat
konsumen di bidang pangan olahan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan peran
pemerintah daerah, dan pemberdayaan pelaku usaha dan masyarakat
konsumen di bidang pangan olahan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang peningkatan peran pemerintah daerah, dan pemberdayaan
pelaku usaha dan masyarakat konsumen di bidang pangan olahan;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
peningkatan peran pemerintah daerah, dan pemberdayaan pelaku
usaha dan masyarakat konsumen di bidang pangan olahan;
5. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
peningkatan peran pemerintah daerah, dan pemberdayaan pelaku
usaha dan masyarakat konsumen di bidang pangan olahan; dan
6. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha terdiri atas:


a. Subdirektorat Peningkatan Peran Pemerintah Daerah;
b. Subdirektorat Pemberdayaan Pelaku Usaha;
c. Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat Konsumen; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.10.6 Deputi Bidang Penindakan
Deputi Bidang Penindakan mempunyai tugas menyelenggarakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan penindakan terhadap pelanggaran
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan.
Deputi Bidang Penindakan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan penindakan meliputi cegah tangkal, intelijen,
dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
2. Pelaksanaan kebijakan penindakan meliputi cegah tangkal, intelijen,
dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria penindakan
meliputi cegah tangkal, intelijen, dan penyidikan terhadap
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan.
4. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penindakan meliputi cegah
tangkal, intelijen, dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan; dan
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
Susunan organisasi Deputi Bidang Penindakan terdiri atas:
a. Direktorat Pengamanan;
b. Direktorat Intelijen Obat dan Makanan; dan
c. Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan.

a. Direktorat Pengamanan
Direktorat Pengamanan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria,
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan
di bidang pengamanan dan pencegahan tindak pidana Obat dan Makanan.
Direktorat Pengamanan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pengamanan dan
pencegahan tindak pidana obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat
adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan
olahan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengamanan dan
pencegahan tindak pidana obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat
adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan
olahan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengamanan dan pencegahan tindak pidana obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan;
4. Pelaksanaan pengamanan dan pencegahan tindak pidana Obat dan
Makanan;
5. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengamanan dan pencegahan tindak pidana obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan; dan
6. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Pengamanan terdiri atas:
a. Subdirektorat Pengamanan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Zat Adiktif;
b. Subdirektorat Pengamanan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
Kosmetik, dan Pangan Olahan; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional.

b. Direktorat Intelijen Obat dan Makanan


Direktorat Intelijen Obat dan Makanan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, kriteria, serta evaluasi dan pelaporan di bidang intelijen
Obat dan Makanan.
Direktorat Intelijen Obat dan Makanan menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang intelijen obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang intelijen obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen
kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang intelijen obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif,
obat tradisional, suplemenkesehatan, kosmetik, dan pangan olahan;
4. Pelaksanaan intelijen di bidang Obat dan Makanan;
5. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang intelijen
obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan; dan
6. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Intelijen Obat dan Makanan terdiri atas:
a. Subdirektorat Intelijen Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Zat Adiktif;
b. Subdirektorat Intelijen Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
Kosmetik, dan Pangan Olahan; dan
c. Kelompok Jabatan Fungsional.

c. Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan


Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, kriteria, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
penyidikan Obat dan Makanan.
Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang penyidikan obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyidikan obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang penyidikan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif,
obat tradisional,suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan;
4. Pelaksanaan penyidikan di bidang Obat dan Makanan;
5. Pelaksanaan pengelolaan barang bukti;
6. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
penyidikan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat
tradisional, suplemenkesehatan, kosmetik, dan pangan olahan; dan
7. Pelaksanaan urusan tata operasional Direktorat.
Direktorat Penyidikan Obat dan Makanan terdiri atas:
a. Subdirektorat Penyidikan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Zat Adiktif;
b. Subdirektorat Penyidikan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
Kosmetik, dan Pangan Olahan;
c. Subdirektorat Barang Bukti; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.10.7 Inspektorat Utama
Inspektorat Utama mempunyai tugas menyelenggarakan
pengawasan intern di lingkungan BPOM.
Inspektorat Utama menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern;
2. Pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan
melalui audit, review, evaluasi, pemantauan,dan kegiatan pengawasan
lainnya;
3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Kepala;
4. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan
5. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Utama.
Susunan organisasi Inspektorat Utama terdiri atas:
a. Inspektorat I;
b. Inspektorat II;
c. Bagian Tata Usaha;
d. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.

a. Inspektorat I
Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan
teknis dan pelaksanaan pengawasan intern serta penyusunan laporan hasil
pengawasan di lingkup Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif, Sekretariat Utama, Pusat,
Inspektorat II, dan Unit Pelaksana Teknis BPOM di wilayah Provinsi
Aceh, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara,
Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat,
Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Selatan.
Inspektorat I menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengawasan intern di
lingkup Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Zat Adiktif, Sekretariat Utama, Pusat, Inspektorat II,
dan Unit Pelaksana Teknis BPOM di wilayah Provinsi Aceh, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat,Jawa Timur,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,Kalimantan Utara, Lampung,
Nusa Tenggara Barat, Nusa.Tenggara Timur, Papua Barat, Riau,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Selatan;
b. Penyusunan rencana program pengawasan intern di lingkup Deputi
Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat
Adiktif, Sekretariat Utama, Pusat, Inspektorat II, dan Unit Pelaksana
Teknis BPOM di wilayah Provinsi Aceh, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Lampung, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Riau, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Selatan;
c. Pengawasan intern terhadap keuangan dan kinerja melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya di lingkup
Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Zat Adiktif, Sekretariat Utama, Pusat, Inspektorat II, dan Unit
Pelaksana Teknis BPOM di wilayah Provinsi Aceh, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Lampung,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Riau,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Selatan;
d. Pelaporan hasil pengawasan; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat I.
Inspektorat I terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.

b. Inspektorat II
Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan
teknis dan pelaksanaan pengawasan intern serta penyusunan laporan hasil
pengawasan di lingkup Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional,
Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik, Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan, Deputi Bidang Penindakan, Inspektorat I, dan Unit Pelaksana
Teknis BPOM di wilayah Provinsi Bali, Bangka Belitung, Banten,
Bengkulu, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Maluku, Maluku Utara, Papua,
Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan
Sumatera Utara.
Inspektorat II menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengawasan intern di
lingkup Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan, dan Kosmetik, Deputi Bidang Pengawasan Pangan
Olahan, Deputi Bidang Penindakan, Inspektorat I, dan Unit Pelaksana
Teknis BPOM di wilayah Provinsi Bali, Bangka Belitung, Banten,
Bengkulu, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Maluku, Maluku Utara,
Papua, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera
Barat, dan Sumatera Utara;
b. Penyusunan rencana program pengawasan intern di lingkup Deputi
Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, Deputi Bidang
Penindakan,Inspektorat I, dan Unit Pelaksana Teknis BPOM
diwilayah Provinsi Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Kepulauan Riau, Maluku, Maluku Utara, Papua, Sulawesi
Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan
Sumatera Utara;
c. Pengawasan intern terhadap keuangan dan kinerja melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya di lingkup
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan Kosmetik, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, Deputi
Bidang Penindakan, Inspektorat I, dan Unit Pelaksana Teknis BPOM
di wilayah Provinsi Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Kepulauan Riau, Maluku, Maluku Utara, Papua, Sulawesi
Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, dan
Sumatera Utara;
d. Pelaporan hasil pengawasan; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat II.
Inspektorat II terdiri dari atas:
a. Subbagian Tata Usaha; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
2.10.8 PUSAT
a. Pusat Data dan Informasi Obat dan Makanan
Pusat Data dan Informasi Obat dan Makanan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan dibidang pengelolaan data dan informasi Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pusat Data dan Informasi Obat dan Makanan menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi, sistem informasi, dan tata kelola data dan
informasi;
2. Pelaksanaan di bidang infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi, sistem informasi, dan tata kelola data dan informasi;
3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi, sistem informasi, dan tata kelola data dan
informasi; dan
4. Pelaksanaan administrasi Pusat;
Pusat Data dan Informasi Obat dan Makanan terdiri atas:
a. Bidang Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi;
b. Bidang Sistem Informasi;
c. Bidang Tata Kelola Data dan Informasi;
d. Subbagian Tata Usaha; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.

b. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengawasan Obat dan


Makanan
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengawasan Obat dan
Makanan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis,
pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengembangan sumber daya manusia pengawasan Obat dan Makanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang standardisasi dan penilaian
kompetensi, perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia
2. Pelaksanaan di bidang standardisasi dan penilaian kompetensi,
perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia;
3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang standardisasi dan
penilaian kompetensi, perencanaan dan penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan sumber daya manusia; dan
4. Pelaksanaan administrasi Pusat.
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengawasan Obat dan
Makanan terdiri atas:
a. Bidang Standardisasi dan Penilaian Kompetensi Sumber Daya
Manusia;
b. Bidang Perencanaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Manusia;
c. Subbagian Tata Usaha; dan
d. Kelompok Jabatan Fungsional.

c. Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional


Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional
melakukan pemeriksaan secara laboratorium, pengembangan prosedur
pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetik, produk
komplemen, pangan dan bahan bahan berbahaya. Pusat Pengembangan
Pengujian Obat dan Makanan merupakan rujukan dari 26 (dua puluh
enam) laboratorium pengawasan obat dan makanan di seluruh Indonesia.
Pusat pengembangan pengujian obat dan makanan nasional
dilengkapi dengan laboratorium bioteknologi, laboratorium baku
pembanding, laboratorium kalibrasi serta laboratorium hewan percobaan,
juga didukung dengan peralatan laboratorium yang canggih untuk analisis
fisikokimia seperti Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Kromatografi Gas,
Spektrofotometer Absorpsi Atom, Spektrofotometer Infra Merah; analisis
fisik seperti Alat Uji Disolusi Otomatis dan Smoking Machine; analisis
mikrobiologi dan biologi.
Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan;
2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan
penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetika, produk
komplemen, pangan dan bahan berbahaya;
3. Pembinaan mutu laboratorium Pusat Pengujian Obat dan Makanan
Nasional;
4. Pelaksanaan sistem rujukan pengawasan obat dan makanan;
5. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metode analisa
pengujian;
6. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan;
7. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan; dan
8. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Pusat.

Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional terdiri dari:


a. Bidang Produk Terapetik dan Bahan Berbahaya;
b. Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplimen;
c. Bidang Pangan;
d. Bidang Produk Biologi; dan
e. Bidang Mikrobiologi.

d. Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan


Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang riset dan kajian Obat dan Makanan.
Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis di bidang riset dan kajian obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan;
b. Pelaksanaan di bidang riset dan kajian obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik,
dan pangan olahan;
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang riset dan kajian obat,
narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan; dan
d. Pelaksanaan administrasi Pusat.
Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan terdiri atas:
a. Bidang Riset dan Kajian Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor,
dan Zat Adiktif;
b. Bidang Riset dan Kajian Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan
Kosmetik;
c. Bidang Riset dan Kajian Pangan Olahan;
d. Subbagian Tata Usaha; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.10.9 Unit Pelaksana Teknis BPOM
Berdasarkan PerKaBPOM nomor 12 tahun 2018, Unit Pelaksana
Teknis BPOM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan teknis
operasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Unit Pelaksana Teknis BPOM menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana dan program di bidang pengawasan obat dan
makanan;
2. Pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi obat dan makanan;
3. Pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi obat dan makanan
dan /atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian;
4. Pelaksanaan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau
distribusi obat dan makanan;
5. Pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) obat dan makanan;
6. Pelaksanaan pengujian obat dan makanan;
7. Pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan
peraturan perundang-undangan dibidang pengawasan obat dan
makanan;
8. Pengelolaan komunkasi, informasi, edukasi dan pengaduan
masyarakat di bidang pengawasan obat dan makanan;
9. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan obat
dan makanan;
10. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pengawasan obat dan makanan;
11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga; dan
12. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan.

Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis BPOM terdiri atas:


1. Balai Besar POM
2. Balai POM
3. Loka POM.

Anda mungkin juga menyukai